.

.

.

.

.

Chonurullau40 a.k.a Miss Zhang present:

NEVER


Main Cast: Ahn Hyungseob and Park Woojin

Supporting Cast: Haknyeon, Youngmin, Seonho, Donghyun, Jihoon, Daehwi, Samuel, Eunki, and many more

Genre: Drama, Hurt/Comfort, School Life

Rate: T

Warn: YAOI! TYPO, Gaje, Alur kecepetan, dan kekurangan lainnya

a/n: Annyeong! Setelah sekian lama, akhirnya malah back pake cerita baru XD maaf ya.. yang lain masih proses. Oh iya, ini ff JinSeob pertama buatan saya. Ceritanya mungkin pasaran, jadi mohon dimaklumi karena saya juga masih amatir. Mohon dukungannya ^^/~

.

.

.

.


.

.

.

.

Pagi yang cerah untuk mengawali hari. Mentari bersinar terik, menghangatkan pagi di awal musim semi ini. Terdengar kicauan merdu burung dari luar jendela kamar rumah serba mewah itu. Seseorang mengetuk pintu kamar itu dengan lembut, karena tak mendapat jawaban dari sang pemilik kamar, seseorang itu memutuskan masuk saja tanpa izin dari sosok yang masih meringkuk di bawah selimut tebalnya di atas ranjang berukuran king size berwarna soft blue empuk itu.

Seorang pria tampan mendekati ranjang itu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya heran. Dengan sekali tarik, ia menyibak selimut itu sehingga sosok yang masih meringkuk itu menggeliat tak nyaman. Pria yang baru saja masuk itu berdecak kesal, lalu ia mengambil gelas yang berisi air mineral di meja nakas samping ranjang. Ia membuka tutup gelas itu, membasahi tangannya dengan air dan ia percikkan air itu ke wajah pria manis yang masih tertidur pulas bak putri salju dalam dongeng.

1..

2..

Sosok manis itu mulai menggerakkan matanya tak nyaman.

3..

4-

"HUWAAAAA!" Pria tampan itu tersenyum puas melihat reaksi sosok di depannya. Ia bahkan sedikit bangga karena adiknya bangun dalam hitungan tidak sampai hitungan ke-lima. Biasanya ia bahkan harus menuangkan air ke wajah manis itu untuk membangunkannya. Karena cara biasa tak akan mempan agar berhasil membangunkan putri tidur itu. Keadaan mulai membaik saat ia mulai tinggal berdua dengan kakaknya saja.

"Nah, Hyungseob-ie~ sampai kapan kau mau tidur, hmm? Ini baru hari keduamu masuk ke sekolah menengah atas, kau lebih suka dicap siswa telatan daripada siswa teladan, huh?"

Hyungseob mengubah posisinya menjadi duduk. Ia menatap kakak laki-lakinya dengan kesal. "Jisung Hyung! Mengapa kau hobi sekali menggangu tidurku? Memangnya ini jam berapa?" ia berucap sambil menoleh ke kanan, memandang jam yang bertengger manis di dinding bercat coklat muda itu. Ia mendengus, "Ini masih jam setengah tuj- WHAT?! SUDAH JAM SEGINI? ARGHH! AKU BISA TELAT!" Hyungseob berujar histeris. Ia segera bangkit dari ranjangnya dan berlari menuju kamar mandi secepat yang ia bisa. Jisung terkikik geli melihat tingkah adiknya. Ia melangkah mendekati jendela dan menyibak gorden merah muda di sana sehingga cahaya terang sang mentari dapat menembus kaca bening itu.

Entah untuk alasan apa, Jisung tersenyum.

"Ah.. aku punya firasat bagus untuk hari ini."

Ia melangkah menjauhi jendela dan berhenti di depan pintu kamar mandi. Terdengar gemericik air dari dalam. Sepertinya Hyungseob sedang mandi.

"Kau tidak lupa kan kalau hyung tidak akan mengantar? Jangan mandi lama-lama.." Jisung hanya tersenyum saat mendengar Hyungseob memekik di dalam sana sebagai tanggapan atas ucapannya. Ia dengan santai meninggalkan kamar Hyungseob dan menutup pintu itu perlahan.

Sementara di dalam sana sang pemilik kamar tengah bergerak kesetanan untuk menyiapkan segala keperluan yang harus ia bawa hari ini.

Tapi ada satu yang ia lupa buat.

Surat cinta untuk kakak panitia MOS yang menjadi favoritnya.

.

.

.

.

.


I don't want to love you


.

.

.

.

"Ahjumma, Jonghyun hyung sudah berangkat?" seorang pria tampan dengan rambut kemerahan keluar dari kamarnya dengan tergesa, berlari menuju dapur, mendekati seorang wanita paruh baya yang tampak sedang membereskan meja makan. Hari ini adalah hari keduanya masuk sekolah, tapi ia sudah terancam terlambat datang. Pasalnya ia sedang menjalani masa orientasi siswa, bahaya jika sampai terlambat datang. Seniornya pasti akan cerewet menceramahinya habis-habisan, dan paling parah jika sampai diberi hukuman.

Wanita itu sempat terlonjak kaget karena pria dengan seragam Produce101 High School berujar padanya tiba-tiba. Wanita itu menoleh dan tersenyum pada pria itu sambil menjawab, "Sudah dari tadi.. kenapa baru keluar kamar sekarang? Tadi dia mengetuk pintu kamarmu berulang kali, tapi kau tidak menyahut?"

"Ahh.. sialan.. dia memang sangat menyebalkan.. kalau Minhyun hyung?" sosok itu mendengus kesal lalu menanyakan keberadaan kakak keduanya.

"Dia juga sudah berangkat bersama Jonghyun tadi. Kau tahu sendiri kan kalau dia panitia MOS? Tentu saja ia berangkat sangat awal." Mendengar jawaban dari sang wanita paruh baya, pria itu berdecih tak suka.

"Dia juga sama saja…"

"Woojin-ie…"

"Aku berangkat!" sosok tampan dengan tatapan tajamnya –Kim Woojin- langsung saja berlari keluar setelah berujar. Tak lupa ia menyambar roti tawar di meja, sisa sarapan dari kedua kakaknya, untuk mengganjal perut.

Sementara itu sosok di belakang sana hanya mampu tersenyum penuh arti.

Woojin berlari keluar rumah dan menuju ke garasi rumahnya. Namun, saat hendak saja menyalakan mobilnya, ia teringat peraturan konyol yang dibuat para seniornya tentang larangan menggunakan kendaraan pribadi dan diantar oleh siapapun sampai ke sekolah selama kegiatan masa orientasi siswa berlangsung. Woojin kehilangan kesabarannya. Ia mencabut kunci mobilnya dan membantingnya hingga barang kecil itu terpental entah kemana, Woojin tak peduli. Kemudian ia keluar dari mobil dan menutup pintu itu keras.

Setelahnya ia segera berlari untuk menghadang bus di jalanan beberapa ratus meter depan rumahnya –yang untungnya dilewati jalur bus menuju sekolahnya-, dan dapat menumpanginya tak lebih dari lima menit setelah penantiannya. Woojin menghela nafas lega sesaat ia menduduki salah satu bangku penumpang.

.

.

.

.

.

Hyungseob hampir menangis.

Bagaimana tidak? Ia harus berlari agar bisa sampai ke sekolahnya. Kakaknya yang sialnya sangat menyebalkan itu tidak mau mengantarnya ke sekolah. Padahal ia tidak memberitahunya tentang peraturan tak masuk akal dari seniornya, tapi bagaimana bisa seorang Yoon Jisung mengetahuinya? Pasti ia menggeledah isi tasnya setelah ia datang ke sekolah untuk mendapat detail seputar MOSnya. Sialnya lagi, tak ada jalan yang dilalui bus menuju sekolahnya di daerah rumahnya. Daripada berlari menuju halte bus yang jauh, lebih baik ia langsung saja berlari menuju sekolahnya melalui jalan pintas yang tak bisa dilalui kendaraan.

Tapi rasanya ia tidak melewati jalan pintas, melainkan jalan memutar. Rasanya ia tak sampai-sampai ke sekolahnya. Ia ingin menangis, apakah ia tersesat?

Saat melihat jalan raya di ujung gang sempit yang ia lalui sekarang, tak dapat dicegah senyumnya pun merekah. Ia berlari dengan penuh semangat, air matanya tiba-tiba menghilang dari pelupuk matanya.

Dan saat beberapa langkah lagi menuju luar gang sempit itu, tiba-tiba seseorang muncul di sana. Hyungseob tak bisa memperlambat langkah atau menghentikan larinya sekarang. Ia hanya dapat berteriak saat tak dapat menghindar dari insiden selanjutnya.

"HUWAAAA!"

'BRUKK!'


Woojin berjalan santai saat turun dari bus yang ia tumpanngi tadi. Ia tak memikirkan lagi jika ia bisa saja terlambat hari ini. Woojin paling benci terburu-buru, karena banyak hal buruk bisa terjadi setelahnya. Ia memutuskan untuk menikmati perjalanannya yang hanya beberapa ratus meter lagi menuju sekolahnya. Bahkan ia bisamelihat bangunan besar sekolahnya menjulang tinggi di depan sana. Ia juga dapat melihat beberapa siswa lain berlari tergesa supaya tidak terlambat sampai.

Woojin tak habis pikir, apa yang mereka kejar? Gerbang di depan sana masih terbuka lebar. Bahkan tidak terlihat petugas keamanan sedang menutup gerbang yang biasanya dalam slow motion. Mengapa tidak bisa bersikap tenang saja?

"Hei!" Woojin menoleh ke samping kiri dimana pundaknya baru saja ditepuk. Ia bisa melihat seseorang dengan sengiran lebar menatapnya antusias. Woojin mengernyit heran, siapa dia? Sosok itu kemudian berjalan mendahului Woojin yang sempat berhenti melangkah karena dirinya. Woojin memperhatikannya dalam diam. Dia tidak seperti kebanyakan orang, langkahnya santai seolah tidak peduli pada apapun, seperti dirinya. Wajahnya lumayan tampan dengan senyum menjengkelkannya , Woojin bertaruh orang itu pasti punya ribuan fans di luar sana.

"Jangan menatapku seperti itu, nanti kau bisa jatuh cinta padaku. Aku sudah lelah menolak banyak pernyataan cinta, jangan buat aku melakukannya juga padamu." Woojin berdecih lalu mulai melangkah lagi. Orang ini terlalu percaya diri, Woojin risih dengan yang seperti itu.

"Kau sangat memuakkan," Woojin berujar datar.

"Joo Haknyeon imnida.. jangan terlalu kaku jika denganku. Santai saja, sepertinya kita bisa jadi teman baik." Haknyeon terkikik di akhir ucapannya. Woojin ingin muntah rasanya.

"Park Woojin. Segeralah bangun dari mimpimu, Haknyeon-ssi.."

.

.

.

.

.

"Kau baik-baik saja?" sebuah suara lembut menyapa pendengaran Hyungseob. Ia membuka matanya perlahan. Ia dapat melihat sesosok pria tampan sedang mentapnya khawatir. Hyungseob terdiam cukup lama, ia masih terpesona dengan sosok di depannya yang untungnya berhasil menghindar dari tubrukkannya. Alhasil Hyungseob terjatuh seorang diri.

"Halo? Kau dapat mendengarku?" sosok itu kembali berucap, menyadarkan Hyungseob dari lamunannya. Setelah sadar ia segera membenarkan posisinya, namun sebuah tangan terulur di depannya. "Perlu kubantu?" sosok itu tersenyum menawan, Hyungseob bisa pingsan saat itu juga.

Hyungseob malu-malu menerima uluran tangan itu. Lalu berdiri dengan bantuan si calon korban atas kecerobohan dirinya itu. Lalu ia menyadari sesuatu, mereka memakai seragam yang sama!

"Terima kasih dan maaf.." Hyungseob berujar pelan. Sosok itu tersenyum lebar lalu menggeleng.

"Tak apa, tak usah dipikirkan. Apa kau anak baru? Sepertinya aku baru pertama kali ini melihatmu. Ong Seungwoo imnida, dari kelas 2-4. Senang bertemu denganmu!" Seungwoo memperkenalkan diri. Hyungseob terkesiap mendengar penuturannya. Ternyata dia adalah seniornya di sekolah.

"Ahn Hyungseob imnida, dari kelas 1-4. Senang bertemu denganmu juga sunbaenim.." Hyungseob malu untuk alasan yang tidak ia ketahui. Biasanya ia sangat percaya diri. Seungwoo menepuk pundaknya dua kali, membuat Hyungseob terkejut.

"Sepertinya kau baik-baik saja. Ayo bergegas ke sekolah. Kalau terlambat bisa bahaya. Ahahaha," Seungwoo tertawa renyah. Hyungseob ikut tersenyum lalu mengangguk. Mereka berjalan beriringan. Hyungseob hanya menunduk sepanjang perjalanan.

Hyungseob dapat merasakan wajahnya menghangat.

.

.

.

.

.


In the memories that cannot be stopped


.

.

.

.

.

Hyungseob menghela nafas berat untuk yang kesekian kalinya pagi ini. Pasalnya ia harus terlambat datang dan melupakan salah satu tugas MOS yang kemarin diberikan. Akibatnya ia harus duduk seorang diri di ruang detensi, ruangan dengan suasana berat khusus bagi pelanggar peraturan yang sudah ditentukan oleh panitia MOS.

Seungwoo juga membuatnya terkaget-kaget, sikapnya berubah drastis sesaat saja ia melangkahkan kakinya memasuki gerbang sekolah yang dibukakan khusus untuknya. Seungwoo menjadi sangat kejam. Senyum hangatnya sirna seketika, tergantikan oleh ekspresi bengis ala senior MOS pada umumnya. Ia meninggalkan Hyungseob bersama beberapa orang yang juga terlambat bersamanya lalu memberi mereka hukuman tanpa ampun. Mereka –para murid baru yang terlambat itu- disuruh memutari lapangan depan gedung utama sekolahnya sebanyak kelipatan menit mereka terlambat.

Hyungseob sedikit beruntung karena ia terlmabat bersama seorang ketua panitia MOS tahun ini, sehingga ia tidak terlalu lama terlambat. Hanya satu menit lebih beberapa detik. Ia merasa aneh saat Seungwoo tiba-tiba mendahuluinya berjalan setelah ia mengecek jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Ternyata mereka hampir terlambat. Terima kasih kepada ayahnya yang mendaftarkan anak bungsunya ke sekolah super elit ini. Peraturan yang sangat ketat membuatnya hampir menangis setiap saat, untungnya harga dirinya lebih penting sehingga tak setetes air matapun yang jatuh, tidak seperti kebanyakan murid.

Hukumannya tidak berhenti sampai disitu. Ia harus melalui pengecekan barang bawaan. Sialnya, Hyungseob melupakan surat cinta yang harus diberikan kepada senior yang merupakan panitia masa orientasi siswa kali ini. Hyungseob sebenarnya tidak lupa akan tugas yang satu itu, hanay saja ia bingung harus ditujukan kepada siapa surat itu. Terlalu lama berpikir ia malah ketiduran semalam dan berakhir tidak membuatnya.

Ia digiring ke ruang detensi karena kecerobohannya itu. Sialnya –lagi-, ia tidak mendapati siswa lain yang digiring ke ruangan ini selain dirinya. Apa hanya dirinya saja yang tidak membuatnya? Ia mengusak rambutnya kasar. Ahh… Hyungseob benar-benar kacau saat ini.

'SREKK!'

Pintu geser itu terbuka dengan suara yang lumayan keras. Perhatian Hyungseob pun teralihkan ke sumber suara. Sesosok pria dengan surai kemerahan berdiri disana dengan ekspresi wajahnya yang datar.

Pandang mereka bertemu.

Untuk waktu yang cukup lama mereka terpaku pada satu sama lain.

"Ya! Park Woojin! Apa yang kau tunggu? Cepat masuk ke dalam!" sebuah bentakan dari belakang sosok pria bernama Park Woojin itu menyadarkan kedua anak adam yang sejak tadi saling pandang. Hyungseob segera mengalihkan pandangannya pada sepatunya yang baru ia cuci dua hari yang lalu, ia terlalu gugup menghadapi seniornya yang super galak. Karena ia tipe orang yang tidak bisa dikerasi sebenarnya. Sementara Woojin berjalan dengan santai memasuki ruangan itu dan memposisikan diri duduk di samping Hyungseob seolah tak akan ada apapun terjadi.

Senior dengan nametag 'Jung Chaeyeon' itu duduk di depan mereka berdua dan suasana yang awalnya sudah berat menjadi semakin mencekam. Wajah cantiknya yang memasang ekspresi marah membuatnya malah tampak menakutkan. Ia menumpu dagunya dengan kedua tangannya yang ia letakkan di atas meja.

"Jadi, hukuman apa yang kira-kira cocok untuk kalian berdua? Aku masih bingung memikirkannya. Jika saja kalian tidak melupakan tugas ini, pasti kalian akan bergabung dengan teman-teman kalian di luar sana yang sedang makan enak. Asal kalian tahu, kegiatan untuk hari ini dihapuskan dan digantikan dengan pesta besar perayaan hari ulang tahun kepala sekolah ini."

Hyungseob berdecih mendengar penuturan terakhir seniornya itu. Chaeyeon memasang wajah semakin masam.

"Aku tidak tahu apa maksud perbuatanmu barusan, tetapi aku benar-benar tidak menyukainya. Dan sepertinya aku sudah mendapat ide hukuman apa yang tepat untuk kalian." Gadis itu tersenyum miring.

"Seungwoo-ya! Bagaimana kalau kubuat mereka berdua mengisi acara hiburan hari ini? Bukannya band milik Daniel tidak bisa tampil hari ini? Sepertinya akan seru!" Chaeyeon berujar dengan antusias. Hyungseob terkejut setengah mati saat seniornya itu menyebut nama seseorang yang sejak tadi memenuhi pikirannya itu. Detik berikutnya ia segera menoleh ke belakang untuk memastikan siapa lawan bicara dari senior cantiknya itu.

Deg!

Ia melihat seorang Ong Seungwoo di sana. Entah sejak kapan seniornya yang satu itu memasuki ruang ini, Hyungseob tidak sadar saking tegangnya. Ong Seungwoo sedang tersenyum ramah pada Chaeyeon, "Tentu saja. lakukan saja sesukamu, Chaeyeon-ah.. kau kan penanggung jawab kedisplinan siswa baru tahun ini, yang penting pastikan kalau mereka tidak melakukan kesalahan yang sama di kesempatan lain." Seungwoo berujar dengan bijaksana. Hyungseob menatapnya dengan penuh binar di matanya. Ahh.. dalam keadaan apapun dia selalu keren dari sudut pandang Hyungseob. Tetapi saat melihat Seungwoo tersenyum seperti itu pada orang lain dan bukan untuknya, mau tak mau Hyungseob sedikit merasa kecewa.

Woojin melirik Hyungseob, memperhatikan gerak-geriknya yang aneh saat mengetahui ada senior lain sedang berdiri di belakang mereka. Hyungseob menjadi antusias tiba-tiba dan menjadi lesu secara tiba-tiba pula.

"Nah.. kalian berdua.. inilah hukuman untuk kalian berdua.."

Baik Hyungseob maupun Woojin rasanya ingin lenyap dari muka bumi detik itu juga.

.

.

.


.

.

Saat keduanya naik ke atas panggung, keadaan menjadi senyap seketika,. Semua mata tertuju pada mereka. Pembawa acara hari ini, seseorang yang bernama Hoesung dan Eunki, menatap mereka dari samping panggung sambil menahan tawa. Ahh.. Hyungseob pikir ini adalah hari terburuk sepanjang hidupnya di sekolah. Mereka berdua benar-benar akan menjadi hiburan di pagi menjelang siang ini.

Hyungseob sedikit melirik pada pria bersurai kemerahan di sampingnya, siapa tadi namanya Park Woojin? Berani sekali dia mewarnai rambutnya jika berhasil masuk ke sekolah ini? For your information, sekolah ini merupakan sekolah favorit yang diburu oleh lulusan sekolah menengah pertama dari seluruh bagian Korea Selatan. Tak sedikit yang tak berhasil mendapatkan kursi untuk mengenyam pendidikan di sekolah mewah ini.

Hyungseob semakin kesal padanya karena ia bahkan tak terlihat gugup sama sekali! Wajahnya masih sedatar papan catur milik kakaknya, untung saja wajahnya tidak belang kotak-kotak juga. Orang itu, bahkan berani menatap langsung ke dalam mata Chaeyeon sunbae yang menatapnya garang karena sikapnya yang kurang sopan. Woojin bahkan tidak berniat protes saat hukuman mereka diumumkan. Woojin tidak memberikan reaksi apapun. Hyungseob sampai tak habis pikir apa yang ada di kepalanya.

Dan disinilah mereka berada. Di hadapan seluruh warga sekolah. Berdiri sambil membawa secarik kertas berisi tulisan mereka. Hyungseob sedikit gemetar dan Woojin tetap tak gentar.

Hyungseob melirik Woojin, mengodenya untuk memulai bicara duluan. Tetapi Woojin malah menoleh padanya dan berkata 'kau saja yang mulai' dengan penuh penekanan lewat tatapannya. Hyungseob menciut, ia menurut saja. Perlahan ia maju ke depan mendekati pelantang yang dipasang disana.

"Annyeonghaseyo.." Hyungseob berbicara menggunakan pelantang. Lalu ia membuka kertas berisi tulisan tangan Park Woojin yang dilipat dua tadi.

"Ini adalah tugas yang diberikan para senior untuk murid kelas satu kemarin. Pada kesempatan kali ini.. saya akan membacakannya untuk kalian, surat ini ditulis oleh Park Woojin dari kelas 1-3."

Hyungseob mulai membacakan surat itu.

"Dari Park Woojin, untuk seseorang yang aneh yang sedang berbicara saat ini. Sepertinya dia sangat menyukai Seungwoo sunbaenim-! MWO? YAA! PARK WOOJIN!"

Sejak saat itu, mungkin saja kedua anak adam itu memberikan kenangan yang tak akan dilupakan semua orang. Dan nama keduanya akan terus diingat oleh semua orang yang menyaksikan ini.

Mungkin saja itu bisa merubah takdir keduanya.

Siapa tahu?

.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

.

WOAAAAHHHH! APA INIIII? Gimana ? mesti aneh ya? Maaf kalo ga memuaskan.. sebenernya pengen banget bikin Jinseob yang engga lovey dovey/? JinSeob shipper juga butuh yang pahit bair ga diabetes/?

Halo! Produce101 Season 2 stan here :') eh.. curhat dikit deh yaa~ rasanya ga mau move on dari acara itu :') pengennya ga mau kelr tuh acara.. banyak yang disayangkan terjadi… mulai dari tereliminasinya joo wontak sama kwon hyeob, trus tereleminasinya woojinyoung hong eunki and yeo hwanwoong, sampe tereliminasinya lee euiwoong and kentalay.. buat yg terkahir, pastilah kecewa ada bias yg ga debut :') rasanya gue pengen bgt tuh 20 org debut semua…

Trus.. hbd buat Lee Kiwon sama Lee Geonhee yg ultah kmren, samaan kek gue :'v

Nah.. kalian kalau ada krtik dan saran buat cerita ini mauoun untuk saya, boleh loh diisi di kotak reviewnya. Oh iya, jangan lupa juga buat fav and follow /aduh banyak maunya gue xD/

See you next chapter~


With love,

Chonurullau40 a.k.a Miss Zhang