My blood sweat and tears, my last dance,

Take it all,

My blood sweat and tears, my cold breath,

Take it all,

My blood sweat and tears..

...


Chicago, 13 September 2016.

"Kurasa kita harus segera pindah dari sini dad," Pria tinggi dengan mata pucatnya itu berucap, berdiri kaku didepan pria yang tengah duduk bersantai diatas sofa bersama majalahnya.

"Kenapa kita harus pergi? Bukankah udara disini bagus?"

"Tapi sebagian penduduk mulai curiga, beberapa bahkan diam-diam mencari informasi tentang kita dad."

Pria yang dipanggil Dad itu mengangkat kepalanya perlahan, menatap putra sulungnya itu dengan alis mengernyit.

"Benarkah? Aku bahkan baru tahu."

"Itu karna Dad sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak memperhatikan sekitar." Ucapnya. Pria yang duduk di sofa lalu meletakkan majalahnya, bangkit berdiri dan tersenyum pada putranya.

"Jika begitu, kita memang harus pergi. Tapi aku tak yakin apakah adikmu akan senang dengan keputusan ini."

"Suka atau tidak, dia harus."

"Oke, beritahu Mom dan saudaramu yang lain, biar Dad membujuk adikmu." Si jangkung mengangguk kecil, lalu dalam sekejap mata menghilang. Lalu pria yang dipanggil Dad itu keluar dari ruangan, menyusuri lorong rumahnya menuju halaman belakang yang dingin, mencari putri bungsunya yang sedang duduk diayunan seorang diri.

"Hei.."

"Aku tahu kita harus pergi Dad," Ucapnya tanpa menatap Daddynya. "Tapi aku menyukai tempat ini, udara disini sangat nyaman. Bisakah kita tinggal?" Pria itu tersenyum, mengusap rambut putrinya yang tergerai panjang berwarna coklat tua.

"Aku lelah Dad, berpindah-pindah, bersembunyi, berganti identitas dan melafalkan banyak bahasa."

"Hei, tapi dari itu kau bisa belajar kan?"

"Tetap saja." Gadis itu lalu merengut, wajahnya yang cantik seperti emo itu tertekuk sempurna, membuat Daddynya menjadi gemas.

"Daddy tahu perasaanmu, tapi maaf sayang kita harus pergi."

"Kita bahkan belum berapa lama tinggal disini."

"Daddy janji akan tinggal lebih lama ditempat baru kita nanti."

"Dimana?" Si gadis mendongak, matanya yang berwarna hitam terang menatap Daddynya penuh tanya.

"Kau akan suka ini, kita akan ke Korea Selatan."

.

.

.

14 Januari 2017.

Lelaki jangkung itu keluar dari mobil Aston mewahnya, mendongak menatap gedung bangunan berlantai didepannya. Itu sekolah barunya, ah sekolah baru mereka.

"Berhenti memasang wajah kesalmu, Wonu."

Si jangkung menoleh mendengar ucapan adiknya yang berwajah putih pucat, lalu pandangannya menemukan adik perempuannya yang tengah memasang wajah kecut, sementara tiga saudara lainnya berdiri tak jauh dari sana.

"Udara disini tidak terlalu buruk." Lelaki pucat itu kembali berucap dengan santai, dia lalu menggandeng gadisnya yang berwajah cantik dengan rambut pirang bergelombang yang menggantung indah.

"Ayo, kelas akan segera dimulai sebentar lagi."

Wonu, gadis yang tak kalah cantik dengan sipirang melangkah tidak semangat, sampai sebuah tangan mengusap pucuk kepalanya dengan sayang.

"Heii." Wonu mendongak, menemukan si jangkung berada didekatnya. Wonu lalu memeluknya, enggan melepaskan pelukan kakaknya.

"Aku tidak suka disini." Gumannya yang seperti rengekan, membuat kakaknya yang berwajah datar itu menghela nafas.

"Kau akan menyukainya nanti,"

"Tapi aku lelah."

"Tidak sayang, jangan mengeluh, ini adalah hidup kita, jadi berhentilah merasa lelah." Wonu melepaskan pelukannya, menemukan kakaknya yang lain menatap kearahnya. Lelaki tinggi dengan kulit tan pucat itu tersenyum tipis, mengulurkan tangannya.

"Ayo."

Wonu menggandeng dua kakaknya, meski enggan, namun dia tetap memasuki sekolah tersebut.

Dia tidak boleh mengeluh, kakaknya benar, ini adalah hidupnya, dan Wonu seharusnya bersyukur karna dia memiliki keluarga yang mencintainya.

Takdir sebagai seorang vampire.

Hidup berpindah-pindah, bersembunyi, menetap ditempat lembab, berganti identitas dan keluar masuk sekolah untuk menyesuaikan diri.

...


Title : Blood, Sweat & Tears (눈물): SOULMATE.

Cast :

KaiSoo.

And onother EXO couple, Nuest, SVT.

GS/Gender Switch, Fantasy, Vampire!AU.

.

.

.

.

Happy reading!

Don't read if you not like!

No plagiat! No ctrl c + ctrl v!

.

.

.

.

Kyungsoo menyeret kopernya dengan tidak bersemangat, membuat Momnya yang berada disampingnya itu menatapnya cemas. Pesawat mereka akan lepas landas sebentar lagi, jadi mereka harus segera pergi.

"Apa kau tidak senang sayang? Jika tidak, kau bisa tinggal bersama bibimu disini."

Gadis manis itu mendongak, membuat matanya yang bulat menatap langsung kearah Momynya. Dia lantas menggeleng.

"Tidak apa Mom, aku hanya sedikit..sedih harus meninggalkan rumah dan teman-temanku." Lirihnya. Nyonya Do jadi sedih, dia lalu memeluk putrinya dengan erat.

"Maafkan Mom sayang. Tapi kau akan mendapat teman baru disana."

"Iya Mom, tidak apa-apa."

Kyungsoo melepas pelukan Momnya lantas mengajak wanita itu agar cepat bergegas atau mereka akan terlambat. Ya, hari ini mereka berdua akan terbang menuju Gongwon-do, menyusul sang Daddy.

Daddy Kyungsoo, Do Yifan atau Kris adalah seorang Perwira handal yang memiliki jabatan cukup tinggi dikepolisian, karna suatu alasan tertentu, dia dipindah tugaskan menuju Gangwon-do –salah satu kota kecil dengan udara lembab– untuk menjadi pimpinan kepolisian disana. Dan itu mau tak mau, membuat mereka sekeluarga juga harus pindah. Sebenarnya ibu Kyungsoo, Huang Zi atau yang sering dipanggil Zizi mengijinkan jika Kyungsoo tak ingin pindah, namun Kyungsoo tak mau berpisah dengan orang tuanya, maka dari itu dia memutuskan ikut. Dan hari ini dia berangkat menuju kota itu menyusul Kris yang sudah berada disana dua hari yang lalu.

.

.

.

Kyungsoo keluar dari pesawat bersama Ibunya, disana diruang tunggu, Daddynya sudah menunggu dengan kedua lengan yang terbuka. Kyungsoo tersenyum, lantas berlari-lari masuk kedalam pedukannya.

"Daddy, aku merindukanmu."

"Daddy juga sayang, bagaimana perjalananmu, apa menyenangkan?"

"Ya." Kris mengusap kepalanya sayang, lalu melepas pelukannya dan berganti mengecup pipi istrinya.

"Bagaimana kabarmu sweeti?"

"Baik."

Kris lalu mengajak keluarga kecilnya meninggalkan bandara, perwira tampan itu menarik dua koper besar milik istri dan anaknya lalu memasukkannya kedalam bagasi. Dia lalu berkendara meninggalkan bandara menuju tempatnya tinggal.

"Kau akan menyukai ini, halaman rumahnya sangat luas dan kau bisa menanam bunga apapun kesukaanmu." Kyungsoo yang berada di kursi belakang bertumpu dagu menatap kearah jendela, mendengarkan bagaimana Daddynya yang menceritakan detail rumah barunya pada Mommy. Mata bulat gadis itu memperhatikan setiap jalanan yang dia lewati. Ada beberapa toko dan rumah-rumah penduduk, jalanan yang panjang berisi sisa-sisa salju musim dingin, dan pohon-pohon pinus menjulang tinggi yang menghalangi cahaya matahari, membuat kota menjadi sedikit lebih lembab dan gelap, tapi mungkin Kyungsoo akan menyukainya, ini tidak terlalu panas.

"Nah, kita sampai."

Kyungsoo tersadar dari lamunannya, gadis manis itu lantas turun dari mobil dan menatap rumah barunya. Sebuah rumah berlantai dua yang tidak terlalu besar, namun berwarna coklat kayu dan minimalis. Ayahnya benar, halaman rumahnya cukup luas dan itu pasti akan membuat Mommynya senang karna dia memang suka berkebun.

"Selamat datang dirumah baru kita." Kris berucap dengan senyum lebar, dia lalu membawa barang-barang dari dalam bagasi menuju kedalam rumah. Kyungsoo menatap sekitar, rumahnya ini sendiri, maksudnya mungkin butuh sekitar lima puluh atau seratus meter untuk menemukan rumah penduduk lain. Mengangkat bahu, gadis itu lantas masuk kedalam rumah mengikuti orang tuanya.

"Kyungsoo kemarilah, akan Daddy tunjukan kamarmu." Kyungsoo naik kelantai dua mengikuti Kris, menuju sebuah pintu kayu coklat. Kris memutar knop dan membuka pintu itu lebar-lebar, membiarkan Kyungsoo masuk.

"Bagaimana menurutmu?"

"Woah."

Kamarnya tidak terlalu luas, namun karna tatananya yang rapi membuat kamarnya terlihat sempurna. Ada ranjang berukuran queen size bersprai biru langit dengan boneka-boneka menggemaskan disana, letaknya didekat jendela, yang mana bila kau membuka jendela itu, maka kau bisa melihat pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Sebuah lemari besar berdiri kokoh didekat meja belajar, serta stiker dinding pororo berhelm biru menggemaskan yang tertempel manis didinding, Kyungsoo tersenyum senang, hampir sama dengan kamarnya yang berada di Seoul.

"Kau menyukainya?"

"Aku sangat suka Dad." Kyungsoo berlari memeluk Kris. "Terimakasih."

"Sama-sama sayang, apapun untuk putri kecilku yang manis ini." Kris menggosok hidungnya dengan hidung mungil Kyungsoo, kebiasaan manis mereka.

"Sekarang istirahatlah, turunlah saat makan malam, oke?" Kyungsoo mengangguk mengerti, membiarkan Kris keluar dan menutup pintu. Gadis manis itu lalu mendekati jendela yang terbuka lebar, tersenyum menikmati pemandangan yang dia lihat.

Huft! Kyungsoo menghela nafas, dia hanya berharap, dia bisa beradaptasi dengan baik disini.

.

.

.

Kyungsoo turun saat makan malam tiba, Kris sudah menunggu dimeja makan sementara Zizi meletakkan semangkuk sup ayam sebagai menu makan malam terakhir.

"Wah kelihatan enak sekali, aku jadi lapar!" Kyungsoo menarik salah satu kursi, lalu setelah Zizi ikut duduk, keluarga kecil itu memulai makan malam dengan menyenangkannya.

"Ohya, Daddy sudah mendaftarkanmu sekolah." Kris mulai bicara setelah mereka selesai makan dan sedang menikmati buah-buahan, pria tinggi itu lalu masuk kedalam ruangannya dan kembali dengan sebuah berkas serta seragam sekolah ditangannya.

"Kau bisa mulai bersekolah besok."

"Daddy!" Kyungsoo merengut.

"Aku bahkan baru sampai dan kau menyuruhku langsung bersekolah. Tidak bisakah ditunda dulu?" Kris menggelang, menolak keras rengekan anak semata wayangnya tersebut.

"Pendidikan itu penting sayang, Dady tidak mau kau ketinggalan banyak pelajaran."

"Daddymu benar sayang." Zizi menambahkan, dia lalu memeriksa sebentar berkas yang Kris bawa sebelum melihat seragam baru Kyungsoo.

"Wah, seragam barumu sangat cantik. Tidak kalah keren dengan seragam disekolah lamamu." Kyungsoo melirik seragam barunya. Kemeja putih dengan rok pendek kotak-kotak berwarna hitam bersama dasi serta blazer dengan warna yang sama. Disekolah lamanya, seragamnya dulu berwarna kuning tua.

Kyungsoo memakan sisa buah apelnya lalu berpamitan menuju kamarnya dengan membawa seragamnya serta, Kris bilang dia harus beres-beres dan tidur karna besok adalah hari pertamanya bersekolah.

.

.

.

Kyungsoo mematut dirinya didepan cermin, menatap dirinya sendiri yang terbalut pakaian sekolah. Wah, Momynya benar, seragam ini cantik dan sangat pas ditubuhnya, ditambah wajahnya yang baby face, membuat Kyungsoo berkali lipat terlihat sangat imut. Setelah merapikan poninya, gadis manis itu lalu meraih tasnya dan bergerak turun kebawah.

"Selamat pagi Mom, Dad." Kyungsoo mencium pipi orang tuanya bergantian sebelum duduk disalah satu kursi dan mulai meneguk susu hangat yang Zizi buatkan.

"Apa kau siap bersekolah hari ini?" Tanya Kris.

"Siap tidak siap, Dad yang memaksa kan." Kyungsoo menyahut sambil mengunyah roti selai coklat kesukaannya. Membuat Zizi memperingatinya agar tidak bicara dengan mulut penuh makanan. Selepas sarapan, Zizi mengantar Kris dan putrinya sampai kedepan rumah. Dia punya banyak pekerjaan hari ini, yaitu mengatur barang-barang yang dibawanya kemarin.

Kris mengendarai Range Rovernya melintasi jalanan yang sedikit licin, omong-omong itu adalah mobil dinasnya disini. Mereka berkendara selama beberapa menit sebelum gedung sekolah yang cukup besar terlihat. Kris menghentikan mobilnya didekat gerbang, lalu keluar dan membukakan pintu untuk anak gadisnya. Beberapa siswi yang kebetulan lewat melempar pandangan padanya sejenak sebelum terkikik, astaga.

"Bagaimana?"

"Apanya?" Kyungsoo menatap Dadynya.

"Sekolah barumu." Mata bulat gadis itu melihat sekitar lalu mengukir senyum cantik.

"Lumayan."

"Baguslah jika kau menyukainya." Kris tersenyum, mengusak hidung mungil Kyungsoo dengan hidungnya, membuat gadis manis itu merengek dan memukul lengannya. Hei, ada siswa-siswi yang sedang memperhatikan mereka.

"Dad! Aku malu!"

Kris terkekeh, mengusap pucuk kepala Kyungsoo. "Dad akan menjemputmu nanti, jangan berani untuk pulang sendiri. Kau harus menunggu, mengerti?" Kris berucap sebelum memasuki mobilnya dan berlalu, pergi bekerja. Sementara Kyungsoo hanya mengangkat bahunya acuh, dia menatap gerbang sekolahnya sekali lalu menghela nafas, dengan yakin menggenggam erat tas talinya dan melangkah masuk.

Wah, ini sekolah yang cukup besar meski sedikit tertinggal zaman dibanding sekolah di kota besar seperti Seoul. Kyungsoo sedikit kebingungan, dia harus mencari tahu letak ruang guru untuk mencari kelasnya. Tapi dimanakah gerangan tempatnya?

Bruk!

Tubuhnya sedikit limbung kedepan karna seseorang tanpa sengaja menabrak punggungnya. Kyungsoo berbalik, menemukan seorang pria tinggi melepas kedua earphonenya.

"Maaf, aku tidak sengaja." Ucapnya dengan nada menyesal, Kyungsoo hanya menggeleng diikuti senyum tipis, membuat lelaki itu mengernyitkan alisnya.

"Apa kau murid baru disini? Aku baru melihatmu."

"Ahya, namaku Do Kyungsoo, aku pindahan dari Seoul." Kyungsoo mengulurkan tangannya dan lelaki itu menjabatnya dengan senyuman, membuat lesung pipinya terlihat.

"Ah, ternyata orang kota. Aku Kang Minhyun, senang bertemu denganmu. Dimana kelasmu?" Kyungsoo menggaruk pipinya dengan cengiran imut, membuat Minhyun gemas dibuatnya.

"Um, sebenarnya aku sendiri tidak tahu dimana letak kelasku."

"Apa?" Minhyun bertanya dengan tidak percaya, membuat Kyungsoo malu.

"Baiklah, aku akan mengantarmu."

"Sungguh?" Minhyun mengangguk, tersenyum lagi saat Kyungsoo membulatkan matanya yang sudah lebar. Dia lalu menunjukkan dimana letak ruang guru pada Kyungsoo sebelum mengantar gadis itu kekelasnya.

"Terimakasih Minhyun."

"Sama-sama. Kelasku ada diujung sana, jika kau mau tahu."

"Ah, oke. Sekali lagi terimakasih." Kyungsoo membungkuk kecil dan Minhyun tersenyum lagi. Lelaki ini sangat suka tersenyum.

"Tidak masalah Kyungsoo, sampai nanti." Minhyun berlalu dan Kyungsoo mengembangkan senyumnya, Minhyun itu lelaki baik. Gadis manis itu lantas berbalik, memandang kelas barunya dan dengan semangat melangkah masuk.

.

.

.

Kekhawatiran berlebih Kyungsoo tentang sekolah barunya nampaknya tidak benar. Faktanya, sekolah ini bagus, pembelajarannya tidak jauh berbeda seperti di Seoul. Dan juga, teman sekelasnya sagat menyenangkan. Mereka mungkin sangat ribut dan konyol, tapi percayalah, mereka menyambut kedatangannya dengan baik. Apalagi, sifat Kyungsoo yang ceria dan pandai bergaul, membuat sebagian teman sekelasnya –kebanyakaan laki-laki sih– berebut untuk berkenalan dengannya. Ohya, Bahkan Kyungsoo mendapat teman sebangku yang asik.

Namanya Byun Baekhyun.

Meski gadis itu cerewet dan tidak bisa diam, tapi dia gadis yang baik. Kyungsoo menghela nafas lega, semoga dia bisa menjalani harinya dengan baik disini.

Bel makan siang berbunyi, Kyungsoo yang belum tahu seluk beluk sekolah ini hanya pasrah saat Baekhyun menggandengnya menuju kantin, mereka lalu duduk disebuah meja dengan beberapa kursi yang melingkar. Saat itu, teman sekelasnya yang lain juga bergabung. Mingyu, Junhoe dan Rose. Sekedar informasi, mereka berempat bersama Baekhyun adalah teman dekat sebelum Kyungsoo bergabung. Keempat orang yang sama konyol menurut Kyungsoo itu lalu bermain gunting batu kertas, menentukan siapa yang kalah dan harus mengambil makanan. Karna Kyungsoo anggota baru disini, jadi dia dibebaskan.

Gunting, batu kertas!

"Ah! Fuck!" Junhoe mengumpat lalu berdiri menuju tempat pengambilan makanan sementara tiga manusia yang menang itu hanya tertawa terpingkal. Kyungsoo menggelang-gelang, mereka ini astaga.

"Maaf ya Kyung, mungkin kau akan terbiasa dengan kami nanti."

"Tidak apa, aku juga punya teman yang sama seperti kalian. Tapi itu menyenangkan kok." Baekhyun membenarkan dan yang lain mengangguk.

Junhoe datang tak lama kemudian, pria itu harus bolak-balik sekitar lima kali sampai dia dan teman-temannya mendapatkan jatah makan.

Nasi, semangkuk sup, kimbab dan segelas jus.

Kyungsoo makan siang dengan senang, sesekali ikut tertawa saat si konyol Mingyu melontarkan lelucon. Lalu saat pandangannya tanpa sengaja melihat pintu masuk, seperti ada angin segar yang menerpa wajahnya. Gadis manis itu berhenti menguyah, hanya untuk menatap beberapa orang yang duduk melingkar tak jauh dari mejanya. Kyungsoo menghitung dalam hati, ada lima orang disana. Tiga laki-laki dan dua perempuan, mereka semua tampan dan cantik, sangat mempesona. Terutama pria dengan kulit kecoklatannya tersebut.

"Kyung!"

Kyungsoo terlonjak kaget, menatap teman-temannya dengan mata melebar.

"Aish, Junhoe bodoh! Kau membuatnya kaget." Marah Rose.

"Apa yang kau lihat?" Baekhyun mengikuti arah pandang Kyungsoo dan mengangguk.

"Kau sedang memperhatikan keluarga Kim ya?"

"Apa?"

"Mereka yang duduk di meja sebrang sana, kau sedang memperhatikan mereka kan?"

"Ba –bagaimana kau tahu?"

"Semua orang juga sepertimu." Kyungsoo mengernyitkan alisnya tak mengerti, dia menatap sekilas pada si tampan sebelum kembali mengunyah kimbabnya.

"Siapa mereka?"

"Kim Familly!" Mingyu menyahut disela mengunyah telur gulungnya, membuat Baekhyun memarahinya karna itu menjijikkan. Si nakal Mingyu lalu menelan makanannya sebelum bercerita.

"Mereka adalah putra Kim Junmyeon dan Nyonya Yizing. Pemilik satu-satunya rumah sakit dikota ini. Oh bahkan mereka salah satu donasi terbesar sekolah."

"Apa mereka kaya?"

"Sangat." Kyungsoo mengangguk, lalu kembali memperhatikan Kim Familly tersebut.

"Kau lihat si lelaki yang paling pucat disana? Namanya Sehun, putra ketiga Junmyeon sementara gadis pirang yang memeluknya itu Luhan, kekasihnya." Kyungsoo membulatkan mulutnya, mengangguk-ngangguk mengerti.

"Lalu gadis berambut coklat disebelahnya, dia si bungsu. Namanya Wonwoo, tapi orang-orang memanggilnya Wonu. Sial! Dia sangat cantik, mengingatkanku pada putri-putri yang ada didongeng." Mingyu bertopang dagu, mengagumi kecantikan Wonu yang tetap terpancar meski gadis itu hanya memasang wajah datarnya.

"Kemudian si tinggi dengan telinga lebarnya itu–"

"Putra tertua. Chanyeol," Mingyu menjentikkan jarinya kearah Baekhyun yang memakan ramyunnya dengan acuh. Sementara Rose dan Junhoe sibuk bermain sendiri dan tidak begitu peduli.

"Lalu siapa yang berkulit tan itu?" Kyungsoo bertanya penasaran, dia meminum jusnya dengan pandangan masih pada Kim Family. Dia sangat penasaran sekali.

"Dia putra kedua, namanya Kai. Pria paling popular disekolah ini."

Kyungsoo mengerjap, mengangguk-ngangguk. Ah pantas saja beberapa murid perempuan yang tak jauh dari sana terus menatapnya, dia ternyata sangat popular, hm.

"Mereka keluarga terkenal. Karna orang tuanya memiliki pengaruh besar, mereka jadi disegani disini. Tapi.. mereka terasa aneh bagiku."

"Aneh bagaimana?" Kyungsoo menatap Mingyu meminta penjelasan, sementara pria itu meneguk sodanya.

"Yah, aneh saja. Karna mereka selalu bersama dan tidak pernah bergaul dengan siapapun. Bahkan si putra tertua, Chanyeol, jarang berekpresi, seolah wajahnya itu sudah membeku."

Kyungsoo lagi-lagi membawa pandangan penasarannya pada keluarga tersebut, lalu tanpa disengaja si lelaki tan –Kai mendongak dan menatap tepat kearahnya dengan tatapan dingin, membuat mata gadis itu membulat dan dengan gugup –karna ketahuan basah mencuri-curi pandang, menunduk dan menghabiskan sisa jusnya.

"Tapi, kenapa kau bisa tahu semua hal itu?" Mingyu memasang wajah bangganya, lalu dengan senang dia berucap.

"Aku ini seorang informan dan hacker yang handal."

.

.

.

Bel sekolah sudah berbunyi dan ini waktunya pulang. Kyungsoo keluar kelas bersama Baekhyun dan berpisah dengannya di persimpangan lorong karna Kyungsoo ingin kekamar mandi sementara Baekhyun pulang duluan. Suasana sekolah menjadi sepi dengan cepat, setelah menyelesaikan urusannya dan mencuci tangan di wastafel, Kyungsoo bergegas pergi. Gadis manis itu mengirim pesan singkat pada Kris, memberi tahu jika dia sudah pulang dan mendapat balasan jika Daddynya itu akan datang tak lama lagi.

Kyungsoo memasang earphone ditelinganya, memutar playlist lagu kesukaannya. Mungkin Kris akan tiba sepuluh atau dua puluh menit lagi, lebih baik dia berkeliling sebentar, sekaligus mengenal sekolah barunya.

Kyungsoo berjalan dilorong-lorong, melewati beberapa kelas dan ruang Lab, mengingat-ngingat letak perpustakaan dan ruang club. Dia lalu tiba disalah satu ruangan club, sepertinya ini club seni. Pintunya tertutup rapat, namun jendelanya yang bening dan tidak terlalu tinggi membuat Kyungsoo bisa melihat dengan jelas alat music yang ada disana. Gadis itu sedikit berjinjit dan mengintip masuk, sebelum matanya menatap pantulan wajah orang lain dibelakangnya.

"Apa yang kau lakukan?"

Kyungsoo berbalik dengan cepat, dia kaget dan mata bulatnya melebar. Terlebih dia menemukan salah satu anggota Kim Family, si tampan berkulit tan sudah berdiri didepannya dengan alis mengernyit tajam. Kyungsoo terdiam, gugup dan sedikit takut. Astaga, kenapa aura lelaki ini menghirup oksigen disekitarnya?

"Kau siapa?" Kai, pria itu bertanya lagi.

"Eh. A–aku hanya..um kebetulan lewat disini." Ucapnya gugup. Kai menatap gadis tersebut dari atas kepala sampai ujung kaki lalu berguman seorang diri. Dia murid baru, gadis yang mencuri pandang dengan penasaran saat dikantin tadi.

"Pergilah, ini sudah sore." Kai berguman dengan datar, lalu melangkah meninggalkan Kyungsoo dengan kedua tangan masuk kedalam saku. Kyungsoo memperhatikannya, sampai tubuh tegap itu menghilang ditikungan lorong. Dia mengusap dadanya yang berbedar. Ini terlalu cepat untuk melihat lelaki itu dengan jarak yang dekat, huft. Ponselnya berdering, Kris menghubunginya dan mengatakan jika dia sudhah berada didepan. Kyungsoo lantas bergegas pergi, saat melewati halaman parkir, dia menemukan tiga buah mobil mewah berada disana. Chevrolet diisi pasangan Sehun dan Luhan, Jaguar hitam berisi si sulung dan si bungsu, sementara sosok Kai berada di Ferrari merah. Lelaki itu berada disana dengan cepat! Kyungsoo menunduk, tak yakin apakah pria tan itu tengah memperhatikannya atau tidak, namun dia merasa diawasi. Dia lalu berjalan cepat, menemukan Kris menunggu didekat mobilnya.

"Dad!"

"Hei.."

Kris membukakan pintu untuknya, sambil menanyakan bagaimana sekolah barunya, polisi tampan itu menyalakan mesin dan siap berkendara. Bertepatan saat tiga mobil mewah itu lewat didepannya secara berurutan. Kyungsoo mengintip melewati kaca hitam si Ferrari merah, menemukan bayangan seseorang disana.

Kai.

.

.

.

.

.

TBC or END?

.

.

.

.

.

OKE!

Pertama-tama, aku mau minta maaf. Karna bukannya melanjutkan hutang fanfict yang belum lanjut, aku malah update fanfict baru. Maafkan guys, ini lewat begitu saja dan Laxy gemes banget buat share ini fanfict haha.

Kedua, ini salah satu cerita gagalku dulu yang sekarang aku rombak, mungkin kalian sudah bisa menebak. Jalan ceritanya pasti pasaran sekali, dan ini mirip film Twillight. Memang sih, aku buat mirip seperti Twillight karna memang terinspirasi dari sana, tapi dengan gaya penulisanku sendiri dan nggak pure bakal mirip kok, pasti ada ideku sendiri nanti.

Ketiga, fanfict ini tidak akan memiliki banyak chap, cuma beberapa saja. Laxy sangat lemah dengan genre fantasy. Jadi, dengan sangat terpaksa dan penuh maaf –Laxy tidak bisa melanjutkan fanfict Wolverine In Lychantropy(karna banyak kendala) dan akan menghapus cerita itu, dan fanfict ini adalah gantinya, hehe.

Keempat, aku kangen Yifan T.T Jadi untuk mengobati rinduku itu, aku masukin da sebagai cast disini dan gemes sama karakter yang aku buat sendiri, huaaa. Kris my dady goals(?)

Semoga fanfict ini bisa diterima, Laxy tunggu responnya ya^^ Tolong koreksinya. Dan ya, makasih banget buat salah satu readers yang udah mengoreksi kata 'menggelang' yang biasa laxy gunakan, hehe. Maaf itu thypo, kali ini sudah diganti dengan menggeleng kok hehe.

Sementara itu Laxy akan mencoba melanjutkan fanfict yang lain terutama PRIMROSE. Maaf sekali lagi, karna laxy kehilangan feel dan sedang membangun mood untuk melanjutkan fanfict itu, sekali lagi maaf.

Byeee~

Ps. Fanfict ini kutulis semalam penuh, jadi maafkan apabila banyak thypo dan kurang jelas, hehe.

Terimakasih ^^

Love you^^