.

.

.

.

.

"Ap-Apa maksudnya ini?" Tanya kai saat melihat sosok sang suami yang berpelukan mesra dengan salah satu sahabatnya.

"Kai/Nini" Kedua manusia di hadapan Kai terlihat kaget.

"Se-sejak kapan?"

"Ini..."

"Sejak 5 tahun yang lalu. Kami sudah berpacaran sejak kuliah dan kami masih saling mencintai sampai sekarang.." Ucap sehun tegas

"Saling mencintai? Lalu kenapa kau melamarku? Kenapa kau menikahiku?" Tanya kai

"Kau jelas tau semua ini hanya bisnis. Kau mengetahui hal itu dengan jelas."

"K-Kau.. Kenapa kau memperlakukanku dengan baik? Ke-kenapa? Jika memang ini pernikahan bisnis, kenapa kau.." Kai mulai mencengkram tasnya erat

"Maaf..."

"Karena kau sudah tau tentang hal ini, sepertinya kami tidak perlu bersandiwara lagi." Ujar luhan dengan tegas walaupun masih terkesan lirih..

"Tolong ijinkan kami bersama.." Baik kai maupun sehun terbelak mendengar ucapan Luhan.

"Kalian meminta ijin untuk bersama setelah aku tau. Jika aku tak tau, apakah kalian tetap akan berselingkuh di belakangku?! " Tanya kai dengan nada tinggi

"Tidak! AKU TAK AKAN MENGIJINKANNYA!" Luhan dan sehun tersentak kaget

"Sesuai janjimu di depan Tuhan dan tamu undangan, kau akan terus bersamaku hingga maut memisahkan. Jadi silahkan bunuh aku atau bunuh diri jika kalian ingin bersama." Kai segera pergi meninggalkan mereka berdua dengan perasaan yang campur aduk.

.

.

Jadi ini maksud igauanmu malam itu?

Tak taukah kau bahwa bagiku, kau adalah segalanya?

.

.

.

Baby.. Just You Are!

Rating: T

Genre : Hurt/comfort – Drama

Warning: Hunkai (GS) and another cast

Disc. This story by BeautyShadow, and the cast is their own. It's just a fiction...

Chapter 1. My True Love

.

.

.

Taman itu terlihat sangat asri. Pepohonan hijau dan aneka bunga yang meghiasi menambah segarnya pemandangan. Tampak, beberapa orang duduk melingkar di sebuah meja kayu berukiran yang indah.

"Wah... Aku tak menyangka hasil dekorasi baekhyun bisa sebagus ini."

"Iya, awalnya kami juga tak percaya. Tapi karena baekhyun menjadi sangat berisik saat keinginannya tak terpenuhi, jadi kami relakan taman ini untuk dia jadikan percobaan. Tapi sungguh tak disangka, Dia sangat berbakat."

"Ah... Coba lihat ayunan itu, manis sekali."

"Kai-ah.. Bukankah kau menyukai ayunan. Pergilah dan main ayunan itu dengan Sehun."

"Kami bukan anak kecil, appa.."

"aish.. kalian itu anak kami. Kami yang lebih tau kalian masih kecil atau sudah besar. Sana pergi."

.

.

"Gomawo.." Ujar kai saat melihat sehun mendorong ayunannya

"Hm..."

"Kau cantik.." Ujarnya saat melihat kai menikmati ayunan itu

"Aish.. jangan menggombal bodoh.."

"Hei.. Bagaimana bisa kau mengatai tunanganmu sendiri?"

"Ah jinja? Kau tunanganku?" Tanya kai seraya mengehentikan ayunan dan berusaha turun

"Aish... Awas kau yaaaa..." Mereka berkejar-kejaran sambil tertawa lepas..

.

.

.

"Lihat itu, bagus kan bonekanya,,,," Ucap Kai, saat mereka sedang meluangkan waktu berjalan-jalan di Mall.

"Kau mau?" Tanya Sehun

"Ania... Aku mau yang lain.. Itu terlalu kekanak-kanakan..." Sahut kai, pura-pura dingin. Sehun hanya tersenyum simpul dan mengikuti langkah kai meninggalkan toko itu.

.

.

"Mwoya?"

"Boneka yang kau suka." Ujar sehun tanpa dosa.

"Aku kan bilang tidak menyukai boneka itu." Kai melipat tangannya didepan dada

"Jinja? Kalau begitu aku buang saja."

"ANIAAA! Ehm... ini harganya mahal. Biar aku yang menyimpannya. Aish kau ini membuang-buang uang saja." Sehun tersenyum saat melihat senyum tipis di sudut bibir kai.

.

.

.

*** BS ***

.

"Menurutku keputusanmu tidaklah tepat.."

"Aku tak peduli, eonni." Ujar kai sambil menghirup aroma teh hijau di depannya

"Kai-ah..."

"Kalau Aku dan sehun tak bisa bersatu, maka sehun dan luhan juga begitu. Mereka takkan pernah bisa bersatu sampai kapanpun." Ujar kai sambil mengunyah kue di depannya.

"Kau egois..." Kai hanya terdiam, tak menanggapi ucapan baekhyun, sang kakak ipar.

.

.

Kenapa harus sekarang aku tau hal ini?

Kenapa setelah pernikahan ini?

Kenapa tidak dari dulu?

Apa dosaku hingga kalian hanya bungkam dengan semua kebohongan ini?

.

.

.

"Sarapanlah dulu..."

"Aku sibuk."

.

.

.

"Aku sudah menyiapkan dasimu-"

"Aku tidak menyukai dasi itu."

.

.

.

"Ini-"

"Aku akan makan siang dengan Luhan."

.

.

.

"Kai-ah.. apakah kau tidak lelah? Aku jujur, sangat mencintai Luhan. Tolong lepaskanlah aku." Ujar sehun di suatu pagi. Tapi kai hanya melewatinya, dan tidak menanggapi ucapannya.

.

.

.

"Kai, nanti malam akan ada pesta di kediaman keluarga Song. Gaunmu akan diantar oleh Mrs. Park.."

.

.

.

"Kai..."

.

.

"Kai..."

.

.

"Kai..."

.

.

Sungguh.. aku juga lelah...

***BS ***

.

"Ah eonni.. Ini untuk eonni.. Ayam pedas manis ala kai. Dijamin, manis dan renyah seperti aku..."

"Aigo.. adik kecilku sudah pintar memasak rupanya.. Kau tak perlu repot-repot begini anak nakal."

"Ania... gwaenchana. Aku justru berterima kasih karena eonni selalu melebihkan bekal kris oppa, sehingga Sehun bisa ikut makan siang juga." Senyum di wajah Suho perlahan memudar mendengar ucapan sang adik bungsu.

"Kai-ah, kenapa kau tak memberi bekal sendiri untuk Sehun?" Tanyanya basa basi. Sebenarnya semua anggota keluarga sudah tau masalah Sehun dan Kai. Tapi Mereka hanya bungkam, tak ingin saling mencampuri kehidupan masing-masing.

"Ah itu... Masakanku tidak cocok dengan Sehun."

"Sehun menyukai masakanmu kok. Beberapa hari yang lalu aku berbagi dengan sehun. Dan dia, sangat menyukai masakanmu itu."

"Ah... mungkin dia menyangka itu masakan eonni jadi tidak enak jika harus menolak." Ujar kai tersenyum tipis.

.

.

Perlahan Suho meraih tangan kai. Semua orang boleh bungkam, tapi Suho tidak akan melakukan hal yang sama.

"Kai-ah... Sampai kapan kau akan begini?". Kai terkejut mendengar pertanyaan sang eonni...

"Eh.. Apa maksud eonni?"

"Tinggalkan Sehun.." Kai tersentak mendengar ucapan Suho

"Eonni..."

.

.

"Kai, kemarin dia tidak makan siang dengan Kris, karena keluar dengan Luhan." Ujar suho lembut, sambil terus mengelus tangan kai.

"Hari ini juga, aku melihatnya sarapan di cafe depan kantor dengan Luhan."

"Ck.. Mereka itu hanya teman, eonni-"

"KAI! HENTIKAN!" Teriak Suho sambil menggebrak meja, membuat beberapa orang di cafe menoleh pada mereka.

Sejenak, pandangan Suho terpaku pada sesosok pria yang baru memasuki cafe.

"Sudah... Ayo hentikan semua ini! " Suho meraih kai, dan menggenggam tangannya.. "Kau cantik, kau mapan, kau punya segalanya. Jika kau menjanda, aku yakin ratusan orang akan mengantri mengharap cintamu."

"Eonni..."

"Aku akan siapkan pengacara. Kau cukup tanda tangan-"

"Ania... aniaaa... ANIAAA!" Tolak kai histeris sambil berdiri.

.

.

"A-aku... aku berjuang demi pernikahan ini eonni. A-aku... sudah beberapa bulan ini berjuang.

Aku tak peduli jika dia tidak pernah menyapaku.

Aku tak peduli jika dia tak menyentuh sarapan dan makan malam yang aku buat.

Aku tak peduli jika dia tidak memakai baju dan dasi yang aku pilihkan.

Aku tak peduli saat dia hanya mengigaukan nama luhan.

Aku tak peduli jika ia hanya menganggapku boneka pajangan.

Aku tak peduli.. aku tak peduli.

Asalkan dia tetap bersamaku. Tetap berada seatap denganku. Tetap menggenggam tanganku saat kumpul keluarga...hiks... biarkan aku tetap bersamanya..." Sejenak suho terpana mendengar keluh kesah lirih kai.

.

.

Wanita ini, seperti bukan kai. Kai yang Suho kenal, adalah adik yang sangat bisa dibanggakan dan diandalkan.

Kai yang ia kenal, takkan pernah menangis.

Kai yang ia kenal, adalah anak yang kuat, tegar.

Kai yang ia kenal, tak pernah merajuk.

Kai yang ia kenal, tak begini...

.

.

.

.

"Kau akan tetap tak peduli saat ia bahkan tak menginginkan keutuhan rumah tangga kalian?" Tanya Suho. Kai menghentikan tangisnya sejenak dan menatap suho penuh tanya

"Lihat dibelakangmu.." Kai tersikap, tapi tak berani menoleh kebelakang.

.

.

"Saat kau merajuk, mencoba mempertahankan rumah tangga kalian. Apakah dia peduli?Apakah dia akan mencoba mempertahankannya? Dia hanya melihatmu. HANYA MELIHATMU. Dia tak peduli. Bahkan ia tak berkata apa-apa. Hanya berdiri terdiam disana.."

"Oh Sehun, aku hanya akan bertanya sekali padamu. Apakah kau ingin mengakhiri pernikahan ini?" Tanya Suho, tanpa basa-basi.

.

.

Sejenak, ruangan menjadi hening.. seakan menunggu keputusan penting.

.

.

"A-Aku ingin mengakhirinya." Tiga kata yang membuat kai, langsung menjatuhkan diri di kursinya.

Sebenarnya Suho agak kaget dengan jawaban sehun. Ia tak menyangka, sehun bisa menjawab secepat itu. Sejujurnya ia berharap Sehun bisa membela sang adik. Tapi apa mau dikata, itu sudah jadi keputusan Sehun. Setelah menghela nafas berat, Suho membereskan tas "Bagus. Kau tunggulah. Dalam beberapa hari, aku akan mengirimkan dokumen untuk kau tandatangani."

"Ania.. jebal.. ania eonni.." Suho yang bersiap beranjak pergi, menoleh pada kai yang terlihat seperti kehilangan nyawanya.

"Eonni.. selalu menyayangimu.. Kau tau itu kan.." Suho menghapus air mata yang mengalir di pipi kai, dan mengecup keningnya sebelum beranjak pergi bersama bisikan beberapa orang di cafe itu.

.

.

Tak beberapa lama, Cafe yang berisi sekitar 10 orang itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Perlahan, kai menghapus air matanya, dan berbalik, berjalan menuju sehun yang masih setia berdiri di dekat counter.

Sedangkan Sehun, sebenarnya cukup terkejut dengan wajah Kai. Sehun baru menyadari bahwa wajah kai terlihat sedih dan suram. Kai yang ia kenal selalu terlihat segar, tak pernah menampakkan rasa lelah sedikitpun.

Tapi kali ini kai terlihat berbeda, wanita ini terlihat sangat lelah. Wajah cantiknya, mulai tak bersinar lagi.

.

.

"Oppa... Selama ini, pernahkah kau mencintaiku?" Tanya kai. Tapi Sehun hanya terdiam menatap wajah kai.

"Ah... tidak pernah ya.. Hahaha... Tentu saja tidak pernah. Aku kan hanya alat memperoleh warisan saja. Bodohnya aku.." Tawa kai..

"Oppa... Tak inginkah kau menanyakan alasanku mempertahankanmu?" Tanya kai

Tapi Sehun hanya menunduk dan berbisik pelan "Maaf..." Kai tersenyum tulus, berbalik, meraih tas di kursi dan beranjak meninggalkan cafe.

Tapi, beberapa langkah kemudian, ia terdiam. Masih dengan tetap membelakangi Sehun, Kai bersuara "Sehun oppa... Selamat kau berhasil membunuh hatiku... Kau...Sekarang kau bebas..."

.

.

Kai pergi meninggalkan Cafe itu, bersama dengan kabar keberangkatannya ke Perancis keesokan harinya.

.

.

.

.

Beberapa tahun kemudian

"Eonni, jika aku bisa memutar waktu. Aku akan berharap tak pernah melihat perselingkuhan mereka. Aku berharap tidak pernah tau kalau mereka masih berhubungan." Ujar kai sambil memotong apel

"Apakah kau juga akan berharap tak pernah bertemu Sehun?" Tanya Suho, seraya mengambil hasil potongan Kai. Sambil sesekali melihat grafik saham di tabletnya.

"Ani.. Tentu saja Aku harus tetap bertemu dengannya. Agar aku bisa bertemu kebahagiaan terbesarku, Oh haowen..." Suho tersenyum dan memeluk kai erat. Mereka berdua tersenyum bahagia, sambil mengamati dua anak kecil berbeda usia yang terlihat berlari mengejar kupu-kupu di salah satu taman keluarga Kim.

"Ngomong-ngomong, segeralah cari teman kencan lagi..." Ujar Suho menggoda sang adik.

"Aish... itu adalah hal termustahil yang akan aku lakukan eonni.."

"Wae?" Kai hanya tersenyum manis..

Sesuai janjiku pada tuhan... Hanya maut yang sanggup memisahkan ikatan yang ku rajut di hadapanNya...

Walau mungkin, kisah ini hanya musim gugur di hidupmu...

Tapi Bagiku ini musim semi...

.

.

TBC

Jadi sebenarnya mereka sudah cerai belum?

Ayo tebak tebak tebak...

.

.

aduh malem-malem malah bikin tebak-tebakan -_-"

Ntah sejak kapan jadi agak eror gini...

Jadi, ini akan ada 2 chapter. Isi chapter kedua akan sesuai dengan pendapat kalian. "Mau kalian gimana? Hunkai cerai? Hunkai tetap bersatu kita teguh?"