Shingeki no Kyojin © Hajime Isayama

Kamu

Awalnya, Armin hanya penasaran siapa yang memandang banner yang menampilkan potret dirinya untuk waktu yang agak lama. Cewek itu menatapnya dengan tatapan dingin nan serius. Armin yang berada agak jauh dibelakang dia akhirnya memilih menunggu gadis itu berjalan lebih dahulu. Lalu Arminpun berjalan dibelakangnya, merasa ganjil bahwa mereka berjalan menuju arah yang sama dan siapa sangka mereka memasuki kelas yang sama. Armin sadar setelah melihat wajah itu, kalau tidak salah namanya Annie Leonhardt. Armin penasaran kenapa dia melihat potretnya hingga begitu lama. Armin memilih untuk terus memerhatikan Annie.

Annie punya wajah yang sangat dewasa, banyak ketegaran dari matanya yang dingin. Armin juga sempat takut ternyata Annie adalah seorang atlet beladiri judo. Armin jatuh cinta dengan wajah cantik Annie setelah beberapa hari ini memerhatikan dia secara diam-diam. Armin juga tahu bahwa Annie sering pergi ke perpustakaan dan menuju ruangan baca sastra, tahu bahwa dia sering sendirian walau dikelas tampak bersama Bertolt dan Reiner. Dan Armin juga tahu, bahwa dia hanya ingin mengenal Annie lebih jauh.

"Eren, rasanya aku suka dengan seseorang" ucap Armin tiba-tiba sembari melihat laptopnya, mengoreksi susunan kata pada berkas karya tulis ilmiahnya. Berhenti untuk sesaat menatap mata Eren dan Mikasa.

"Hahahah, akhirnya Armin adek kecil kita udah dewasa juga ya!" ujar Eren. Eren tertawa mendengar perkataan Armin barusan, namun tidak bisa dipungkiri akhirnya teman masa kecilnya berani berbicara tentang lawan jenis.

"Dan siapa cewek itu?" ucap Mikasa santai.

Armin merasa pipinya memanas, jantungnya berdegup cepat tidak karuan. "Annie, teman kelas kita" ucap Armin malu-malu, menutup mukanya dengan tangan kanannya.

"Hah?! Serius lu min? Pasti susah dapetin dia mah" Eren terkejut, pasalnya Annie adalah salah satu cewek yang paling diincar di fakultas teknik mereka. Berada di urutan nomor tiga setelah Historia dan Mikasa. Wajahnya memang cantik parah, lekukan badannya bagus dan pintar pula. Cowok mana yang tidak tertarik dengan Annie, mereka semua tidak berani aja dekat-dekat dengan Annie karena wajahnya yang kelewat jutek dan dingin, bicaranya singkat, jelas dan padat selain kepada Bertolt dan Reiner. Menurut rumor, Annie memang belum punya pacar.

"Nah, mangkanya aku mau minta tolong sama kalian berdua" ucap Armin dengan senyum secerah langit. Dan tanpa Armin ketahui juga dia masuk peringkat tiga besar cowok yang paling ingin dijadikan pacar di fakultas oleh anak-anak cewek. Senyuman, tutur kata dan tingkah laku Armin memang paling bisa membuat semua cewek menaruh harapan padanya alias baper.

"Kenapa Armin suka sama dia?" Tanya Mikasa yang tidak paham kenapa orang selembut Armin bisa suka sama cewek jutek nan galak kayak dia. Mikasa hanya tidak sadar bahwa dia begitu juga.

"Awalnya aku juga biasa aja sama dia, tapi setelah lama aku perhatiin ternyata dia juga punya sisi yang manis. Dia juga cantik kan" Armin tidak berbohong saat bilang bahwa Annie punya sisi yang manis juga. Saat Annie peduli dengan Reiner yang terus tertidur saat kuliah dengan berusaha membangunkannya dan menyuruh dia minum lalu cuci muka. Annie yang tertawa kecil bersama Reiner dan Bertolt saat istirahat makan siang di kantin fakultas. Annie yang waktu itu memandangi fotonnya dengan dalam untuk waktu yang lama. Armin sukses menjadi pemerhati setia Annie atau kasarnya penguntit.

"Oke kita bantu"

Rencana dimulai saat Armin meminta izin untuk duduk di meja yang sama dengan Annie di ruangan membaca sastra. Armin masih ingat bagaimana dia berusaha keras untuk menahan debaran jantungnya hanya untuk sekedar berbicara dengan Annie. Armin yang kecewa bahwa Annie merasa risih saat mereka duduk berdua untuk pertama kalinya dan Annie yang buru-buru pergi dari sana. Armin sempat putus asa dan bercerita kepada Eren untuk tidak melanjutkan usahanya. Armin merasa ciut waktu itu.

Armin menjadi berani kembali ketika dia duduk disamping Annie saat kuliah Pak Shadis, melihat kecantikan Annie lebih dekat membuat Armin membulatkan tekad untuk segera memiliki Annie. Tahukah kalian bagaimana sorak-sorai Eren saat melihat Annie bersandar kepada Armin. Armin rasanya ingin meledak namun harus menahan perilakunya karena disamping Annie ada Reiner dan Bertolt. Dan kebahagiaan terbesar pertama Armin adalah ketika Annie bersedia ikut untuk menonton film bersama.

Malam itu setelah menonton film di bioskop, niat untuk menembak doi harus tertunda karena kebodohan Armin yang membuat doi marah. Annie bilang dia tidak marah tetapi jelas sekali terlihat kekesalan yang timbul dari perilaku Annie. Annie yang menanggapinya dengan cuek, padahal suasana diantara mereka sebelumnya sudah mencair.

Armin dengan berani menyambar tangan Annie untuk digenggamnya, masih ingin melihat Annie untuk waktu yang lebih lama. Armin menatap mata Annie dengan hangat, dengan wajah kekanak-kanakannya mencoba meyakinkan Annie untuk tetap diam sebentar bersama Armin.

'Annie, jadilah kekasihku'

"Rambutmu berantakan, aku rapihkan ya?"

Armin sudah senang walaupun kata yang terucap bukanlah kata yang ingin dia sampaikan waktu itu.


Dan setelah itu, senatural mungkin Armin akan mencoba mendekati Annie dengan duduk disampingnya saat kuliah, atau duduk di kantin bersama Reiner dan Bertolt serta ditemani Mikasa dan Eren. Armin tidak bisa memungkiri bahwa dirinya cukup sibuk diluar jam perkuliahan, menyusun essay, karya tulis ilmiah dan lomba-lomba lain yang cukup menyita waktunya. Armin juga kadang-kadang akan tiba-tiba duduk di meja yang sama dengan Annie di ruang membaca sastra dan sedikit berbasa-basi.

Armin dengan motornya kadang akan menghampiri Annie di pinggir jalan dan mengantarnya pulang. Namun, untungnya Annie tidak pernah merasa keberatan dan bahkan dia menawari Armin mampir sebentar masuk ke dalam kamar kossan. Annie berkata kossanya bisa dimasuki cowok, namun Armin belum punya nyali untuk mampir. Armin lebih sering untuk meminta Annie menemaninya di depan gerbang kossan atau kadang duduk di ruang tamu kossan Annie. Armin senang berbicara dengan Annie, dia pendengar yang baik.

"Aku sebal dengan Reiner yang kemarin lupa menyelesaikan tugas kelompok kita. Gara-gara dia, aku yang harus menyelesaikannya. Katanya kalau dikerjain sama aku bisa lebih cepat" ujar Armin memulai ceritanya kepada Annie sore itu di ruang tamu kossan Annie. Armin sibuk mengetik sesuatu di laptopnya.

Annie rasanya bosan dengan situasi ini, walaupun mereka bercerita namun Armin selalu sibuk dengan segala kegiatannya bersama laptopnya. Annie menyesap teh hangatnya sambil memandang Armin dari samping, entah sejak kapan mereka jadi dekat begini.

"Terus kenapa waktu itu lu ga nolak aja? Bilang ke Reiner kalau ga suka, jangan bilang ke gue" balas Annie, menaikkan kakinya untuk bersila di atas sofa, mencari posisi ternyaman.

"Hmm tapikan aku ga enak sama Reiner" ucap Armin masam.

Annie kadang merasa sebal dengan sikap kelewat sabar Armin, dia pasti dibesarkan dengan berlimpahkan ajaran kelembutan dan kesabaran serta penuh perhatian sehingga Armin menjadi seorang yang sabar, manja dan masih belum dewasa di usia yang mau menginjak sembilan belas tahunnya ini. Annie enggan berbicara lagi.

"Annie aku suka teh buatanmu" ucap Armin tiba-tiba.

"Hmm makasih" jawab Annie seadanya. Perasaan Annie membeli teh yang biasa ada di kantin-kantin atau rumah makan, atau lidah Armin yang terlampau sederhana?.

"Jadi … Maukan jadi pacarku?"

"Hah?!" ucap Annie menatap horror pemuda yang ada disampingnya itu, tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

Armin hanya menatap Annie dengan wajah yang tidak berdosa, tersenyum lebar secerah mentari. Annie merasakan kegerahan yang luar biasa, jantungnya memompa darah lebih cepat lalu mukanya bersemu merah. Annie bingung ingin menjawab apa, namun sepertinya dia tidak punya alasan untuk menolak. Siapa yang bisa nolak cowok seimut dan sepintar Armin? Annie merasa masa depannya akan terjamin bersama Armin.

"Hmm, yaudah" ucap Annie sambil menunduk menatap cangkir teh nya, malu untuk melihat Armin. Lalu dia merasakan ada dua tangan yang mencoba untuk memeluk tubuhnya. "Ngapain peluk-peluk! Cepet selesain kerjaan lu ihh" Annie kaget setelah tahu Armin nekat hendak memeluknya, siapa sangka cowok sepolos dan seunyu dia bisa seagresif itu. Annie juga malu jika ketahuan sama penghuni kost lain.

"Haha iya maaf Annie-ku" Armin kembali sibuk dengan laptopnya, menahan dirinya untuk tidak berbuat yang aneh-aneh dan hanya bisa senyum-senyum sendiri. Lalu teringat bahwa Annie mantan atlet bela diri dan merasa perlu berhati-hati juga mulai dari sekarang. "Berbicara denganku pakai aku-kamu ya" tambah Armin.

"Aku mau hajar kamu boleh?" ucap Annie sambil mengepalkan tinjunya.

"Sok kalau berani bikin wajah imutku rusak"

Annie kalah telak, apa yang dikatakan Armin memang benar, nanti wajah imut yang sangat disukai Annie itu lebam dan menyedihkan. Annie akhirnya mengalah, merasa bahwa tidak terlalu buruk juga menggunakan aku-kamu, terlebih lagi jika itu dengan Armin. Annie merasakan kehangatan mengharapkan seseorang itu nyata, kebaikan Armin teringat jelas dalam otaknya. Bagaimana dia memanggil Annie dengan penuh kasih serta perhatian. Annie menyandarkan kepalanya di bahu Armin, rindu akan aroma dan kenyamanan yang Armin beri untuk dirinya yang sepi ini. Saat Annie mulai bersandar, Armin mengamit lengan Annie untuk menarik Annie lebih dekat. Armin tidak mau beranjak dari sini rasanya.

SELESAI


Terima kasih untuk yang sudah membaca fanfic ini dan fanfic Aku-Kamu. Mudah-mudah side story ini dapat menghibur

Mind to Review ^^