Author: runaway-dobe
A/N: Mencoba membuat fict yang nggak fluffy (nangis bombay), yah, baca aja ya! :)
Summary: Reuni SMA, satu hal yang tak akan pernah Naruto lupakan seumur hidupnya. Naruto, alumni Konoha Lab School, tidak menyangka bahwa ia akan bertemu kembali dengan mantannya, yang dulu terpaksa berpisah dengan Naruto, karena berbeda universitas. Tapi sayangnya, Naruto sudah mempunyai orang lain.
Naruto, dkk : 27 tahun.
Hinata: 24 tahun.
Warning: Rated M+ for some "reason". Shounen-Ai. Slight OOC. No OC. Don't like don't read.
Enjoy!
vVv
Waiting For Nothing
vVv
It breaks your heart to see the one you
love is happy with someone else,
but it's more painful to know
that the one you love is
unhappy with you…
vVv
"Maaf, Naruto…" Orang itu menunduk, tangannya menggenggam lemah tangan Naruto, "Aku… harus pergi…"
"Kenapa??" Tanya Naruto.
"….." orang itu membisu, tidak menggubris pertanyaannya. Genggaman tangannya pun terlepas, ia menjauh dari Naruto.
vVv
"KENAPAAAA?" Naruto menjerit. Nafasnya memburu, "Huff… A… Mimpi apa aku barusan?" tanyanya pada diri sendiri. Kemudian ia mengedip-ngedipkan matanya yang masih kabur. Melihat sekililing….
Tidak ada siapa-siapa disana.
Sebuah single bed di seberang tempat tidurnya sudah kosong dan tertata rapih sekarang.
Dengan malas, Naruto menghempaskan selimutnya dan membiarkannya berantakan dilantai. Naruto memakai sandal rumahnya yang berbulu dan melonjak dari tempat tidur yang bersprei oranye itu. Ia pun melangkah gontai ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya, dan menghidupkan air wastafel. Tangannya kemudian meraih sikat dan pasta gigi, mengeluarkan isi pasta gigi tersebut, dan ia mulai mengosokkan giginya sambil mengumamkan lagu favoritnya.
Setelah selesai dengan kegiatan menggosok gigi, Naruto menoleh ke arah shower, dan beranjak kesana.
Sampai ada satu suara yang menyahutnya.
"Naruto-kun….! Ayo makan…" sahut suara itu lembut.
"Iyaaa! Aku mandi dulu." Balas Naruto.
10 menit kemudian Naruto keluar kamar mandi dlam keadaan setengah basah. Ia mengikatkan handuknya di pinggang, serta sebuah handuk kecil bergantung di lehernya.
Naruto menggosok-gosok rambutnya yang basah, "Hinata-chan, tolong ambilkan pakaianku." Pintanya dengan suara yang agak di keraskan.
Hinata yang saat itu sedang masak, langsung menghentikan kegiatannya, berjalan kea rah ruang pakaian, dan memilih pakaian yang ada di lemari mereka.
"Ini." Katanya sambil menyerahkan pakaian Naruto, "Naruto-kun, hari ini SMA-mu mengadakan acara reuni kan?"
"AH! BENAR! Hampir saja aku lupa! Terimakasih telah mengigatkannya."
Hinata hanya tersenyum lembut dan pipinya bersemu merah.
Naruto melirik ke arah meja. Disana, terdapat sepucuk undangan berwarna emas. Ia mengambil undangan itu dan kembalai membacanya sekali lagi.
--
Kepada :
Yth. Uzumaki Naruto
Di Tempat
Konoha Labs School akan mengadakan acara reuni angkatan 11, yang dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal: Sabtu, 21 September
Pukul : 19.00-selesai
Tempat: Konoha Labs School
Acara : Reuni Akbar angkatan 11
Dimohon amat sangat atas kehadiran dan partisipasi anda dalam acara ini.
Tertanda,
Panitia Reuni Akbar angkatan 11, Konoha Labs School
--
Naruto mengerenyitkan dahinya sekejap, kemudian ia mengalihkan pandangannya ke Hinata, "Oh ya, sebaiknya kau ikut denganku malam ini kesana ya?" kemudian Ia meraih dasi yang telah disiapkan Hinata di meja rias, dan berusaha memakainya, "Ah! Sulit sekali!!"
"Bi… biar aku pasangkan."
"Hehe. Terimakasih Hinata. Aku… jadi tidak enak denganmu. Bisanya hanya merepotkamu saja."
Hinata tertawa kecil, "Apanya yang merepotkan?" tanyanya pelan. Lebih tepatnya, lembut.
"Maaf. Aku… belum benar-benar bisa menyayangimu sebagai seorang istri. Aku lebih menganggapmu sebagai… yah…. Bisa dibilang adik?" Ujar Naruto jujur dengan suara berat. "Aku butuh proses." Lanjutnya sambil menatap Hinata dalam-dalam.
Memang. Setelah menikah sampai sekarang, Naruto belum pernah menyentuh Hinata. Ia merasa canggung akan hal itu; mereka tidur di tempat tidur yang terpisah dan tak jarang pula mereka pisah kamar…. Tapi sepertinya Hinata tidak keberatan akan hal itu.
Hinata terdiam sesaat, tidak terlihat jelas apa ekspresi yang ditunjukkannya karena kepalanya sedang menunduk. "Tak apa, Naruto-kun." Jawabnya singkat.
"A.. Anu… Bu… bukan begitu maksudku…" sahut Naruto salah tingkah, "Em… yah… Jangan terlalu dipikirkan ya?" Hiburnya sambil tersenyum. Senyum ala Naruto yang polos.
"Iya." Hinata hanya bisa menganggukkan kepalanya. Kemudian dia merapikan selimut yang telah diberantaki oleh Naruto tadi.
Naruto sendiri sedang merapikan rambutnya dengan gel, dan kemudian mengenakan jasnya. Merasa puas dengan penampilannya, Naruto pun beranjak ke ruang makan.
"Aku makan ya, Hinata-chan." Pamitnya.
vVv
Sosis gulung mie, salad buah, telur dadar dan roti yang baru selesai dipanggang. Hmm! Baunya!
Naruto mengambil tempat duduk di dekat jendela. Dan mengambil beberapa potong roti dan telur dadar. Ia membaca koran yang terletak di meja itu, koran hari itu meliput tentang seorang penulis yang baru saja menerbitkan karya tulisnya. Ah, karena tidak penting baginya, akhirnya dia lewat saja. Lagipula ia kan tidak tertarik baca novel. Membosankan.
Hinata yang baru saja selesai merapikan tempat tidur Naruto, beranjak ke ruang makan kemudian menuangkan segelas kopi dan menyuguhkannya.
"Terimakasih, Hinata-chan." Naruto tersenyum lalu menyeruput kopi itu.
vVv
Hari itu Naruto pulang terlambat, dan jadi panik karenanya.
"Wah, Hinata! Bagaimana ini? Aku akan terlambat mengunjungi acara reuni itu." Teriaknya panik.
Hinata hanya dapat membantu suaminya bersiap-siap, "Se… Sekarang Naruto-kun mandi saja dulu." Sarannya.
Benar juga, pikir Naruto. Kemudian ia melesat cepat ke kamar mandi.
Tak lama, Naruto sudah keluar kamar mandi dengan terburu-buru, ia mengelap tubuhnya dan langsung mengenakan pakaiannya. Hari ini Naruto memakai pakaian semi formal. Ia hanya menggunakan polo shirt putih, dengan kancing yang sengaja ia biarkan terbuka, blazer beludru hitam, dengan celana jeans berwarna biru pudar, yang sudah agak belel plus sepasang sneakers putih nangkring dengan manis di kakinya.
Naruto kemudian menatap ke kaca dan bergegas merapikan rambutnya. Ia sengaja tidak menggunakan gel, karena itu, rambut pirangnya yang lembut berantakan ke segala arah. Setelah puas dengan penampilannya, Naruto beranjak ke ruang tamu, di mana Hinata sedang menunggunya sekarang.
"Ayo, Hina. Kita naik ke mobil." Ajaknya.
Hinata mengambil tas tangan hitamnya kemudian cepat-cepat mengikuti Naruto ke mobil Peugeot oranye-nya.
Setelah membenarkan posisi duduknya, Hinata mengencangkan seatbelt dengan gugup, "Ja… jangan ngebut ya Naruto-kun."
Naruto hanya menyeringai polos, kemudian mulai menancapkan gas, "Hehe. Liat nanti ya, Hina."
vVv
Hinata merasa kepalanya berputar-putar. Rasanya ia ingin muntah sekarang! Naruto benar-benar ngebut tadi, sepertinya ia serius tidak ingin telat menghadiri acara ini. Naruto keluar dari mobil itu setelah ia selesai mengunci setirnya dengan RONCAR anti maling.
Bip… bip… kemudian terdengar mobil itu terkunci.
"Apa lagi yang kau tunggu? Ayo masuk, Hina." Katanya kembali menyeringai.
Hinata hanya bisa menghela nafas dalam-dalam kemudian mengikuti langkah Naruto yang cepat. Naruto terkesima melihat gedung sekolahnya telah di dekor sedemikian rupa. Tak lama kemudian, Naruto bertemu dengan kawan-kawan lamanya dan memperkenalakan Hinata kepada mereka. Hinata hanya bisa tersenyum dan menunduk malu saat teman-teman Naruto menggodanya.
Ino adalah orang pertama yang menyapa Hinata, "Wah, salam kenal ya! Namaku Yamanaka Ino, panggil saja aku Ino."
"Salam kenal. Aku Sakura." Sapa Sakura sambil tersenyum.
Sai yang ditendang oleh Ino kakinya, akhirnya memperkenalkan dirinya juga, "Aku Sai."
"HUWAAA… Naruto! Istrimu manis sekali! Rasanya ini agak tidak adil…" keluh Kiba sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "Yah, ngomong-ngomong, namaku Kiba. Kalau kamu bosen sama Naruto. Kamu bisa ngehubungin aku kok."
"Heh." Naruto memelototi Kiba. Kiba membalasnya dengan sebuah cengiran polos.
Hinata masih tertunduk malu, ia pun mulai mengumpulkan keberaniannya, "Sa… Salam kenal. Namaku Hinata. Hyuuga Hinata." Balas Hinata dengan muka yang bersemu merah.
Ino tertawa, lalu menepuk pundak Hinata, "Aduh, jangan malu-malu begitu! Santai saja. Kami kan teman suamimu."
Naruto menyadari tangan Sai yang sekarang sedang menggenggam erat tangan Ino, kemudian muncul seringaiannya yang jahil, "Wah, wah, sejak kapan kalian… jadian?"
Sai hanya tersenyum, senyum yang sulit dimaknai artinya, "Kami sudah tunangan, Naruto."
"Sai!" pekik Ino sambil mencubit gemas tangan tunangannya.
"Oh, ya? Seingatku dulu kalian bisanya hanya bertengkar terus…" Naruto mulai menggoda mereka.
"Itu karena aku menyukainya." Balas Sai. Ino lumer.
"Hhh, andai kau tahu, Naruto! Mereka selalu seperti ini." Keluh Sakura sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Romantis di tempat-tempat umum…"
"Benar, aku sudah muak melihat kalian…" keluh Kiba sambil pura-pura muntah, kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Dasar… bau anjing." Balas Sai, lengkap dengan senyum misteriusnya.
"APAAAA??"
Naruto tertawa melihat tingkah teman-temannya yang tidak berubah dari dulu. Masih tetap sama.
"Ta… tapi, ro… romantis itu tidak ada salahnya, Sakura-chan… Kiba-kun." sela Hinata sambil ikut terkekeh geli.
"Hinata! Harusnya kau membelaku…" erang Sakura dengan nada bercanda.
Ino tersenyum penuh kemenangan, "Lihat kan, Sakura? Romantis tidak ada salahnya… ya kan, Hinata?"
Hinata mengangguk pelan, dan ikut tertawa bersama yang lain.
Tidak seperti yang Naruto duga, Hinata langsung bisa cocok dengan teman-temannya dan mereka sedang asik mengobrol sekarang. Yah… walaupun Hinata masih merasa canggung. Naruto juga asik mengobrol dengan yang lain. Betapa merindunya ia dengan suasana yang seperti ini.
Tanpa Naruto sadari, tiba-tiba Sakura lekas-lekas menarik lengannya, kemuidan menyeretnya ke tempat yang lumayan sepi. Mereka berada di pojok ruangan sekarang, "Psst, Naruto." Bisik Sakura.
Naruto oleng, nyaris saja ia terjatuh karena tarikkan Sakura yang tiba-tiba tadi, untung tidak ada yang menyadarinya, "Ehh? Kenapa Sakura-chan?"
"Bagaimana kabarmu dengan… Mmm." Sakura tidak berani meneruskan kalimatnya. (A/N: Hanya Sakura yang tahu hubungan mereka)
Seriangaian yang sedari tadi menghiasi wajah Naruto berangsur-angsur lenyap dari wajahnya, Naruto menengadah sesaat, kemudian ia menatap Sakura lekat-lekat, "Aku sudah melupakannya. Lagipula… dia yang memutuskan hubungan kami." Katanya nanar.
"Naruto…"
Naruto tertawa miris, "Kau tahu, Sakura-chan? Aku sudah bahagia sekarang karena telah memiliki Hinata."
"Tapi…"
"Maaf Sakura, aku haus." Merasa pembicaraan ini mengarah pada hal yang mati-matian ingin dilupakannya, Naruto buru-buru pamit kepada Sakura untuk mengambil minum dan memisahkan diri dari kerumunan orang-orang. Naruto berjalan menuju sebuah meja yang menyediakan minuman, disana, tangannya tidak sengaja beradu dengan seseorang yang mengambil gelas yang sama dengannya. Sehingga isi gelas itu tumpah. Menumpahi baju orang itu.
"A… AH! Gomen!" katanya sambil mengelap baju orang itu dengan saputangan.
"Hmph. Baka."
Mata Naruto membelalak. Ia kenal betul suara itu.
"Sa… Sasuke?" tanyanya terkaget-kaget. Saputangannya terlepas dari pegangannya. Noda dari cola yang tersiram ke kemeja hitam Sasuke terlihat jelas. Tetesannya jatuh hingga ke celana jeans abu-abu Sasuke yang robek lututnya.
'Ke… Kenapa Sasuke ada disini… bukannya seharusnya dia… Ukh, kalau tahu begini jadinya aku tidak akan menghadiri acara ini!'
Sasuke tersenyum sinis, "Apa kabarmu, dobe?" tanyanya tidak memperdulikan noda cola itu.
Naruto buru-buru memalingkan wajahnya dari Sasuke, "A… Aku baik-baik saja!"
Sasuke meneguk minumannya sampai habis, meremas gelas kertas itu, kemudian tatapan matanya yang tajam tertuju pada Hinata yang sedang tertawa bersama teman-teman Naruto sekarang, "Karena dia?"
vVv
TBC…
Bentar lagi mao UAS neh, doakan saya ya! :3
Review, feel free to… (take a deep breath) ….flame.
