I don't own Detective Conan

All characters belong to © Gosho, Aoyama

CaseClosed – Detective Conan Series

AKHIR PENANTIAN(?)

CHAPTER 1

Asa, Awal Sebuah Akhir

Conan's POV

Hari itu sebenarnya adalah hari yang biasa bagiku, menjalani rutinitas layaknya anak SD. Ya, sudah hampir setahun aku seperti ini, seorang detektif SMA terkenal yang terjebak di tubuh anak kecil. Seharusnya aku bisa menikmati sekolah bersama dengan Ran, teman masa kecil sekaligus hmmm... sahabat(?), di SMA Teitan. Di samping itu, seharusnya namaku juga yang terpampang di berbagai koran karena memecahkan berbagai kasus, bukan nama paman bodoh yang hanya bisa bermabuk-mabukkan itu.

Dering telepon itu membuyarkan lamunanku. Rupanya HP Conan yang berbunyi-eh. Terpampang nama Jodie-sensei di sana.

"Moshi-moshi," sahutku.

"Cool kid, apa kau sedang sibuk?" Suara Jodie-sensei menggema di sebrang sana

"Ngg tidak, sebentar lagi sekolah selesai. Ada apa, Jodie-sensei? Apa ada yang ingin kau bicarakan?"

"Kau bisa menebakku dengan tepat. Baiklah, kalau begitu di kafe seberang Taman Kota Beika satu jam dari sekarang. Kau boleh membawa gadis berambut pirang itu."

"Baiklah, Jodie-sensei.."

Aku meletakkan kembali HPku di tas dan menyadari tatapan penasaran dari gadis berambut pirang stroberi itu.

"Siapa yang menelepon, Kudo-kun?" tanyanya

"Ngg bukan siapa-siapa..." Ah, betapa bodohnya aku! Bukankah sudah jelas tidak ada yang bisa kusembunyikan dari gadis itu. Terakhir kali aku membohonginya untuk melawan organisasi itu seorang diri, ia berhasil menemukanku dengan kacamata pencari jejak cadangan yang ia sembunyikan. Ia seolah tahu jalan pikiranku sebelum aku menyampaikannya, oh bahkan mungkin sebelum aku memikirkannya. Tapi dari nada bicara Jodie-sensei, sepertinya ada sesuatu yang sangat mendesak. Apa ini tentang organisasi itu? Kalau iya, aku tidak mungkin mengajaknya bertemu Jodie-sensei dan rekan-rekan FBInya.

- End of Conan's POV

Ai's POV

Dari wajah dan tatapannya sekilas padaku, aku sudah tahu ada sesuatu yang ingin dia sembunyikan dariku. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan Jodie-sensei, kalau tidak ia akan menyampaikan semuanya lewat telepon dan pembicaraan tadi akan berlangsung lama. Aku harus mencaritahu kalau-kalau itu tentang mereka. Aku tidak akan membiarkan ia melakukannya lagi seorang diri melawan organisasi itu.

"Jadi Kudo-kun, maukah kau menyampaikan padaku apa yang dikatakan Jodie-sensei?" kataku dengan tatapan death-glare yang selalu ampuh membuka mulutnya yang terkunci.

"Ah... Ano, Jodie-sensei ingin membicarakan sesuatu denganku," jawabnya yang bisa kupastikan dengan jelas bahwa ia sedang berusaha mengarang kelanjutan cerita versi-nya.

"Jodie-sensei ingin membicarakan perkembangan kasus minggu lalu yang ditangani paman dan MPD[1] dan melibatkan orang Amerika," sambungnya lagi.

"Oh kuharap kau tidak sedang berusaha membohongiku, Kudo-kun"

"Tentu saja tidak," jawabnya tenang.

"Aku ada keperluan lain, kalian pulanglah duluan," kata maniak Sherlock itu.

"Eh, Conan mau ke mana?" tanya Ayumi

"Ada sesuatu yang harus aku urus tentang kasus yang ditangani paman Mouri minggu lalu, tenang saja.." Kebohongan lain lagi yang ia buat, sudah kuduga. Ia lalu berlari menyeberangi jalan menuju ke arah Taman Kota Beika.

"Hu-uh, dia mau ke mana sih. Kenapa kita tidak boleh ikut?" gumam Ayumi kesal yang langsung disahuti oleh Shonen-meitantei yang lain, Genta dan Mitsuhiko.

"Sudahlah, mungkin dia memang sedang tidak ingin diikuti. Lebih baik kita pulang dan bermain game baru buatan Hakase," ujarku coba menghibur mereka.

"Ayoooo!"

Snack dan jus sudah kuhidangkan. Aku membiarkan mereka bermain dan mengambil cardiganku. Udara dingin di luar menandakan musim dingin akan segera tiba. Ya, musim dingin, musim kesukaanku. Tetapi di musim dingin ini pula aku lebih sering merasakan hawa mereka. Ya, seperti saat aku hampir terbunuh oleh Pisco di gudang Hotel Haido saat itu. Hampir... Dan detektif itu menyelamatkan hidupku. Entah sudah berapa kali ia melindungiku, janjinya untuk selalu melindungiku. Walau aku selalu bersikap sebagai gadis tegar yang mampu mengatasi segalanya sendiri, tapi sesungguhnya janji itu yang membuatku tetap bertahan walau dalam kondisi sulit sekalipun. Karena aku tahu kalau ia akan selalu ada di sana untukku, tapi... sampai kapan?

"Hakase, aku mau pergi dulu. Kalau anak-anak itu bertanya, bilang saja aku sedang melanjutkan penelitian di ruang bawah tanah dan tidak mau diganggu," kataku sambil berlalu keluar rumah.

- End of Ai's POV

"Aku tidak mungkin membawanya selama aku tidak mengetahui apa yang akan dibicarakan Jodie-sensei tentang mereka[2]," pikir Conan. Tentu saja Conan khawatir dengan Ai yang selalu gegabah jika menyangkut organisasi yang dikhianatinya itu. Apalagi saat Ai selalu melarang Conan untuk bertindak lebih jauh.

"Ta... Tatapan apa ini? Siapa yang mengikutiku?" Conan menatap sekeliling dan tidak menemui siapapun. "Anak-anak itu tentu sudah pulang karena mereka sudah menelepon dan mengajakku bergabung setelah ini selesai." Conan melanjutkan perjalanannya ke tempat perjanjian dengan Jodie.

"Hai, Cool-kid! Sepuluh menit lebih cepat, kau benar-benar tidak sabar dengan apa yang ingin kusampaikan ya?" Jodie-sensei berusaha menggoda Conan dan hanya dibalas dengan tampang oi-oi miliknya. "Tapi, kenapa kalian berjalan berjauhan seperti itu? Apa ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi di jalan?" Conan pun bingung dengan pertanyaan Jodie-sensei dan matanya kini berpindah ke arah tatapan Jodie-sensei dan James yang menatap gadis berambut pirang stroberi itu berjalan ke arah mereka.

Mau tidak mau, Conan mengajak Ai duduk di sebelahnya dan membiarkan ia mendengar apa yang diceritakan Jodie-sensei selanjutnya.

"Jadi, apa rencana selanjutnya?" tanya Ai memecah keheningan.

"Kami berencana melakukan pertemuan dengan MPD dan menjelaskan segalanya. Bagaimanapun kita perlu kekuatan besar untuk menumpas mereka," jelas James. Tatapan mata dan senyum tajam Conan menandakan bahwa ia sangat antusias dengan rencana tersebut.

Sepanjang perjalanan pulang, kedua tangan Conan terus mengepal sambil bergetar, tanda bahwa ia sudah tak sabar lagi untuk menumpas mereka dan mendapatkan tubuhnya kembali.

"Apa kau merasakan hal yang sama, Haibara-san? Apa kau sudah tidak sabar untuk kembali ke kehidupanmu semula?" tanya Conan. Hanya hening yang ia dapatkan. Sesungguhnya pikiran Ai sedang berkecamuk. Ia sangat ingin membalas kematian kedua orangtua dan kakaknya kepada organisasi itu. Lagipula perannya dalam meruntuhkan organisasi itu sekaligus menjadi penebusan dosanya terhadap kehidupan Shinichi yang telah ia renggut secara tidak langsung. Ikut menghancurkan organisasi dan membuat antidot permanen APTX4869, itulah hal yang bisa memperbaiki keadaan bahkan sekalipun ia harus mengorbankan segalanya. Ya, segalanya... Tapi, apakah pengorbanan itu yang benar-benar ia ingin lakukan? Ia sendiri tidak tahu jawabannya. Bagaimanapun juga ia adalah gadis yang mempunyai impian. Impian yang bagaikan kutub yang saling berseberangan yang tidak mungkin berjalan beriringan.


[1] MPD = Metropolitan Police Department, Kepolisian Jepang

[2] Kata-kata yang dicetak miring diucapkan dalam hati karakter tersebut


Halo semuaa! Saya newbie di sinii... Sebelumnya saya hanya menjadi pembaca setia dan penggemar beberapa author di sinii. Saya kini mencoba menulis juga dan menuangkan beberapa ide saya. Sayasangat mengharapkan review dan saran dari para pembaca semua, hanya saja sebelumnya saya mohon maaf karena tidak semua saran dapat diakomodir. Hal ini dikarenakan jalan cerita yang sudah selesai dan saat ini saya sedang menggarap sekuelnya. Akhir kata, saya mengucapkan selamat membaca dan mohon reviewnya! Arigatou~