.
.
.
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
Bad-a-Boss © moronsfr
[Ada beberapa tipe bos di dunia kerja. Tapi kalau yang ke kantor pake kaos, susah kontak, kudet, minim fisik dan ekspresi—catet, taruh di list terakhir tipe bos di dunia kerja. Catet ya : Kuroko Tetsuya.]
[AU, OOC, typo(s), CMIAW]
.
.
.
Dia turun dari sepeda, sebuah kendaraan klasik semasa SMA yang masih guna pakai sampai umurnya sudah mau dicap bapak-bapak. Eh, engga ding. Karena dia belum kawin, jadi cap aja bujang-bujang.
Mengunci kendaraan, bagian yang penting setelah pengguna kendaraan akan meninggalkan kendaraan mereka seorang diri.
Dengan cerdas, dia mengamalkan hipotesis barusan. Di sakunya ada gembok seberat 20 ons, cukuplah untuk merantai ban sepeda depannya. Lingkar, lingkar, lingkar, klik.
Puas, menggaruk dagu dulu. Mengamati hasil kerjanya di pagi buta begini. Sebuah sepeda kayuh diparkir rapi disamping mobil toy*ta yang baru rilis kemaren.
"Pagi, Kuroko-san!" satpam dekat pintu masuk kantor menyapa semangat.
Kuroko menuang senyum tipis, tapi sorotan matanya masih sedatar telenan dapur. "Pagi. Anak ruanganku sudah ada yang datang?"
Si satpam ketuk dagu. "Kayanya… belum."
Hore untuknya, ia akan mencoret tanggal hari ini lagi untuk rekor catatan pribadi sebagai bos rajin yang suka datang pagi-pagi sebelum anak buahnya. Kurang kerjaan juga—emang. Daripada kalendernya kosong melompong kaya orang gabut.
Absen sensor sidik jari itu punya kantor sebelah. Kalau kantor ini pakai absen sensor gigi. Lumayan kan nyumbang senyum di pagi hari yang cerah. Inovasi absen itu baru diunggah kemarin. Idenya dari anak ruangan Kuroko. Sebagai bos, tentu dirinya merasa bangga anak buahnya bisa berguna. Menyumbang ide yang dipakai seisi kantor. Walau kabarnya, ada beberapa ruangan yang membentuk organisasi terselubung bernama Kuroko's Room Haters Club—atau apalah itu.
Bicara soal absen, Kuroko sudah melakukannya—dengan sorotan flat face yang sama sekali ngga sesuai dengan cengiran di bibir. Pintu ruangannya berdecit saat dia membuka dengan arah berlawanan. Replika ruangan kantoran yang teramat biasa. Enam meja yang ditata sedemikian rupa. Dan lorong menuju ruangannya yang dibatasi pintu lain—tertutup.
Malas berjalan jauh-jauh—kearah ruangannya. Kuroko memilih duduk santai di salah satu meja anak buahnya. Mejanya tergolong berantakan, padahal orangnya belum datang. Kalau orangnya datang, mungkin mejanya bisa jadi pembuangan sampah.
Kursi beroda yang jadi singgasananya ia putar-putar. Malah, dibawanya kursi itu keluar area meja si pemilik kursi. Membawanya berkeliling ruangan. Memonitoring satu-satu meja kerja punya anak buahnya.
"Sir Kurokocchi?"
Kuroko jempalitan. Kursinya jungkir balik mencium karpet yang tersebar luas menutupi ubin. Pipinya jatuh duluan, bokongnya terangkat—ditimpa si kursi.
Yang memanggil ikut gelagapan, panik. "Sir?! Anda ngga apa-apa?!" buru-buru jongkok, membuang si kursi dan membantu bosnya berdiri. "Aku ngagetin, ya?"
"Ngga apa." Kuroko berdehem. Membetulkan kerah kausnya. Kaus? Yes, men. Dia terlalu baby face untuk merasa cocok memakai kemeja rapi dan dasi. Lah, terus seragam sekolahmu dulu itu apa—oh, itu masalah lain. Jangan bahas di sini.
"Sir sedang apa dengan kursi Aominecchi?" anak buahnya yang rambutnya bikin silau—sesilau matahari pagi ini—menuding kursi yang tergeletak ngga bersalah.
"Oh, tadi dia nganggur. Jadi aku ajak jalan-jalan sebentar." Apa? O-oke.
Kuroko memincing, menilai penampilan penghuni kedua ruangan ini. "Kenapa dengan dasimu, Kise-kun?"
"Oh, ini?" Kise tertawa hambar. "Pacarku maksa pakai warna ini—nabrak banget ya dengan kemejaku."
"Pacar?" Kuroko cengok. "Sejak kapan?" setahunya anak buah satu ruangan pada jomblo ngenes. Apalagi bosnya.
"Sir ngga baca statusku? Anak-anak pada rame ngebahas itu di grup l*ne." Kise mulai bacot. Dengan hal-hal yang bau-baunya ngga sampe kehirup hidung Kuroko.
"Status? KTP maksudmu?" kan, kan. "Terus l*ne itu kalian bikin komunitas pecinta merk shampoo?"
Krik.
"Ah… itu, ngga jadi deh. Haha." Awkward moment. Si kepala kuning langsung berniat ganti topik. "Sarapan, yuk, Sir! Sarapan! Jam segini pasti cafeteria di bawah udah buka."
Kuroko menurut—ini sebenernya yang bos siapa sih. Membiarkan ruangannya kosong lagi. Keduanya pakai fasilitas tangga untuk turun ke bawah. Hitung-hitung olahraga di kantor. Apalagi ini masih pagi.
Cafeteria kantor bisa dibilang cukup luas buat dihuni karyawan yang bejubel. Volume karyawan terbilang sudah lumayan ramai di jam yang menurut orang sana ayam jago belum habis berkokok. Kuroko dan Kise mengambil cetakan menu, membawanya ke salah satu meja.
"Nanti ada meeting jam 9." Kuroko membelah sumpitnya jadi dua. Mencapit sushi ikannya. "Resensi dokumen yang kemarin sudah di fotokopi, kan?"
Kise mengangguk sambil mengunyah. Sama sekali ngga ada formal-formalnya orang ini di depan orang yang jabatannya lebih tinggi dari dia. "Midorimacchi yang bawa."
Kuroko mengernyit. "Bukannya kamu yang ngerjakan?"
"Iya." Kise mengunyah lagi. "Tapi yang fotokopi Midorimacchi."
Kenapa jadi pass-pass-an kerjaan gitu. Emangnya dokumen itu basket apa.
"Terus katanya ditaruh di arsipnya Akashicchi."
Kuroko tersedak. "Ha? Aku ngga ngerti—sistem kerja kalian."
Jari telunjuk Kise terangkat, berputar-putar di udara. "Jadi…" ah, jadi inget waktu murid yang ngejelasin pelajaran ke guru di kelas. "Aku yang ngerjakan resensinya. Terus… Midorimacchi yang fotokopiin. Habis gitu… disimpen dengan rapi di arspinya Akashicchi. Tamat deh."
Bola mata aqua berputar. Cuma perasaannya aja atau barusan itu dia di dikte kaya anak kecil yang harus pake bahasa tambahan—pelecehan! Karyawan yang kaya gitu harusnya di penjarain aja sekalian.
"Kenapa ngga kamu kerjain sendiri? Itu kan kerjaan gampang?"
"Mejaku jauh sama mesin fotokopi, jadi aku pass ke Midorimacchi." Kunyah, kunyah, kunyah. "Terus arsip Midorimacchi penuh jadi dia pass ke Akashicchi—mejanya kan deketan."
Dakaraaaa~ sebenernya itu dokumen apa basket.
Kuroko menyisakan sepertiga sarapannya, ia geser piringnya kearah lain. Memasang pose kenyang—kenyang dengar gerundelan Kise yang padahal dia cuma tanya pakai satu kalimat tapi dijawab sampai dua kali kalimatnya.
"Terserah. Pokonya aku mau dokumen itu sebelum jam 9."
Hape Kise berdering. Ringtone-nya cukup norak untuk kalangan umur mereka yang sudah bujang. Iyalah, masa bujang lagunya kisah kasih di sekolah?
"Halo?"
Kuroko membuka dompet, memijit selembaran uang.
"Ah, Akashicchi? Huh? Oh…"
1000 yen berhasil ditarik dari dompet. Ia taruh diatas meja.
"Sebentar." Kise beralih pada Kuroko. "Sir, Akashicchi bilang keponakannya ngga enak badan. Jadi dia ngaret hari ini—dia bilang tadi pagi-pagi sudah absen terus pulang lagi."
"Ha?!" Kuroko langsung facepalm. "Keponakan? Dia bilang dia anak tunggal?!"
Masuk akal juga—tunggu, tunggu! Bukannya ada yang lebih penting? "Ha-halo, halo?!" Kise ikutan facepalm. "Diputus."
Bangsat.
Bangsat besar.
"Dokumennya kamu bilang di dia?"
"I-iya, Sir."
"Dia absen, terus bolos?" untuk ukuran bos lain, Akashi sudah dalam uji siap pecat. Apalagi dia bolosnya pake ngabarin.
"Itu aku ngga tahu, Sir."
"…Buat ulang dokumennya."
"Permisi?"
"Buat ulang. Fotokopi. 8.30 ada di mejaku." Uwoooo Kuroko yandere's mode.
"Sir, ini hampir jam 8. Membuat resensi dokumen setengah jam itu musta—" Kise menenggak ludah. "Siap, Sir!"
Kuroko mendengus. Sudah lama juga darahnya ngga dinaikin begini. Ternyata boleh juga sesekali buat senam jantung. Kise langsung ngacir duluan, balik ke ruangan. Sementara dia, masih memasang pose kenyang di cafeteria. Ditambah pose pijit dahi.
.
.
.
#BONUS
.
.
.
Group Chatroom : Tet-chan no Rainbow R00m xx9:*
kiseryo : URGEEEEEENTT!
midotsun : Kise, berisik
kiseryo : Akashicchii kamu membunuhku :'(((((
akanyan : aku kirim email dokumennya. Tinggal print, fotokopi, beres. Santai aja.
kiseryo : huwaaa thx *peluk*
midotsun : kamu ngapain emanganya, Akashi?
akanyan : ada doraemon season 3 sampe jam 9. Nanggung nih.
kiseryo : yaelah *sweatdrop* cuma gara-gara doraemon aku sampe kena marah Kurokocchi
—ao mine entered chat room.
ao mine : demi apa tetsu marah? Wkwk pengen liat
akanyan : nice ao mine *jempol*
midotsun : kalian ngaco-nanodayo. Jam 9 ada rapat hoi Akashi
ao mine : Kise mana
akanyan : dia sibuk ngerjain dokumen *ketawa setan*
ao mine : Akashi kau busuk -_-
—midotsun leave the chat
akanyan : kalian ke kantor jamber?
ao mine : abis rapat selesai
—muffin mura entered chat room
muffin mura : eeh~ ada rapat? Malasnyaa~
akanyan : mungkin aku datang pas rapatnya mulai.
ao mine : ngga niat akanyan
muffin mura : aku ngga ngebayangin kalau Kurochin baca chat-chat ini reaksinya bakal gimana
ao mine : palingan muka datar
akanyan : kau bisa dipecat ao mine
—akanyan leave the chat
ao mine : hoi, brengsek. Ninggalin jejaknya ngga enak banget
—muffin mura leave the chat
—ao mine leave the chat
kiseryo : akashicchi! Mana emailnya?! Eeeehhh?! Kok sepi sih?!
kiseryo : aku nangis nih-ssu…
.
.
.
.
.
TBC(?)
catatan kaki author,
otak ini bukannya dibuat ngerjain pr fisika segunung malah sempet-sempetnya bikin ff. Dan lagi ini apa *scroll scroll* astaga ga mutu. Tapi karena fandom ini lagi rame—research—jadi gatel pengen nyumbang fict. Dan ke publish lah fict nista ini. Saya tahu saya sok tahu banget di fict ini *nyadar* karena saya ga tau apa-apa soal dunia kerja—tapi temanya dibuat rada nyatai jadi ga ribet-ribet amat. Yang pengalaman bisa sumbang pengetahuan soal office daily ilfe:)) sangat diapresiasi. Lagi, terimakasih banyak buat yang ngerespon fict-ku kemarin.
Baru kali ini saya ninggalin catatan kaki di fict, mohon kerjasamanya untuk project ini.
This blank space I write as,
mor.
