Regret Always Comes Late

Rated / Genre : T, Romance,Hurt/Comfort

Pairing : Yamakarin/Takarin

Disclaimer : Riichiro Inagaki and Yusuke Murata

Warning : AU, ceritanya ga jelas, OOC, abal, ga nyambung, aneh, typo bertebaran di mana-mana

Note : Karin, Yamato, dan Taka memang bersekolah di Teikoku Alexander, namun cerita ini tak ada hubungannya dengan American Football.

Dan akan ada orang tua Karin serta para perempuan OC yang menghiasi fic ini.

Cerita ini tidak meniru cerita siapapun, asli buatan saya sendiri.

Jika ada yang tidak suka, silahkan tekan/klik tombol back.

.

.

.

Yonde Kudasai Minna

.

.

.

Chapter 1 : Love or Jealous which come?

Apakah kamu pernah mengetahui

Kalau selama ini kedua bola mataku maupun hatiku

Hanya tertuju kepadamu

Pagi hari datang menyapa semua orang. Matahari yang telah bangun pun langsung memancarkan sinarnya, sinar kehangatan. Kehangatan yang akan berubah menjadi semangat yang baru bagi orang-orang untuk menjalankan kehidupan mereka yang baru.

Sinar matahari memaksa masuk melalui celah-celah tirai kamar seorang gadis. Sinar matahari yang berhasil menerobos, sukses membuat kedua bola mata sang gadis yang lagi asyik dengan dunia mimpinya terbuka. Gadis ini pun duduk dan mengucek kedua bola mata cokelatnya. Sang gadis pun mengarahkan kepalanya untuk melihat jam digital yang tepampang di dinding kamarnya.

06.00 a.m.

Ternyata masih pagi. Setelah matanya dapat di fungsikan melihat keadaan di sekitar dengan jelas, sang gadis pun beranjak dari singasananya. Kedua kaki sang gadis pun menuntunnya menuju kamar mandi untuk bersiap diri.

15 menit kemudian.

Sang gadis berambut blonde ini pun keluar dari kamar mandi. Sang gadis pun langsung mengambil dan mengenakan seragam miliknya. Seragam sekolah terkenal di daerah Kansai, Teikoku Alexander. Gadis ini sedang duduk di kelas 2 SMA. Saat ia menggunakan seragamnya, terdengar suara perempuan yang memangilnya.

"Karin sarapan sudah siap…"

"Iya ibu…" balas Karin.

Ya gadis ini adalah Karin Koizumi. Gadis manis berkacamata ini adalah gadis yang sangat santun kepada semua orang. Dia adalah seseorang yang sangat perhatian kepada orang lain, lebih mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian Karin sudah mengenakan seragamnya, mengepang rambutnya, dan menyiapkan buku-buku yang perlu ia bawa ke sekolahnya. Setelah semuanya selesai, Karin langsung keluar dari kamarnya, menutup pintu kamarnya, dan melangkahkan kedua kakinya menuju lantai bawah.

Karin saat ini sudah berada di meja makan dan duduk di kursi meja makan. Makanan yang di siapkan ibunya hari ini adalah sandwich isi tuna dengan susu cokelat panas sebagai minumannya. Karin pun langsung memakan makanannya dengan lahap.

Setelah semua hal yang ia lakukan sebelum pergi ke sekolah selesai, Karin pun langsung beranjak meninggalkan rumah.

"Ibu, Karin pergi dulu ya…" seru Karin kepada ibunya yang sedang berada di dapur.

"Iya, hati-hati ya Karin." balas sang ibu.

o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o

Karin saat ini sudah sampai di sekolahnya, Teikoku Alexander. Di lihat dari raut wajah Karin sepertinya Karin tidak bersemangat menjalani kehidupan sekolahnya. Seakan-akan ada masalah yang membelengunya di sekolah ini, menarik dirinya masuk ke dalam lautan kesedihan.

Ternyata benar saja, masalah yang selama ini selalu di hadapi Karin muncul.

"Hai gadis kuper, apa kabarmu nih…" seru seorang perempuan yang menyebut Karin dengan sebutan 'gadis Kuper'.

"Iya apa kabarnya nih, ga-dis ku-per… hehehehehehe…" kata seorang perempuan yang mengeja kata 'gadis Kuper' sambil terkekeh.

Karin yang mendengar sapaan kedua siswi itu hanya tersenyum dan meninggalkan mereka. Ternyata tidak hanya kedua sisiwi tadi saja, tapi orang lain pun juga.

"Hai gadis kuper…"

"Halo gadis kuper…"

"Olalala, ada gadis kuper lewat…"

"Ohayou gozaimasu, gadis kuper-san…"

Semua sapaan mereka hanya di balas oleh Karin dengan senyumannya. Karin tak ingin membalas sapaan mereka dengan kata-kata, karena Karin tak ingin mencari masalah dengan mereka. Karin adalah orang yang tidak suka memiliki masalah dengan orang lain. Bukan karena dia takut, tapi karena dia tak suka berbuat hal yang tidak terlalu penting seperti itu.

KARIN POV'S

Hah mereka selalu saja menyebutku dengan sebutan 'gadis kuper'. Emang salah ya dengan penampilanku. Emang sih aku tidak seperti teman-teman perempuanku yang lainnya. Di mana teman-teman perempanku mengenakan rok pendek, baju yang jangkis, rambut yang di blow ataupun di ikat dengan berbagai macam model, berdandan, dan lain-lain.

Sedangkan aku memakai baju yang tidak ketat, rok yang di bawah lutut, tidak berdandan, rambutku yang selalu ku ikat kepang, dan lain-lain. Di tambah dengan kacamata tebal yang ku gunakan. Itulah alasan mereka menyebutku dengan sebutan gadis kuper. Tapi apa salahnya kalau aku mengikuti peraturan sekolah yang ada?

Saat ini aku sudah sampai di kelas. Saat diriku sudah berada di dalam kelas, sapaan dari semua teman-temanku pun membahana.

"Ohayou gozaimasu gadis kuper…"

Teriakkan mereka membuat telingaku sakit. Bayangkan saja 24 macam suara, ada yang bagus dan fales memenuhi telingaku, memaksa masuk bersama-sama ke gendang telingaku. Seperti biasa aku hanya membalas sapaan mereka dengan senyuman milikku.

Aku pun berjalan menuju tempat dudukku di paling belakang dan pojok dekat jendela. Saat aku berjalan, tiba-tiba aku terjatuh dengan indahnya. Badanku menghantam lantai sekolah dengan keras. Suara tawa pun membahana. Aku merasa wajahku panas karena menahan malu. Aku tidak tahu apa yang membuatku jatuh. Mungkin karena aku kurang hati-hati.

Aku pun langsung berdiri dan menuju tempat dudukku. Saat aku duduk, aku melihat kedua temanku yang bertepuk tangan, dan samar-samar aku mendengar pembicaraan mereka.

"Hahahaha, rencana kita berhasil," kata seorang lelaki sambil tersenyum bahagia.

"Iya, rasain tuh si gadis kuper. Terima kasih kawat," balas lelaki lainnya sambil membentangkan kawat.

Oh jadi mereka mengerjaiku ya. Hah apa sih salahku sama mereka. Padahal aku tidak pernah menyakiti mereka. Tak lama kemudian pintu kelas di buka oleh seorang guru.

"Baiklah anak-anak mari kita mulai pelajarannya." kata pak guru tersebut sambil membuka buku paket yang di bawanya.

o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o

SKIP TIME

Bel pulang pun di bunyikan, menandakan pelajaran berakhir. Akhirnya aku bisa juga lepas dari penghinaan dan penganiyaan yang di lakukan oleh teman-temanku, bahkan seluruh penghuni Teikoku Alexander. Aku pun berjalan menuju gerbang sekolah. Namun saat aku hampir saja sepenuhnya meninggalkan halaman sekolah, aku mendengar teriakkan para siswi dari arah lapangan basket.

Aku pun menuju lapangan basket. Saat aku berada di sekitar lapangan basket, aku dapat melihat kedua idola sekolah ini sedang bertanding basket one by one. Mereka adalah Takeru Yamato dan Taka Honjo. Kedua pangeran Teikoku Alexander ini sedang bertanding dengan serius. Para siswi maupun siswa yang berada di lapangan basket meneriakkan nama Yamato dan Taka.

"Go…go… Yamato…" teriak fans Yamato.

"Go… go… Taka…" teriak fans Taka yang tidak mau kalah dengan fans Yamato.

Teriakkan mereka sangatlah ribut. Memekakkan kedua telingku. Untunglah gendang telingaku belum pecah karena teriakkan mereka.

Aku sendiri saat ini hanya melihat pertandingan yang sangat berlangsung dengan sengit. Honjo-san dan Yamato-kun bermain dengan sangat lincah. Saat ini Honjo-san sedang menghadang Yamato-kun agar Yamato-kun dengan tidak mudahnya memasukkan bola ke ring yang ia jaga. Tapi karena kemampuan Yamato-kun yang tidak bisa di katakan jelek, maka ia dengan mudahnya dapat memasukkan bola dengan gaya lay up. Saat bola masuk ke ring, para fans Yamato-kun berteriak lebih kencang dan lebih kencang lagi.

"Yamato hheeeebaatttt…" begitulah teriakkan mereka yang mengelegar.

Honjo-san pun tidak mau kalah dengan Yamato-kun. Honjo-san dengan lincahnya menguasai bola. Yamato-kun sendiri kelihatan kesusahan merebut bola dari tangan Honjo-san. Namun Yamato-kun tidak mau kalah. Dia berusaha sekuat tenaga menahan dan menjaga Honjo-san. Namun Honjo-san melihat sedikit celah yang tidak di jaga Yamato-kun di samping lapangan. Maka dengan kaki panjang yang di milikki Honjo-san, Honjo-san berlari dengan cepat dan memasukkan bola ke ring dari samping. Honjo-san pun menambah angka dan saat ini kedudukan nilai Yamato-kun dan Honjo-san seri.

Apakah kalian tahu kalau saat ini kedua bola mataku hanya tertuju kepada seseorang berambut 'liar' berwarna hitam. Mataku hanya tertuju kepada dirinya sekarang. Kalian pasti tahu kan kenapa aku bisa memandangi Yamato-kun. Ya aku memang mempunyai perasaan khusus kepada Yamato-kun. Perasaan yang di sebut mencintai.

Hal yang perlu kalian ketahui sebenarnya aku dan Yamato-kun sudah berteman sejak kecil. Dulu aku dan Yamato-kun selalu bersama-sama. Kami seakan lem dan perangko, tidak dapat di pisahkan. Tapi semakin berjalannya waktu dan semakin bertambah besarnya kami, kami saat ini sudah seperti minyak dan air, tidak dapat di satukan.

FLASHBACK

Normal POV'S

"Eh coba kamu lihat bunga ini Yama-kun, cantik banget loh," ucap seorang gadis berumur 9 tahun yang sedang jongkok dan mengamati bunga berwarna putih.

"Oh… ini namanya bunga edelweis. Apakah kamu tahu kalau ada mitos di balik nama bunga ini?" Karin yang mendengar pertanyan dari Yamato hanya mengeleng-gelengkan kepalanya. Yamato kecil pun hanya tersenyum.

"Bunga edelweis juga di kenal sebagai bunga abadi. Mitos yang beredar, di mana bagi yang memberikan bunga ini kepada pasangannya, maka cintanya akan abadi. Begitulah Karin-chan."

Yamato pun menyudahi penjelasaannya. Karin yang mendengar mitos tentang bunga edelweiss mengangguk-angguk kepalanya semangat dan terpampang dengan jelas senyuman manis di wajahnya. Nampaknya Karin sangat senang dengan mitos yang ada di bunga edelweis.

"Oh ya ada lagi. Bunga edelweis ini di anggap sebagai lambang cinta, ketulusan, pengorbanan, dan keabadian. Kita beruntung loh bisa melihat tanaman ini, karena tanaman ini sangat langka sekarang."

Setelah mendengar penjelasan Yamato, Karin kecil pun menjulurkan tangannya dan memetik salah satu dari beberapa bunga edelweis yang tumbuh di bukit tempat mereka bersantai. Setelah posisi bunga yang semula berada di tanah berpindah ke tangan Karin, Karin memberikan bunga tersebut kepada Yamato.

"Yama-kun, ini buatmu," Karin pun menyerahkan bunga tersebut kepada Yamato

"U-untuk apa Karin-chan?" tanya Yamato yang sedikit tersipu malu sambil menerima bunga tersebut dari tangan Karin.

"Aku berharap persahabatan kita tidak pernah putus. Walaupun kita semakin besar dan semakin berbeda dunia, aku ingin kita tetap seperti ini. Tetap selalu bersama dalam suka maupun duka. Saling melengkapi satu sama lain, hehehehehe…" Karin pun tertawa lepas dan tersenyum sangat manis.

"Terima kasih Karin. Aku juga akan memberikannya untukmu," ucap Yamato sambil memetik bunga edelweis dan memberikannya kepada Karin, "aku juga berharap persahabatan kita tidak pernah runtuh dan persahabatan kita dapat selalu kokoh. Walaupun ke depannya akan banyak badai yang menerpa."

Karin dan Yamato kecil pun tersenyum dengan lepas. Kemudian mereka berlarian dan berkejaran satu sama lain.

Mereka saat ini berharap bahwa persahabatan mereka tidaklah pernah putus. Persahabatan mereka akan selalu kekal. Persahabatan mereka tidak akan mudah di goyahkan oleh badai. Persahabatan mereka akan seperti pohon yang berumur ratusan tahun. Tetap memilikki akar yang kuat.

Namun karena kepolosan mereka saat ini, mereka tidak tahu apa yang telah Tuhan rencanakan bagi persahabatan mereka. Mereka tidak tahu kalau Tuhan akan turut bekerja dan yang akan menjadi penentu roda kehidupan. Perputaran roda persahabatan Takeru Yamato dan Karin Koizumi.

BACK TO NORMAL

Karin POV'S

Senangnya saat aku dapat kembali memutar memori kenangan bersama Yamato-kun. Serasa keindahan terangkat kembali ke permukaan air. Menimbulkan pesona yang sangat elok.

Namun semuanya berubah sekarang, aku dan Yamato-kun tidak dapat lagi bersama. Seakan ada kawat berduri yang di pasang sangat tinggi sehingga aku tidak dapat menjangkau Yamato-kun. Ini semua karena…

"Hey gadis kuper, ngapain kamu di sini?" suara seorang perempuan pun menyadarkanku dari dunia yang ku ciptakan. Aku menatap kedua mata violetnya dengan sedikit takut.

"A-aku…"

"Jawab yang benar dong, ngapain kamu di sini!" perempuan itu pun membentakku. Aku pun semakin takut dan menundukkan kepalaku, tak berani menatap wajahnya.

"Ya tentu saja dia di sini karena mau melihat aksi pangeran impiannya, Hime. Sadar dong kamu itu siapa. Kamu itu cuma gadis jelek dan kuper."

Mendengar ejekan dari temannya Hime membuatku semakin minder. Semakin membebaskan seluruh perasaan takut dan melemahkan dinding mentalku.

"Oh kamu mau melihat Yamato-kun ya. Jangan harap dia mau memalingkan mukanya hanya untuk melihatmu. Sadar kamu sudah di tolak tahu. Di hadapan semua orang, hahahahahaha…" Hime pun tertawa. Temannya yang lain yang bernama Hiyori dan Hima pun ikut tertawa.

Aku pun semakin terpojok. Saat ini dinding mental yang telah ku persiapkan dan ku bangun dengan sedemikian kuat dengan mudah di rubuhkan oleh perkataan sarkatik Hime dan kawan-kawan. Ya aku sangat mengingat saat aku tidak sengaja menyatakan cinta kepada Yamato-kun dan di tolak mentah-mentah oleh Yamato-kun di hadapan semua orang.

FLASHBACK

Saat itu sedang di adakan acara perayaan ulang tahun Yamato-kun yang ke 17 di rumahya. Aku dan teman-teman sekelas maupun kakak kelas dan adik kelas yang di undang pun hadir dan merasakan kebahagiaan di pesta yang cukup meriah ini.

Aku tidak hanya membawa diri, tapi aku juga membawa kado special buatanku untuk Yamato-kun. Sebuah boneka berwarna cokelat keemasan dan di beri rambut ikal yang menjadi ciri khasnya. Aku pun mengumpulkan segenap keberanianku untuk memberikannya kepada Yamato-kun.

Aku pun melangkahkan kakiku ke arah tempat Yamato-kun sedang bercengkrama dengan temannya.

"Ya-yamato-kun, i-ini… aku mau mem-berikanmu ha-di-ah…" ucapku terbata-bata sambil menyerahkan tas yang ku bawa kepadanya.

Yamato-kun pun mengambil tas itu dan terkejut melihat isinya. Tampak wajah tersenyum yang sangat manis di wajahnya saat ia menerima hadiahku.

"Wah, thanks ya Karin-chan, aku senang sekali," ucap Yamato sambil tertawa kecil.

"Syu-syukurlah Yamato-kun menyukainya…" aku pun menarik napas sejenak, "… a-aku membuatnya de-dengan pe-nu-h cinta dariku… untuk Yamato-kun."

Tiba-tiba suasana yang sebelumnya meriah menjadi hening. Aku pun bingung dan mengedarkan pandangan mataku ke segala arah. Kenapa mereka diam ya? Apa ada yang salah dengan ucapanku.

'syukurlah Yamato-kun menyukainya…'a-aku membuatnya de-dengan pe-nu-h cinta dariku… untuk Yamato-kun.'

Astaga aku baru saja menyatakan cinta secara tidak langsung kepada Yamato-kun. Astaga bagaimana ini. Aku yakin pasti saat ini wajahku sangat merah mengalahkan tomat. Aduh… bagaimana ini…

"Waow gadis kuper kita menyatakan cinta kepada sang pangeran," teriak salah satu teman Yamato-kun.

"Hahahahahahaha…"

Semua orang yang berada di tempat kejadian perkara pernyataan cintaku tertawa dengan sangat nyaring. Bahkan mengalahkan suara yang keluar dari speaker. Astaga wajahku saat ini sangat panas. Mendidih.

"Wah… wah… bagaimana nih Pangeran Yamato, di terima apa tidak?" tanya seorang perempuan berambut cokelat panjang bergelombang dan memilikki mata berwarna violet, siapa lagi kalau bukan Hime.

"Terima…"

"Tolak…"

Begitulah seruan semua undangan yang hadir. Mereka meneriakkan dan saling memberikan pendapat mereka.

Aku melihat Yamato-kun terus diam. Menutup bibirnya. Namun tak lama kemudian dia mempersilahkan kedua bibirnya berbicara.

"Aku ga akan pernah mau menerima dia. Gadis norak dan kuper seperti dia tidak cocok untukku. Jauh sekali dari levelku."

Itulah perkataan yang keluar dari bibir Yamato. Perkataan yang sanggup membuat tetesan bening nan murni jatuh melalui kedua bola mata cokelatku.

Kenapa, kenapa dia bisa berkata seperti itu?

Apakah ini semua yang dia pikirkan tentang aku, semenjak kita masih kecil?

"Hahahahahahaha…"

Semua orang kembali tertawa. Namun tertawa dan cacian yang mereka keluarkan sama sekali tidak sampai di telingaku, apalagi hatiku. Karena telingaku masih memutar dan terus memperdengarkan kata-kata yang keluar dari bibir Yamato. Dan hatiku saat ini sudah tidak menampung cacian mereka, karena sudah di isi penuh dengan kata-kata sarkatik Yamato-kun.

"Kamu seharusnya sadar diri gadis kuper. Kamu itu tidak cocok untuk Yama-kun. Ngaca dulu dong, hahahaha…"

Saat Hime mengeluarkan caciannya, aku berlari menuju pintu depan. Namun saat aku hampir mencapai pintu depan, aku terjatuh dan wajahku terkena kue tart ulang tahun Yamato-kun.

"Hahahaha rasakan tuh. Selamat makan Karin Koizumi. Itu bentuk cinta kami dan Yamato… untukmu."

Aku tidak memedulikan lagi kue yang menempel di wajahku. Aku langsung berdiri dan berlari meninggalkan rumah Yamato-kun. Aku hanya terus berlari dan berlari tanpa memedulikan beberapa pasang mata yang memperhatikanku. Air mataku semakin lama semakin deras. Hatiku semakin lama semakin pedih, sakit.

Kenapa Yamato-kun begitu tega denganku, apa salahku kepadanya?

BACK TO NORMAL

"Jadi jangan terlalu banyak berharap pada Yamato-kun deh, nanti kamu jatuh lagi," ujar Hima sambil memukul-mukul bahuku.

"Iya kamu benar Hima. Jangan berharap ada keajaiban kalau Yamato-kun akan menyesali perbuataannya yang menolakmu dan tiba-tiba menyatakan cinta kepadamu," kata Hiyori.

"Itu tentu saja impossible teman-teman, karena Yama-kun hanya milikku seorang. Ingat itu Karin Koizumi sang gadis kuper Teikoku Alexander."

Hime pun memberikanku deathglare super. Kepalaku pun semakin lama semakin menunduk. Aku tidak akan membiarkan kedua bola mataku memandang kedua bola mata violet Hime. Aku terlalu takut dan lemah untuk melakukan hal itu.

"Hey jangan menunduk terus dong, lihat mataku sekarang!" Hime pun membentakku sambil mengangkat daguku. Dan… dia mengambil kacamataku.

"He-hei beri-berikan… kacamataku, aku su-susah me-melihat…" seruku sambil mencoba mencari letak kacamataku.

"Coba saja kalau bisa, gadis kuper," kata Hime sambil menyerahkan kacamata Karin kepada Hiyori yang berada di sebelanya.

"Nah sekarang ini yang akan ku lakukan,"

PLAKK!

Terdengar suara tamparan yang keras yang di hadiahi oleh Hime untukku. Semua mata yang semula asyik dan hanya terpaku melihat pertandingan Honjo-san dan Yamato-kun sukses melihat ke arah diriku dan Hime. Begitu pula Yamato-kun dan Honjo-san.

"Wah ada apa tuh…"

"Wuih bakal ada perang dunia ke tiga nih…"

"Ayo Hime lanjutkan aksimu…"

Itulah yang sedang di bicarakan oleh siswa-siswi lain saat melihat adegan di atas. Aku hanya terdiam dan membisu. Bahkan tubuhku serasa mati, tidak bisa bergerak.

"Hahaha… coba kita lihat apakah Yama-kun akan menolongmu apa tidak."

Aku pun menyipitkan kedua mataku untuk membantu melihat, walaupun tidak terlalu jelas. Aku memberanikan diri untuk melihat ke arah Yamato-kun berdiri. Dan hasilnya adalah…

Dia hanya diam dan tidak ada tanda-tanda dia akan menolongku dan membelaku di hadapan Hime dan kawan-kawan. Padahal aku berharap bahwa dia akan menolongku.

Aku kembali menundukkan kepalaku. Aku sudah menyerah sekarang. Aku sudah tidak kuat lagi untuk terus berharap dan mengharapkan hal yang tidak mungkin terjadi. Aku sudah lelah mengejar khayalanku tentangnya.

Hime pun mendekatkan wajahnya ke wajahku dan membisikan sesuatu.

"Inilah bukti yang aku katakan kepadamu gadis kuper. Jadi jangan pernah berharap kalau kamu akan bersanding dengan Yama-kun,"

Tangan Hime pun bersiap untuk menamparku lagi. Aku saat ini hanya pasrah menerima hadiah tamparan dari Hime. Tangan itu semakin lama semakin mendekat.

PLAKK!

5 detik

10 detik

15 detik

Kok aku tidak merasakan tamparan pedas dari Hime. Kenapa pipiku tidak merasakan apa-apa. Tapi kok ada suara tamparan yang keras?

Aku pun melihat di depanku ada seorang lelaki berambut panjang dan badannya yang tinggi. Jangan-jangan dia…

"Taka-kun…" Hime pun kaget dan tidak menyangka bahwa Honjo-san yang akan menolongku- dan menerima tamparan darinya?

Tunggu tadi Hime bilang, Taka-kun?

"Apa salah Karin-san sehingga kamu dengan seenaknya menamparnya, APA SALAHNYA!"

Honjo-san pun membentak Hime. Hime seketika itu langsung terdiam, tak berani mengeluarkan satu kata pun. Menjadi patung tak bernyawa. Begitu pula semua orang yang berada di tempat ini.

Hening…

Tidak ada yang berbicara…

Tapi seterkejutnya Hime-san, aku lebih terkejut lagi. Aku sama sekali tidak pernah menyangka bahwa aku Karin Koizumi yang di sebut 'gadis kuper' dan tidak di sukai oleh penduduk sekolah ini di tolong oleh seorang pangeran sekolah, Taka Honjo?

Mimpi apa aku semalam sehingga aku bisa di tolong oleh Honjo-san? Perasaan tadi malam aku bermimpi tentang Hiruma-san yang sedang pacaran dengan mamori-san di bawah jembatan sambil makan pencel pincuk(?)

"Karin-san kamu tidak apa-apa?" suara Honjo-san pun mengkagetkanku dari lamunanku. Aku pun menatap kedua matanya, "A-aku…"

"Kenapa kamu menolongnya Taka-kun, kenapa kamu menolong gadis kuper kayak dia?" tanya Hime-san kepada Honjo-san. Honjo-san pun membalikkan badannya dan menatap Hime-san.

"Kamu tanya kenapa. Apa maksudmu berkata seperti itu?" suara Honjo-san terdengar sarkatik menandakan bahwa dia tidak suka dengan pertanyaan Hime san, "apa maksudmu Hime Sakura?"

"Ya jelaslah, gadis seperti dia untuk apa di tolong, gak ada gunanya, buang-buang waktu," jawab Hime-san sambil tersenyum mengejek.

'Apa benar aku tidak ada gunanya di tolong?' batinku.

"Semua siapapun itu berhak di tolong karena kita semua adalah saudara. Kita sama-sama manusia, bukan hewan. Kita di berikan kelebihan oleh Tuhan, yaitu akal budi dan perasaan. Perasaan itulah yang membuat kita dapat menolong seseorang. Dan menolong itu harus di sertai dengan perasaan ikhlas, tidak melihat apakah dia dari kalangan atas maupun bawah, jelek ataupun cantiknya dia, semuanya sama saja, hewan saja mempunyai yang namanya perasaan dan mau menolong temannya" Honjo-san menghela napas sejenak dan kembali terdengar suara, "kalau kamu tidak bisa melakukan hal di atas, berarti kamu lebih rendah dari seekor hewan."

NORMAL POV'S

Semua orang tertegun mendengar penjelasan panjang Taka yang sangat mengena di hati itu. Tapi semua orang terkejut saat mendengar kata-kata sarkatik yang keluar dari bibir Taka, "kalau kamu tidak bisa melakukan hal di atas, berarti kamu lebih rendah dari seekor hewan."

Mata violet Hime langsung membulat sempurna. Terlihat dengan jelas aura kekesalan yang terpancar dari kedua bola matanya. Gigi-giginya juga mulai bergesekan satu sama lain menandakan dia kesal dan tidak terima dengan ucapan Taka.

Taka pun saat ini sedang mengambil kacamata Karin yang tadi di pegang oleh Hiyori. Tanpa ba-bi-bu-be-bo, Hiyori langsung memberikan kacamata Karin kepada Taka. Taka pun langsung memberikan kacamata tersebut kepada Karin dan langsung di pakai oleh Karin.

"Aku tidak terima kamu mengatakan hal iru kepadaku Taka-kun, grr..grr..."

Hime pun melangkahkan kakinya meninggalkan lapangan basket, di ikuti oleh kedua sahabatnya, Hima dan Hiyori. Setelah keberadaan Hime tidak ada lagi, Taka tiba-tiba menarik tangan Karin dan membawa Karin meninggalkan lapangan basket. Saat Taka membawa Karin menjauh, Karin sempat melihat Yamato yang telihat antara kesal dan tidak suka dengan kejadian tadi sebelum meninggalkan lapangan basket sepenuhnya.

Yamato POV'S

Kedua bola mataku dengan jelas melihat semua adegan tadi. Otakku merekam seluruh kejadian yang ada. Tidak ada yang terlewat sedikit pun. Kejadian tadi seperti di komik-komik perempuan yang pernah ku baca(?)

Aku tidak suka dengan kejadian tadi. Kejadian di mana Taka menyelamatkan Karin dan membela Karin habis-habisan di depan Hime dan semua orang. Aku sedikit kesal dengan ucapan Taka yang seakan tak ingin Karin di injak-injak. Dan… aku sedikit cemburu.

Eh tadi aku mengatakan aku sedikit cemburu?

Kenapa aku bisa berpikiran seperti itu. Aku tidak mungkin menyukai Karin. Gadis kuper seperti dia, tidak mungkin.

Aku pun mengeleng-gelengkan kepalaku menandakan aku sangat tidak setuju dengan kata-kataku barusan. Aku tidak menyukai Karin. Aku tahu kalian pasti berpikiran bahwa aku tidak punya perasaan. Aku tidak punya hati yang bisa menghargai orang lain. Memandang seseorang dari fisiknya, bikan dari hatinya. Apalagi Karin adalah sahabatku sejak kecil. Tapi…

"Yamato-kun, kamu baik-baik saja?"

Suara seorang lelaki, temanku menyadarkanku dari lamunanku. Aku pun mendesah panjang.

"Ah… aku tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

Setelah aku mengatakan itu, teman sekelasku tersebut pergi meninggalkan diriku. Aku pun mengedarkan pandangan mataku ke sekeliling lapangan. Ah… ternyata sudah sepi. Hanya aku sendirian yang berada di sini. Ternyata lamunanku tentang Karin membuatku melupakan bumi ini dan betah tinggal di dunia lamunan. Aku pun memutuskan pergi ke belakang sekolah untuk menenangkan segala pikiran yang sedang bertarung hebat di kepalaku.

NORMAL POV'S

Taka terus saja menarik tangan Karin tanpa memedulikan Karin yang mulai kelelahan.

Karin pun tampaknya harus memprotes tindakan Taka yang seenaknya ini.

"Honjo-san… tunggu a-aku… ca-capek…"

Taka tidak merespon protes dari Karin apalagi menghentikan aksinya menarik tangan Karin. Kelelahan semakin mendera Karin. Apalagi Karin tambah lelah dengan tatapan para siswa-siswi sekolah ini.

Akhirnya mereka sampai di halaman belakang sekolah ini. Taka pun melepaskan tangan Karin. Karin pun langsung terduduk di lantai. Dia sudah tidak kuat lagi berdiri.

'Uh… capeknya…' gerutu Karin dalam hati.

Wushh… wushh…

Srekk… srekk…

Suasana pun hening. Hanya suara semilir angin yang lumayan kuat yang terdengar. Di ikuti suara gemerisik pohon yang seakan menari mengikuti alunan suara angin. Kedua suara ini bersatu menjadi perpaduan sebuah simponi yang sangat enak untuk di dengar. Menenangkan hati.

Karin yang mulai bosan dengan suasana hening seperti ini pun mulai membuka suara.

"Honjo-san, ke…"

"Kenapa kamu mau saja menerima semua perlakuan kasar yang di lakukan penduduk sekolah ini?" potong Taka dengan cepat sebelum Karin menyelesaikan kalimatnya.

Karin pun terkejut dengan peranyaan Taka. Taka sendiri saat ini masih membelakangi Karin. Karin tidak menyangka bahwa Taka akan menanyakan hal yang lumayan 'sensitif' seperti ini.

"A-aku…"

"Kenapa kamu selalu saja dengan sabar menerima semua perlakuan mereka?"

Karin pun terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Dia sebenarnya tahu jawaban apa yang harus dia berikan, tapi… dia takut.

"Ayo jawab Karin Koizumi!" perintah Taka kepada Karin.

"Sebenarnya a-aku.." Karin terdiam sejenak, "…karena a-aku tidak mau men-mencari masalah dengan mereka semua. A-aku tidak ingin membuat perselisihan. Aku tahu hatiku saat ini sudah sangat sakit mendengar hinaan mereka. Tapi biarlah, aku akan terus bertahan dengan semua ini."

Taka pun membalikkan badannya. Taka dapat melihat dari kedua bola mata Karin ada keseriusan. Berarti Karin tidak bohong dengan ucapan yang baru saja dia lontarkan. Karin tidak main-main.

"Kamu sadar dengan apa yang kamu ucapkan?" tanya Taka yang masih sedikit ragu dengan ucapan Karin.

"Te-tentu saja Honjo-san… a-aku tidak main-main," balas Karin dengan tegas, walaupun sedikit terbata-bata.

Taka pun terus memandang kedua bola mata cokelat Karin. Taka terus mencoba menggali sesuatu dari kedua bola mata Karin. Setelah Taka merasa dia sudah mendapatkan bahwa jawaban Karin tadi tidak main-main, Taka mengulurkan tanggannya untuk menolong Karin berdiri.

"Arigatou Honjo-san…" balas Karin sambil menerima uluran tangan Taka.

"Hmm…" balas Taka.

Taka dan Karin pun meninggalkan halaman belakang sekolah. Tanpa mereka sadari, kedua bola mata Yamato memandangi mereka.

o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o

Karin saat ini sedang dalam perjalanan pulang, bersama dengan Taka. Taka menawarkan dirinya mengantarkan Karin. Walaupun pada awalnya Karin menolak, Taka tetap bersikeras untuk mengantarkannya pulang. Keras kepala pikir Karin.

Akhirnya mereka sampai juga di depan rumah yang bertuliskan 'Koizumi no Uchi'. Karin pun bersiap-siap untuk masuk ke rumahnya.

"Do-doomo arigatou gozaimasu… honjo-san," ucap Karin.

"Dooitashimashite Karin, ja nee…" balas Taka sambil meninggalkan rumah Karin.

Setelah Taka menghilang dan tidak terlihat lagi, Karin pun masuk ke dalam rumahnya. Kedua kaki Karin langsung menuju lantai dua, tempat kamarnya berada.

Karin tidak terlebih dahulu berbenah diri. Karin langsung merebahkan badannya di tempat tidur. Karin pun terdiam. Merenungkan kejadian hari ini yang menurutnya sangat aneh. Semuanya terjadi begitu saja. Seandainya saja dia tadi tidak membiarkan keingginannya membawanya ke lapangan basket, pasti semua kejadian yang dia alami hari ini tidak akan terjadi.

'Sungguh pengalaman yang sangat tidak menyenangkan' kata Karin dalam hati.

Karena banyak melamun, Karin tidak sadar saat ini dia sudah tertidur. Membiarkan dirinya terambang di alam bawah sadar.

o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o

Ciut… ciut… ciut…

Suara burung pun terdengar dengan keras. Menandakan pagi telah datang. Karin sendiri saat ini sedang makan bersama kedua orang tuanya di ruang makan, Kaname Koizumi dan Ringo Koizumi.

"Karin bagaimana sekolahmu selama ini?" tanya ayah Karin membuka pembicaraan.

"Biasa saja tou-san, tidak ada yang istimewa," balas Karin sambil tetap fokus pada makanannya.

"Begitukah?" tanya ibu Karin, Karin pun hanya mengangguk-anggukkan kepalanya, "oh ya Karin, bukannya besok akan ada pesta dansa di sekolahmu?"

Makanan yang sebelumnya sudah siap di luncurkan ke dalam mulut Karin, tiba-tiba terhenti. Karin terdiam, mencoba memproses apa yang di katakan ibunya.

"Oh yaa … Karin lupa kaa-san, a-aduh bagaimana ini…" seru Karin sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

Kedua orang tua Karin hanya sweatdrop melihat tingkah anaknya yang agak 'lebay' ini. Dan yang mereka pikirkan saat ini adalah 'Apa Karin salah makan, atau dia sebenarnya anak yang gila?'

"Sudahlah Karin jangan heboh begitu," tegur sang ayah.

"Oh iya ya, lagian Karin tidak terlalu tertarik dengan acara ini. Dan mungkin Karin tidak akan datang tou-san, kaa-san," wajah Karin pun memelas saat mengatakan hal ini.

"Kenapa Karin?" tanya sang ibu.

"Tidak apa-apa kaa-san, Karin malas,"

Sang ibu pun hanya mendesah panjang. Dia tidak tahu apa alasan anaknya tidak mau pergi ke pesta yang seharusnya dinanti semua orang. Sang ayah pun hanya diam sambil menaikkan kacamatanya, entah apa yang di pikirkannya saat ini. Tapi sepertinya kedua orang tua ini tidak mau menayakan hal yang lebih jauh. Mungkin ini privasi bagi Karin.

"Baiklah kalau begitu Karin, tapi Karin jangan memasang muka memelas gitu dong, jelek tahu," kata sang ibu.

"Iya wajahnya jangan memelas gitu dong, nanti keriput loh kayak kaa-san mu," nasehat sang ayah tanpa memikirkan apa akibat dari yang dia ucapkan.

"Ayah…"

Aura hitam langsung menyelimuti ruang makan keluarga Koizumi ini. Mata Ringo Koizumi saat ini memancarkan aura dan tatapan membunuh kepada suaminya, Kaname Koizumi. Karin sendiri saat ini hanya sweatdrop melihat kedua tingkah orang tuanya.

"Kamu bilang aku keriput," kata Ringo.

"A-a… ku gak ngomong begitu kok…" kata Kaname dengan keringat yang mengucur deras melintasi wajahnya.

Ringo saat ini hanya tetap melancarkan aksi tatapan membunuhnya. Seketika itu juga Kaname langsung takluk.

"Iya-iya aku mengatakannya ta-tadi… ma-maaf ya istriku yang… cantik."

Karin tambah sweatdrop saat melihat ayahnya bersujud, memohon maaf kepada sang ibu.

'Kenapa dengan mereka ya. Aku jadi menyesal di lahirkan di keluarga ini," batin Karin.

"Baiklah kamu aku maafkan. Tapi ada satu syarat," Kaname pun langsung sumringah saat mendengar permintaan maafnya di terima.

"Apa itu sayang. Tenang saja, aku Kaname Koizumi akan menurutimu semua keinginanmu," Kaname pun langsung berdiri.

"Aku ingin…" Ringo sejenak mengambil napas, "… aku ingin istrimu tercinta ini dan anak kita Karin bisa berbelanja sepuasnya, hari ini…"

Kaname pun langsung terdiam. Tubuhnya tidak bergerak. Karin yang melihatnya tambah bingung dengan ayahnya yang sepertinya mulai 'gila'. Tapi…

"Yey… kaa-san memang yang terbaik, I love you so much my beautiful mother," seru Karin girang sambil memeluk ibunya.

"Tentu saja sayang. Kaa-san mu ini sangat pintar dan… sedikit licik."

Karin dan ibunya pun tertawa dengan keras. Sedangkan ayah Karin hanya mendesah.

"Baiklah tapi jangan boros ya. Ingat, uang itu harus di jaga baik-baik, terutama buat Karin nanti kuliah," nasehat Kaname kepada kedua orang yang di sayanginya ini.

"Siap bos, hehehehe…" balas Karin dan Ringgo bersamaan.

o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o

SKIP TIME-IN BREAK TIME

Di saat semua siswa-siswi di tempat ini memenuhi kantin yang ada untuk mengisi perut mereka yang menangis minta di kasih makan, Karin hanya diam di kelasnya. Karin hanya merenung. Yang di pikirkannya tentu saja…

'Haruskah aku pergi ke pesta dansa. Tapi- dengan siapa aku harus pergi?'

Pikiran itu terus berkelabat di dalam otak Karin. Dan saat ini juga ada dua pendapat yang saling bertarung, mencoba memenangkan hati Karin.

Pergi dan tidak pergi.

Teng…Teng…Teng…

Tanpa terasa bel masuk berbunyi. Semua siswa-siswi kelas 2-A pun langsung menuju meja masing-masing, menunggu guru mereka masuk.

Srek…

Suara pintu kelas mereka pun terdengar, menandakan ada yang masuk. Namun bukan guru mata pelajaran kimia mereka yang masuk, melainkan seorang lelaki berambut panjang berwarna abu-abu.

Taka Honjo.

Apa yang sedang di lakukannya di kelas ini, bukannya bel sudah berdentang?

Kedua kaki panjang milik Taka berjalan menuju meja Karin Koizumi. Ada perlu apa dia dengan seorang Karin Koizumi?

Semua mata pun tertuju pada Taka. Menunggu mulut Taka bergerak, mengucapkan beberapa patah kata.

"Karin… maukah kau pergi ke pesta dansa denganku?"

o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o-oo-o

TO BE CONTINUED

Yak segini dulu ceritanya.

Mungkin para reader dan senpai semua sudah bosan dengan cerita seperti ini, karena banyak sekali komik maupun cerita di FF yang mengangkat tema ini, namun saya berharap kalian bersedia menyukai cerita ini, hehehehehehe…^^

Bagaimana menurut kalian, masih banyak typo yang betebaran dengan bebasnya, character yang OOC, cerita yang aneh, abal…

Silahkan lemparkan semua kritik dan saran kalian di ruang review.

^^Mind to review this story?^^