Disclaimer : Masashi Kishimoto
.
.
.
.
WARNING! : Out Of Character here, Many, Mistakes, Mainstream, Boring, Story from me
Pair : Always NaruSaku
.
.
.
.
Always love you|Chapter 1
...
...
...
...
Terlihat dari luar jendela kamar, kedua insan serasi sedang bergumul diatas ranjang yang telah lusuh tak terbentuk. Wanita cantik beriris Emerald terang itu menggigit keras bibir bawahnya yang telah merah seperti warna rona yang menyelimuti seluruh kulit wajah mulusnya.
"Uhh~" Wanita itu mendesah halus. Ia mendongakan kepala, memberi akses mudah untuk sang lelaki yang tengah menyapukan lidah panasnya terhadap kulit lehernya. "Aahh~" Tangan kiri gadis itu mencengkram erat sprai disisi pinggang pria itu, melampiaskan getaran nikmat yang menggerayangi separuh tubuhnya.
"Arghh— s–stop dear !" Pemuda itu langsung menjauhkan kepala pirangnya dari lekukan leher sang kekasih yang berhasil membuat remasan gemas dirambut belakangnya terlepas, biru pucatnya menatap sendu wanita merah muda yang berada dibawah kungkungannya.
"Naru..." Panggil gadis itu lirih. Naruto menggeleng, menolak untuk melakukan lebih dari sekedar ciuman bibir dan leher.
"Sorry dear." Sakura meletakan telapak kecilnya disebelah pipi kokoh Naruto, lalu mengelus kulit halus itu dengan lembut.
"Whay ?" Ia bertanya lirih. Tak mengerti dengan Naruto yang selalu menahan diri untuk tak menyentuhnya, dan hal itu malah membuat batin mereka sama-sama tersiksa.
"Because, I love you..." Sakura mendesah muak. Ia sudah lelah, setiap kali bertanya selalu saja kalimat seperti itu yang menjadi jawaban dari pertanyaannya.
Naruto yang melihat Sakura seprti itu jadi merasa bersalah. Sungguh, ia benar-benar tulus mencintai putri Haruno itu, dan ia tak mau kekasih merah mudanya tersakiti hanya karena buruan nafsu semata.
"Naru, touch me. Please..." Gadis itu membujuk, akan tetapi Naruto tetap tak mau lagi melanjutkan cumbuan mereka.
"Tidurlah, ini sudah larut." Suruh pemuda itu mengalihkan topik pembahasan. Sakura menggeleng, menolak untuk tidur dan tetap ingin terjaga.
"Berhentilah terus menghidariku." Ucapnya lirih dengan suara bergetar. Bibir merah Naruto terangkat keatas dan membentuk seulas senyum tipis, ia menyatukan kening lebar Sakura dengan miliknya yang tertutupi oleh helaian poni.
"Sakura sayang, kau harus tidur cepat agar besok tak bangun kesiangan." Bujuknya lembut, lalu menyentuhkan ujung hidung mereka. "Bukankah besok pagi-pagi sekali kau harus pergi ke kampus." Dan kali ini Sakura mengangguk, menuruti suruhan Naruto yang juga demi kebaikan dirinya.
"Selamat malam sayang" Satu kecupan hangat mendarat manis tepat di dahi Sakura. Naruto bergeming duduk, ia menarik selimut tebal lalu membungkus badan hingga batas dada Sakura yang masih terlindungi oleh piyama hitam.
"Besok jemput aku ya !" Pinta gadis itu manja. Kepala pirang Naruto mengangguk sambil bibir tipisnya melempar senyum samar. Ia mendekati Sakura, kemudian mengecup singkat bibir bengkak sang wanita.
"Aku permisi pulang" Sakura melempar senyum manis, mengizinkan sang kekasih pirang yang hendak pulang.
"Hati-hati dijalan." Pesannya lembut. Usai menampilkan senyum tipis, Naruto turun dari atas ranjang Sakura kemudian berjongkok kebawah untuk memungut baju kaosnya yang tadi dilempar oleh Sakura saat telah berhasil membuka busana silver tersebut.
Setelah mengenakan baju miliknya, Naruto berjalan menghampiri letak pintu kemudian membukanya. Sebelum pergi, ia menyempatkan diri melihat ketempat Sakura dan melempar senyum terhadap gadis disana yang balas tersenyum padanya dengan malu-malu.
"Selamat tidur sayang." Dan setelahnya, Naruto keluar meninggalkan kamar Sakura usai menutup pintu.
Sakura menghela nafas lelah, ia berbalik dan baring miring kesamping menghadap keluar jendela kaca yang berjarak beberapa langkah dari ranjangnya. Gadis itu mengatupkan kedua mata, berniat menidurkan diri guna menghilangkan rasa penat yang menyerang seluruh tubuhnya.
.
.
.
.
Ino dan Hinata mengerutkan dahi, sambil keduanya menatap heran Sakura yang tampak sama sekali tak bersemangat. Sejak tadi gadis berambut pendek diatas bahu itu hanya diam sembari mengaduk-ngaduk orange juice pesanannya menggunakan sedotan, tak berniat untuk meminumnya.
"Kenapa lagi ?" Cukup lama terjadi keheningan, sebelum kemudian Ino membuka suara karena tak tahan lagi dengan situasi sunyi.
Sakura mengangkat kepala dari tunduknya menatap gelas panjang. Ia menggeleng letih, menjawab pertanyaan dari Ino hanya dengan cara itu. Gadis pirang pucat itu berdecak malas, ia sudah tahu Sakura pasti akan diam tanpa menjawab.
"Pasti Naruto lagi !?" Kali ini dugaan Hinata berhasil membuat Sakura melihat kearahnya. Wajah cantik gadis itu tampak sedih, dan kedua matanya merah karena menahan sesuatu.
"Semalam dia me–menolak ku lagi." Adunya dengan suara bergetar dan tatapan yang sangat sendu. Hinata tertegun, sedang Ino hanya bisa mendengus kasar.
"Kenapa dengan anak itu ?" Ino bertanya geram, tak mengerti dengan Naruto yang selalu bisa membuat Sakura bersedih dalam diam.
"Bukankah dulu sudah pernah aku katakan, bila dia seperti itu terus tinggal kau akhiri saja hubungan kalian..." Penjelasan Ino sukses mengundang delikan tajam dari Sakura. Gadis itu paling marah dan benci bila harus putus dengan Naruto, ia tak bisa melakukan hal itu karena cintanya yang begitu kuat dan besar kepada putra Namikaze tersebut.
"Bisakah kau hentikan mengatakan hal seperti itu lagi !" Geramnya mengingatkan Ino. Hinata tertawa kecil membuat perhatian Sakura kembali mengarah padanya, serta Ino juga.
"Aku rasa kau harus membesarkan dadamu agar Naruto mau menyentuhmu" Jelas gadis indigo itu dengan suara halus, takut-takut jika ada yang sampai mendengar obrolan mereka bertiga mengingat keberadaan ketiganya yang kini tengah berkumpul di kantin.
"Yah, aku rasa memang harus seperti itu" Dan Ino pun menimpal sambil terkekeh geli. "Naruto itu seorang laki-laki, mungkin saja dia tak suka dengan wanita berdada kecil." Lanjutnya lagi yang tanpa sadar ucapan mereka berdua telah membuat Sakura menjadi tak percaya diri.
Sakura berfikir, kemudian iris hijau terang miliknya melirik kearah Ino. Atau lebih tepatnya, menatap iri dada super Ino. 'Apa mungkin dada kecilku yang menjadi permasalahan hingga Naruto tak mau menyentuhku ?' Innernya bertanya-tanya, lalu mata indah itu bergulir menatap dada Hinata yang lebih besar dari milik Ino.
'Huwaa... Aku juga mau punya dada besar seperti mereka.' Kali ini inner Sakura menangis kencang, meratapi nasib sialnya yang entah kenapa bisa mempunyai dada kecil.
"Hahaha... Mei-senpai wanita berdada besar yang pernah menjadi kekasih Naruto." Sakura tersentak, dahinya bertekuk tebal sembari menatap Ino dengan ekspresi wajah yang sulit dimengerti.
"Apa mungkin..."
"Benar, Mei-senpai dan Naruto sudah pernah..." Kalimat antusias Ino terhenti. "Eerrr..." Hanya itu yang menjadi sambungan dari kalimatnya saat mendapati wajah tak senang yang terlihat jelas ditampilkan oleh Sakura.
"Kenapa tak jadi Ino ?" Hinata bertanya, tak menyadari aura gelap yang mengelilingi sekitar Sakura. Ino melirik Sakura melalui ekor mata, mengisyaratkan Hinata untuk melihat keadaan sang sahabat pinkish.
Gadis bermanik Lavender tanpa pupil itu menelan ludah berat, menatap takut Sakura yang kini tampak sedang menahan emosi yang dengan geramnya mencengkram permukaan gelas. Seperti hendah meremukan benda kaca transparan tersebut sampai hancur menjadi serpihan kaca.
"Ehemm..." Ino berdehem. "Sa–sakura !" Lalu memanggil gadis galak disampingnya dengan suara tercekat.
"Ino !" Si empu nama tersentak, lalu membalas tatapan tajam Sakura yang tepat mengenainya. "Kau juga mantan Naruto yang berdada besar." Bersusah payah Ino menelan ludah. "Apa kau pernah ber—"
"Hinata sayang !" Ino menghembuskan nafas lega. Gaara dan Shikamari datang menghampiri meja Sakura dan dua gadis lainnya. Setelah tiba, mereka berdua menarik kursi bulat lalu duduk disamping masing-masing kekasih.
"Ah! Gaara." Hinata berseru girang. Sakura memasamkan wajah, merasa terabaikan karena kesibukan Ino yang mengurusi Shikamaru dan Hinata yang juga sibuk melayani Gaara.
"Ck, troublesome." Pemuda berkuncir nanas bergumam malas. Ino merajuk, bosan dengan kekasihnya yang kelewat pemalas.
"Dimana Naruto !?" Gerakan Gaara yang hendak menyendok puding vanila Hinata terhenti, dan manik jade pucatnya menatap Sakura yang duduk tepat berhadapan dengan dirinya.
"Naruto ada di dalam lokal bersama Fuuka" Jawab pemuda bata itu ketus, kemudian melanjutkan kembali suapannya. Sakura menggeram marah, ia menggeser kursi dengan kasar lalu melangkah pergi meninggalkan kantin untuk menyusul Naruto.
"Kenapa dengan dia ?" Shikamaru bertanya malas, tangannya terjulur meraih minuman milik Ino.
"Laki-laki tak boleh tahu dengan urusan wanita." Tegur Ino tegas. Shikamaru dan Gaara mendengus, selalu saja seperti itu bila mereka ingin tahu.
.
.
Sakura mendengus sebal saat mendapati Fuuka tampak sedang menggoda Naruto. Gadis itu masuk kedalam, wajah cantiknya terpasang datar sembari terus berjalan menghampiri tempat Naruto.
"Ummm..." Fuuka bergumam, kedua alisnya saling bertaut sambil telunjuk lentiknya menyusuri huruf-huruf yang tersusun rapi dari kerja jemari Naruto. "Apa yang seperti ini juga bisa ?" Ia bertanya, namun Naruto tak mengubris dan hanya fokus pada tugas kuliahnya.
"Naruto-kun !" Deheman halus menyahut panggilan manja dari Fuuka, membuat wanita bertahi lalat itu jadi kesal akan sikap cuek Naruto.
"Naru sayang !" Sontak, Naruto dan Fuuka melihat kesamping, keasal suara manja yang baru saja memanggil nama sang Namikaze muda.
"Sakura !?" Respon pemuda itu biasa saja. Fuuka merutuk dalam hati, menyumpah serapah gadis yang diketahui oleh seluruh mahasiswa adalah kekasih dari sang pangeran kampus.
"Dear, ayo kita makan siang bersama." Ajaknya seraya duduk diatas pangkuan Naruto dan menghadap kedepan meja yang terdapat di hadapannya ada Fuuka.
"Sebentar, biarkan dulu aku menyelesaikan tugas dari Dosen" Sakura mengangguk paham, lalu Naruto kembali menulis dan mengisi selembar buku yang telah banyak teks rapi dari kerja tangannya.
"Tulisanmu selalu rapi" Naruto hanya tersenyum samar menanggapi pujian Sakura yang tertuju untuk dirinya.
Sakura mengulum senyum malu, jade indah miliknya berpindah tempat, kemudian tanpa sengaja pupil kecil gadis itu terhenti tepat pada bagian belahan dada Fuuka yang terlihat jelas karena baju merahnya yang sedikit memamerkan belahan dadanya.
"Ukuran itu" Tanpa sadar Sakura bergumam iri. Naruto yang tak terlalu jelas mendengarnya langsung berhenti menulis, tangan kirinya melingkari pinggang Sakura yang berada dibawah meja.
"Ukuran apa ?" Tanya pemuda pirang itu. Sakura gelagapan. Tak menemukan jawaban yang tepat, iapun menggelengkan kepala sambil melihat kearah Naruto yang berada di belakangnya.
Fuuka menggeram muak, dirinya jadi terabaikan karena kedatangan Sakura yang langsung mengganggu kebersamaannya dengan Naruto.
.
.
.
.
"Seperti apa cara membesarkan dada !?"
"Uhukk" Pertanyaan konyol dari Sakura membuat Hinata yang tengah meneguk air mineral langsung tersedak. Gadis Haruno itu tersenyum kaku, kedua pipi mulusnya merona samar karena malu. "Sa–sakura !" Hinata memanggil gagap, terkejut dengan pernyataan dari Sakura yang menurutnya sangatlah aneh dan konyol.
"Aku juga ingin punya dada besar sepertimu, dengan begitu Naruto pasti tak akan menolak ku lagi." Jelasnya tanpa ragu. Hinata meraih selembur tisu kemudian ia gunakan untuk mengelap bibirnya yang basah karena tumpahan air.
"Kau tahu..." Sakura diam, sabar dalam menanti. "Dada wanita bisa membesar karena sudah pernah disentuh oleh laki-laki." Gadis itu tertegun, matanya mengerjap sambil menatap lurus Hinata yang berada diseberangnya.
"Be–benarkah itu ?" Tanyanya memastikan. Hinata mengangguk, membenarkan kata-kata penjelasan darinya.
"Kau bisa minta Naruto yang melakukannya" Saran gadis Hyuuga berponi rata itu. Sakura menggigit bibir bawah, ia saling meremat jemari lentiknya yang terletak diatas milik meja restoran.
"Itu tak mudah" Sakura menutur kecewa. "...Naruto hanya mau mencium bibir dan leherku saja, dia tak pernah mau melakukan lebih selain dari itu." Lanjutnya lagi.
"Coba saja dengan laki-laki lain" Mata Sakura memicing tajam, melempar tatapan membunuh kearah Hinata yang langsung menyengir lebar. "Hehehe..." Tawanya tanpa dosa. "Bercanda."
Sakura mendengus, tangannya memanjang meraih coklat panas pesanannya yang sudah tersaji manis diatas meja. Ia merengut, kemudian menyeruput sedikit minuman manis itu.
"Kau dan Ino-pig sama saja" Cibirnya kesal membuat tawa kaku terdengar dari tempat Hinata. Gadis beriris putih itu menggaruk pipi, sedikit merasa bersalah pada sahabat gulalinya.
.
.
.
.
Cklekk...
Pintu apartemen bercat coklat polos itu terbuka, tak lama kemudian, seseorang melongok masuk lalu menutup kembali pintu tersebut.
"Dear !" Kepala pink itu menoleh kesamping, dan terdapat diatas sofa sang kekasih pirang yang tengah duduk sambil membaca buku.
"Naruto..." Serunya senang, segera ia melempar tas merah mini miliknya kelantai dan langsung menghampiri tempat Naruto. "Kupikir malam ini kau tak akan datang" Naruto tersenyum tipis mendengarkan penuturan manja dari Sakura seraya meletakan buku ditangannya keatas meja kaca.
"Kau habis dari mana ?" Ia bertanya disela menyambut Sakura yang hendak duduk diatas pangkuannya.
"Makan malam bersama Hinata." Jawab gadis itu jujur, hidung mancungnya bersembunyi dilekukan leher Naruto, menikmati harum lembut yang menguar nyaman dari kulit kekasih tampannya.
"Kenapa tak mengajak ku" Naruto menggerutu. Sakura tertawa geli, ia mendongak dan menatap pemuda dibawah dudukannya melalui dagu lancip si pria.
"Aku bisa memasakan makan malam untukmu tanpa harus makan diluar." Balasnya sambil mengecup sekilas ujung dagu lancip Naruto.
"Hmm. Benarkah itu !?" Goda lelaki itu. Sakura duduk, dan kini mereka saling membalas tatapan satu sama lain.
"Ck, bukankah memang setiap hari aku seperti itu" Naruro tertawa geli, kemudian ia menyatukan kening mereka.
"Aku lapar..." Ucapnya jeda untuk mencuri ciuaman Sakura. "Kau sudah tahukan apa yang harus dilakukan sekarang !?"
Gadis cantik itu mengangguk. "Masak" Dan kali ini Naruto yang bergantian mengangguk.
"Masak yang lezat ya sayang" Mengecup lembut bibir eksotis Naruto, lalu Sakura turun dari pangkuan sang kekasih.
"Duduk manislah disini, nanti kalau sudah selesai aku akan memanggilmu..." Dan setelahnya, Sakura pergi kedapur meninggalkan Naruto diruang tamu yang kembali meraih buku tadi lalu membukanya.
Drrt drrt... Drrt drrt...
Gerakan mata tajam Naruto dalam menelurusi barisan huruf berhenti seketika karena ponselnya yang masih tersimpan di dalam saku celana bergetar pertanda mendapat pesan baru masuk.
Tangan Naruto masuk kedalam saku celana jeans, tak lama kemudian telah ada sebuah ponsel di dalam genggamannya yang sudah ditarik keluar. Naruto menatap layar datar tersebut, lalu ia menyentuh aplikasi pesan dan langsung mendapati nama Samui yang baru saja mengirim pesan padanya.
From : Samui
Goodnight Naruto-kun. Sekarang kau ada dimana? Kenapa apartemen mu kosong saat aku datang, bahkan sampai sekarangpun kau juga belum pulang. Cepatlah pulang, aku ada disini menunggumu, please...
"Aku harus pulang sekarang." Pemuda itu bergumam halus, segera ia beranjak kemudian melangkah menuju dapur untuk berpamitan dengan Sakura.
.
.
Sakura diam sambil menatap sebal pemuda pirang di hadapannya yang berdiri hanya tersenyum tipis padanya. Gadis itu meletakan panci diatas kompor lalu meninggalkannya dan mendekati Naruto kemudian memeluk manja leher pria itu.
"Kenapa terburu-buru sih ?" Tanyanya tak rela Naruro pulang sebelum makan malam bersamanya.
"Maaf Sakura, Kiba datang dan menyuruhku secepatnya pulang karena dia bilang ada urusan penting" Jelas pemuda itu berdusta. Sakura menghela nafas lelah, ia berjinjit dan mengecup sekilas bibir tipis Naruto.
"Baiklah kalau begitu" Naruto tersenyum samar. "Hati-hati dalam mengendarai motor." Dan pemuda itupun menganggukan kepala kemudian merunduk dan lalu melumat bibir wanita miliknya.
.
.
.
.
Samui tersenyum seksi, mencoba untuk menggoda Naruto yang hanya biasa saja. Wanita itu mendengus, merasa terabaikan karena Naruto tak sedikitpun melihatnya ataupun tergoda.
"Pulanglah !" Suruh pemuda itu dengan nada datar dan wajah dingin. Samui beranjak dari atas kasur, ia berjalan ketempat Naruto sambil membuka jubah hangat miliknya yang langsung memperlihatkan bra dan celana dalam hitam yang dikenakan olehnya.
"Biarkan aku menginap disini." Pinta wanita seksi itu manja seraya melingkarkan lengan dibagian leher belakang Naruto sehingga menyebabkan jarak wajah mereka sangat dekat.
"Mengertilah Samui, aku sudah bersama Sakura..." Samui menggeleng, telunjuk lentiknya menahan permukaan bibir Naruto.
"Aku mengerti, tapi izinkan aku bersamamu malam ini untuk melepaskan rasa rinduku padamu" Naruto berdecak malas. Ia bosan dan jenuh karena hampir setiap ada kesempatan Samui datang mengganggu dirinya.
Dulu mereka pernah bersama. Itu hanya dulu, dan sekarang masing-masing dari mereka berdua sudah memiliki pasangan baru.
"Nanti Darui akan menghajarku bila dia sampai tahu" Jari-jemari putih milik Samui membuka satu-persatu kancing benik kemeja putih Naruto, menghiraukan penolakan demi penolakan dari lelaki tampan di hadapannya.
"Tenang saja, dia tak akan tahu" Bisiknya berupa desahan, ia berjinjit lalu mencium bibir Naruto dengan begitu rakusnya. Naruto memegang lengan Samui, kemudian mendorongnya pelan hingga berhasil melepaskan lumatan terhadap bibirnya.
"Cukup Samui." Ucapnya sedikit kesal. "Sakura pasti akan membunuhmu bila dia sampai tahu tentang hal ini" Jelas lelaki itu bosan.
"Please Naruto-kun, hanya kaulah orang yang aku cintai" Samui mengungkap disela melepaskan kemeja Naruto melalui tangannya.
"Aku tidak bisa Samui" Tolak pemuda itu halus, namun Samui tak mengubris dan malah menatapnya dengan wajah memelas.
"Malam ini untuk yang terakhir kalinya, biarkan aku bersamamu" Pintanya tanpa lelah.
"Tap— Sa–samui !" Tak membiarkan Naruto menjawab, Samui langsung memasukan tangannya kedalam celana pemuda itu dan mengelus lembut barang di dalam sana yang perlahan mulai bangkit karena terpancing. "Damn !" Wanita berambut pirang pendek itu menyeringai, merasa senang karena telah berhasil meluluhkan kekerasan hati Naruto.
"Ahh! Naruto-kun cepat sekali ereksi" Samui memekik manja, ia menjilati dada Naruto menggunakan ujung lidah. Pemuda itu menggigit bibir bawah, ia tak tahan dan ingin langsung melahap habis wanita cantik yang kini bergantian tengah menjilati perut bantalannya sambil menggoyangkan bokong.
"He–hentikan !" Raga Naruto menolak, tetapi batinnya meminta untuk terus seperti itu. Sudah lama ia tak bercinta, semenjak menjalin hubungan dengan Sakura. Menghiraukan penolakan dari si empu tubuh seksi, Samui berjongkok di hadapan Naruto lalu menurunkan resleting celananya.
Seketika, wajah perempuan itu memerah kala ia telah berhasil menarik keluar sesuatu yang panjang dan besar. Samui mendekat, lalu mulutnya langsung melahap ujung tumpul dari benda mulus tersebut.
"Arrghh shit !" Persetan dengan semuanya, yang terpenting bagi Naruto untuk saat ini hanyalah sex. Tangan lelaki itu menyentuh puncak kepala Samui, menuntun gerakan wanita itu dalam mengulum batang kejantanannya yang semakin bertambah besar dan keras.
.
.
.
.
Satu potongan kecil daging tersodor lagi di depan wajah Naruto. Sakura tersenyum manis, menatap lembut sang kekasih yang langsung melahap suapan keempat darinya.
"Kenapa semalam tak membalas pesan dariku !?" Tanya gadis musim semi itu. Setelah menelan habis makanan di dalam mulutnya, Naruto menjulurkan tangan menyentuh pipi sebelah kiri Sakura.
"Maaf, semalam aku sangat sibuk karena ulah Kiba." Jawabnya bohong.
"Aku mengerti" Naruto tersenyum getir, merasa bersalah karena telah mengkhianati Sakura.
Salahkan saja nafsu bejatnya.
"Teruslah menjadi gadis merah mudaku yang manis..." Ujarnya sambil mengurai senyum yang kali ini cukup terlihat dimata Sakura.
"Naruto..." Panggil gadis itu manja, kemudian beranjak dari duduknya diatas bentangan rumput hijau dan berpindah kepangkuan Naruto.
.
.
.
.
"Aku mencintaimu, Sakura" Pemuda bersurai merah dengan kedua bola mata Hazel menatap lekat wajah cantik gadis di hadapannya. "Karena itu, jadilah kekasihku" Lanjutnya lagi sambil tersenyum manis.
Hinata dan Ino diam mendengarkan. Sementara Sakura, ia menghela nafas lelah, bosan dengan para lelaki yang hampir setiap minggu menyatakan cinta kepadanya.
"Aku sudah punya kekasih." Jawabnya ketus membuat Ino dan Hinata mendesah kecewa. Sasori berdecak, ia menggeser kasar bangku kantin kemudian pergi begitu saja setelah menadapat peolakan dari pujaan hatinya.
"Forehead, harusnya kau terima dia" Ino merutuk kesal, tak suka dengan sikap Sakura.
"Aku sudah punya Naruto Ino-pig." Sakura melihat kedepan, yang terdapat di seberangnya Hinata dan Ino.
"Dia berbeda dengan Naruto" Hinata berkata tak kalah kesal dari Ino.
"Benar, mana tahu dia bis—"
"CUKUP !" Hinata dan Ino mengatupkan mulut, tak ingin bersuara lagi agar tak mendapat amukan dari Sakura. "Kalian berdua sama saja" Sakura berdiri. "Sama-sama menyebalkan." Lalu gadis Haruno itu segera pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Hinata dan Ino saling melempar pandang, lalu keduanya mengangkat bahu pertanda tak mengerti.
"Dia marah lagi"
.
.
.
.
"Naruto-kun !" Buru-buru Sakura memisahkan bibirnya dari milik Naruto, ia turun dari perut pemuda itu lalu si empu surai pirang bangun dari baringnya dan kini telah duduk tepat disamping Sakura.
"Mei !?" Naruto berseru heran, tak tahu entah kenapa wanita bersurai merah panjang itu datang ke apartennya. Mei tersenyum manis, ia menutup pintu kemudian masuk dan berjalan mendekati tempat Naruto bersama Sakura yang terlihat tak senang dengan kedatangannya.
"Ada perlu apa kau datang kesini !?" Ketus Naruto menyadari ketidaak sukaan Sakura dengan kedatangan mantan kekasihnya.
"Aku sangat merindukanmu" Tanpa memikirkan disekitar, Mei duduk disebelah Naruto dan langsung memeluk pinggang pemuda itu dari samping membuat Sakura berdiri dan menatapnya dengan mata memicing tajam.
"Mei, lepaskan !" Mei tak mengubris. Merasa muak, Sakura mendekati Mei kemudian menarik kasar wanita itu hingga pelukannya terhadap pinggang Naruto terlepas dan kini ia telah berdiri sambil bertatapan secara langsung dengan Sakura.
"Jalang !" Maki gadis Haruno itu murka. Wajah Mei memerah karena luapan emosi, ia mencekal kerah baju Sakura namun dengan gesit si empu menepis kasar tangannya. Naruto berdiri lalu ia langsung menyentuh bahu Sakura, menahan agar amarah gadis itu tak meledak.
"Mei, sebaiknya kau pergi dari sini !" Wanita yang mempunyai mata sama seperti milik Sakura itu melempar tatapan sebal pada Naruto, kemudian ia berjalan menuju letak pintu dengan menghentak-hentakan kaki dilantai, kesal karena diusir oleh lelaki yang masih sangat ia cintai.
Sakura masih terlihat marah, tampak jelas dari nafasnya yang memburu. Melihat Sakura seperti itu, tanpa sadar membuat Naruto terkekeh geli, merasa lucu akan diri Sakura yang tengah diliputi oleh amarah.
Suara kekehan Naruto berhasil menyadarkan Sakura. Gadis itu melihat kesamping dan seketika wajahnya bersemu, malu mendapati Naruto yang tertawa karenanya.
"Ja–jangan mentertawaiku !" Sungutnya malu, segera ia kembali duduk diatas sofa dengan memalingkan wajahnya yang memerah kearah lain. Masih terus tertawa, Naruto berjalan menuju dapur dan meninggalkan Sakura yang langsung cepat melihat punggung lebarnya.
"Naruto !, kau mau kemana ?" Gadis itu berseru membuat Naruto berhenti melangkah dijarak beberapa meter darinya.
Pemuda itu melihat kesamping, dan dapat Sakura lihat senyum samar yang menghiasi wajah tampan Naruto. "Mau mengambilkan minum untukmu." Sahutnya kemudian melanjutkan lagi langkahnya.
"Jangan lama-lama !" Tuntut gadis itu tajam.
Sambil tak menghentikan langkah kaki, Naruto menyahut saat sudah berada dekat dengan pintu dapur. "Baiklah gadis merah mudaku" Sakura mengulum senyum malu, ia meraih ponsel milik Naruto yang tergeletak diatas meja lalu memainkan benda petak segi empat panjang tersebut.
.
.
Tokk... Tokk...
Sakura mendesah malas, ia melempar tatapan sebal kearah pintu yang baru saja diketuk oleh orang yang berada diluar sana. Dengan malas-malasan gadis itu beranjak, lalu berjalan menghampiri pintu sambil memasang raut datar.
Cklekk...
Sakura telah membuka pintu, dan diluar sana terdapat orang misterius yang mengenakan jaket gelap dengan kepala dan wajahnya terlindungi oleh hoodie jaket tebal yang dikenakan orang tersebut.
"Siapa kau ?" Sakura bertanya ketus, merasa terganggu dengan sosok aneh yang berdiri di hadapannya sambil memegang sebuah bingkisan map.
"Apakah benar anda Nona Sakura Haruno ?" Orang itu bertanya, dan Sakura hanya menjawabnya dengan gumaman halus. "Ini untuk anda." Orang bersuara berat itu menyodorkan map coklat ditangannya kepada Sakura.
"Apa ini ?" Laki-laki misterius itu tak menjawab, tangannya masih setia terjulur di hadapan gadis gulali yang tampak bingung itu. Menghela nafas, kemudian Sakura menerima benda tersebut dan setelah itu, laki-laki yang tak diketahui itu langsung berlari dari hadapan Sakura meninggalkan apartemen Naruto.
"Ehh !, tung—" Tak sempat memanggil, laki-laki tadi telah masuk kedalam lift membuat Sakura mengerut dahi.
"Ada apa Sakura ?" Gadis itu melihat kedalam, yang di dekat sofa terdiri Naruto sambil memegang segelas air mineral.
Sakura menutup pintu, kemudian masuk dan melangkah kearah Naruto. "Tadi ada orang aneh yang memberikan ini untuk ku." Balasnya sembari menunjukan map ditangannya kepada Naruto.
"Apa itu ?"
"Entahlah, ayo coba kita lihat dulu isinya." Sakura duduk disofa yang juga di ikuti oleh Naruto.
"Itu tidak berbahayakan ?" Pemuda itu bertanya cemas, takut-takut isi dalam bingkisan itu bom.
"Jangan takut, aku rasa ini cuma selembar kertas." Sakura menenangkan. Setelah membuka penutup map tersebut, tangan Sakura masuk kedalam lalu menarik keluar sesuatu di dalam sana yang terasa lengket disentuhan jari. Naruto hanya diam, sabar dalam menanti.
Setelah keluar seutuhnya, Sakura yang lebih dulu melihat. Sedang Naruto, ia tampak ingin tahu apa isi dari dalam selembar foto yang kini tengah di amati oleh Sakura.
Seketika, kedua bola mata Sakura melebar sempurna. Bibirnya bergetar, dan tiba-tiba matanya berkaca-kaca. Naruto menatap heran gadis yang duduk disebelahnya, tak tahu kenapa apa yang membuatnya jadi aneh seperti itu.
"Na–naruto..." Sakura mengangkat kepala, lalu menatap Naruto disela meneteskan air mata.
"Ada apa Sakura ?" Naruto mendekat, kemudian meraih selembar cetakan foto dari tangan Sakura. Dan reaksi pria itupun tak kalah heboh dari Sakura saat sudah melihat foto di tangannya.
Bagaimana Sakura tak menangis sehabis melihat foto tersebut, yang isi di dalamnya terdapat Naruto dan Samui sedang menyatukan tubuh diatas tempat tidur yang biasa menjadi tempat Naruto mengistirahatkan diri.
Dan lagi, Naruto terlihat sangat menikmati kegiatan intim mereka sehingga tak sadar lagi pada saat itu Samui sedang mengerahkan kamera ponsel kearah mereka berdua menggunakan tongkat.
"Sa–sakura, aku bi–bisa jelaskan ini semua" Air mata Sakura semakin deras mengalir. Naruto yang melihatnya segera menyentuh pipi gadis itu. Namun belum sempat menyentuh, tangan pemuda itu terlebih dulu ditepis kasar oleh si empu.
"Kau jahat hiks..." Sakura mulai terisak. "Ti–tidak mau menyentuhku tetapi hiks hiks, ka–kau malah bersetubuh dengan ma–mantan kekasihmu hiks hiks..." Tuntutnya sambil berdiri dan menatap Naruto dengan linangan air mata.
"Maafkan aku Sakura, kemarin aku khilaf." Naruto berusaha menjelaskan, akan tetapi Sakura tetap tak mau mendengar karena benci dengan kejadian itu. Ketika ia hendak mendekati tempat Sakura berdiri, gadis itu langsung mengangkat tangan tepat di depannya, melarang dirinya agar tak mendekat.
"Cukup." Ucap gadis itu seraya mundur satu langkah. "Hu–hubungan kita sudah berakhir sampai disini" Dan kalimat selanjutnya sukses membolakan lebar mata sipit Naruto.
"Sa—" Sebelum Naruto sempat berkata, gadis itu langsung berlari keluar meninggalkan apartemen mantan kekasihnya sambil menangis tersedu-sedu disepanjangan jalan.
Naruto terduduk lemas diatas sofa, kepala pirangnya tertunduk sambil tangannya mencengkram erat kedua sisi rambut. Tanpa bisa ditahan, pemuda itu menetaskan air mata. Ia tak sanggup bila hidup tanpa sosok diri Sakura, ia bisa mati jika hanya satu hari saja tak melihat gadis merah mudanya.
"Sial !" Naruto mengumpat disela menahan tangis "Brengsek !" Ia benar-benar menyesal karena kemarin telah tergoda oleh Samui. Bila saja ia tahu akan seperti ini dampaknya, maka Naruto pasti tak akan pernah mau melakukan hal keji seperti kemarin malam.
Seandainya saja waktu bisa diputar kembali, pasti Naruto tak akan menyia-nyiakan kesempatan itu. Dirinya tak akan egois lagi terhadap Sakura, dan hubungan mereka pasti tidak akan pernah berahkir ditengah jalan seperti ini.
Tidak, semuanya belum berakhir. Naruto akan berusaha untuk mendapatkan kembali sosok gadis merah mudanya. Ia akan mencari cara untuk itu, pasti semuanya akan kembali normal seperti biasa. Dimana dirinya dan Sakura selalu bersama, dan kali ini ia tak akan pernah lagi membuat kesalahan fatal yang menyebabkan bisa berakhirnya hubungan mereka.
Semuanya pasti akan terjadi bila seorang Naruto Namikaze sudah berkehendak.
.
.
.
.
To be continue...
.
.
.
.
Yosh, multi chap lagi. Tapi ini gk bakal panjang-panjang kok, mungkin cuma sampai 4 chapter...
Entar kalau sampai belasan chapter jadi menyulitkan diriku, fic jadi ngegantung tanpa dilanjutkan. Haha, tapi kalian tenang saja, itu sama sekali bukan tipe saya kok xD
Fic ini pasti akan dilanjut, tapi yang aman-aman dulu saat nanti sudah tiba dibulan Ramadhan, takut puasa kita *bagi yg umat islam* batal karena baca fanfic yg... Eerrr. Hahahaha...
Yosh sekian dari saya, sampi jumpa di chap berikutnya :)
