Sekali ini saja!
Disclaimer : Masashi Kishimoto, kalau aku yang punya Hinata aku jadikan Hokagenya XD Ups.
Pair : Sasuhina Slight Sasukarin
Genre : Family & Hurt/Comfort
Rated : T+ SEMI M (karena ada adegan yang mungkin ga layak dilihat anak kecil , MINIMAL UMUR 16 TAHUN DI ATAS)
Warning : Abal-abal, Semi Canon, OOC, Typo (s), kata-kata ada yang vulgar xD, mungkin banyak kekurangan yang lain.
Summary : sekali ini saja cuma kata yang ku harapkan saat ini. Semoga aku mendapatkan harapan itu darimu. Hanya dirimu. Ku cintai dan mencintaiku suamiku.
DON'T LIKE! DON'T READ!
DON'T LIKE! DON'T READ!
DON'T LIKE! DON'T READ!
SUDAH SAYA PERINGATKAN LHO!
####
Happy reading…
,
,
,
Hinata sekarang mengenakan piyama tidurnya dengan gugup, ia sedari tadi menatap pantulan dalam cermin. Seolah takut ia mengenakan yang salah malam ini. Ini malam yang penting, yah itu yang biasa dikatakan orang-orang yang sudah menikah dan menjalani err… malam pertama.
Malam yang biasa ditunggu.
Hinata duduk di tepian ranjang di kamar itu. Menatap ada bagian bantal di tengah sudah ada taburan kelopak bunga mawar yang menghiasi. Benar-benar indah, iya kan?
'Walau ini bukan pernikahan atas dasar saling mencintai, bolehkan aku berharap?' Hinata tersenyum miris cinta pertamanya kandas begitu saja karena ia— Naruto sudah memiliki pasangan yang sangat dicintainya. Ia adalah Sakura Haruno— Ah tidak, namanya sekarang sudah berubah menjadi Sakura Namikaze.
'Sudahlah lebih baik aku tak memikirkannya, sekarang aku sudah menjadi milik orang lain. Dan aku seharusnya bersyukur masih bisa berguna. Walau dengan cara seperti ini. Dengan menikah dengan seorang Missing-in yang tak — emm mungkin belum ku cintai.'
Suara shower yang berhenti, menandakan seseorang yang ada di dalam selesai mandi.
CKLEK.
Pintu terbuka dan Sasuke ke luar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan celana panjang, yang membuat Hinata agak kaget ia sekarang telah bertelanjang dada.
Bagian yang menurut Hinata jarang ia lihat. Neji atau Hiashi pun sama sekali belum Hinata lihat sedang bertelanjang dada.
'B-berfikir apa kau Hinata?' Batin Hinata.
Hinata merona merah mendapati pandangan itu, bukan karena ia suka tapi karena ia gugup dan malu. Jadi Hinata cepat-cepat menundukan kepalanya.
Sasuke yang melihat tingkah Hinata hanya berdecih pelan dan menghiraukannya. Ia berjalan ke arah lemari tempat ia menyimpan pakaian. Dibukanya di dalam lemari itu sekarang malah terlihat terisi penuh dengan pakaian dan baju dalam Hinata berbaur dengan pakaian-pakaiannya.
Sekilas ia melihat pakaian dalam dan bra berukuran…
'Chh memuakkan! Besar sekali? Berapa…—Chh hentikan fikiran gilamu!' Fikiran Sasuke berkecamuk.
Ia mengubek isinya, hm— dan akhirnya ia menemukan pakaian yang muat dengannya. Sepertinya ia kenal pakaian ini. Ini milik kakaknya dulu.
Sasuke yang selesai memakai baju, segera akan keluar dari kamar itu.
'E-eh kenapa d-dia —Uchiha-s-san.'
Hinata melihat gelagat Sasuke terlihat akan keluar, ia mencegahnya dengan suara kecil yang mungkin tidak akan didengar Sasuke.
"U-uchi-ha-s-san m-mau ke-kemana?" Terlihat jelas kalau Hinata sedang gugup sekarang.
Bukan Sasuke namanya kalau ia tak bisa dengar apa yang Hinata ucapkan.
"Aku ingin keluar." Ujar Sasuke dingin.
"T-tapi…" Hinata memainkan kedua jari telunjuknya gugup.
"Kau bukan siapa-siapaku." Sasuke mengucapkan itu dengan wajah datar, seolah semua yang dikatakan tidaklah salah.
"Kau tak berhak mencegahku!" Lanjut Sasuke membentak Hinata.
Hinata yang mendengar itu hanya mampu menengadah menatap Sasuke dengan mata berkaca-kaca.
Air mata itu ditahan untuk tidak tumpah di depan Sasuke, Hinata mencoba tegar sekarang.
"K-kita s-sudah menik-kah." Hinata mengucapkan itu dengan tercekat saat mengucapkan kata menikah, karena saat itu Sasuke menatap Hinata tajam—sangat tajam. Mungkin kalau Sasuke tak sengaja menggunakan mata Sharingannya sekarang, ia dapat membunuh Hinata. Tapi ia masih punya hati untuk tidak melakukan itu.
Sasuke diam tak menanggapi reaksi yang ditunjukkan Hinata. Gadis yang sedang dihadapannya ia hanya anggap seperti gadis-gadis lain yang selalu mengejar-ngejarnya. Selalu mengeluarkan suara berisik dan itu membuat telinganya tak bisa mendengar seketika, seperti di akademi dulu.
Dan sekarang Hinata dihadapannya yang sedang menunjukan raut kekecewaan hanya topeng supaya ia bisa bermain dengannya di malam pertamanya ini.
Sasuke melirik ranjang yang sedang Hinata duduki dan langsung melihat Hinata yang sekarang tengah menunduk dan dengan hidung yang sudah memerah karena menahan air mata yang takutnya tiba-tiba meluncur dari mata amethysnya.
'Kenapa aku menjadi selemah ini.'
'Dasar murahan, bilang saja ingin ku sentuh.'
"Menikah? Bukankah ini hanya permainan konyol dari Hokage sialan untuk membuatku dianggap. Dengan menikah dengan anak buangan Hyuuga. Menggelikan." Sasuke berkata dengan ketus.
"I-itu ti-tidak…"
'Iya memang aku terbuang, tapi aku sudah menetapkan hatiku untuk melakukan pernikahan ini supaya lebih berguna. Tapi sungguh kenapa ia malah menghina Naruto yang jelas-jelas sudah membantunya.' Batin Hinata.
Hinata menengadahkan kepalanya dan menatap mata Sasuke langsung dengan tatapan tajam.
DEG
Sasuke kaget dengan tatapan Hinata, bukankah Hyuuga sepertinya tak akan pernah bisa menatap setajam itu.
"J-jangan menghina Na-narut-to-kun!" Hinata mengatakan itu mencoba untuk tidak gagap tapi percuma saja, dicoba pun tetap akan sama seperti ini.
Sasuke hanya diam tak menanggapi apa yang Hinata ucapkan, walau ia sempat merasa aneh dengan perubahan sikap Hinata.
"Kenapa Naruto?" Tanya Sasuke.
"D-dia bermaksud baik untuk supaya kau tetap ada disini!" Timpal Hinata dengan mencoba tersenyum.
'Yah Hinata… Kau berhasil berbicara tanpa gagap walau agak meleset,' Batin Hinata bangga.
Sasuke sempat terpana dengan ucapan yang lumayan lancar itu, tapi ia dengan cepat menyembunyikan ekspresinya dengan raut datar.
Tapi dengan ucapan tadi Sasuke teringat ke masa lalu tentang seorang anak perempuan kecil yang selalu membuntuti Naruto dan dirinya. Dan sepertinya ciri dan sikap sama seperti orang yang ada di depannya ini.
Sasuke tersenyum dalam hati.
'Jadi dia yang suka dengan Dobe dulu! Pantas saja dia tak seperti gadis-gadis lain.'
"Hn." Sasuke membalas dengan dua konsonan yang membuat Hinata tak mengerti.
"U-uchiha-s-san."
'Ck, kenapa ia malah gagap lagi.' Batin Sasuke sedikit kesal dengan gaya bicara Hinata yang berubah-ubah.
"Apa?" Sasuke menautkan alisnya seraya menghampiri Hinata.
"Emm… L-lupakan a-apa ya-yang k-ku katak-kan ta-tadi." Hinata bersemu dan menggerakan tangannya.
"Hm, tak apa. Aku jadi tau kau anak yang suka Dobe waktu di akademi kan?" Sasuke mengatakan dengan sinis.
"D-dobe?" Hinata memiringkan kepalanya bingung.
'Dia polos sekali.' Sasuke terheran-heran dalam hati.
"Naruto." Jawab Sasuke singkat sambil memalingkan mukanya sedikit merah—ingat ya cuma sedikit sampai Hinata tak tau.
Hinata kembali bersemu dan cepat-cepat menggelang.
"T-tidak a-aku s-sekarang m-menco-coba u-untuk mel-lupakannya." Hinata menampakan senyumnya.
'Mungkin aku bisa mencintai suamiku suatu saat nanti, dan sekali saja merasa dicintai dan mencintai.' Tambah Hinata dalam hati.
####
Sasuke POV
Melupakan, ch..
Dasar gadis aneh.
Tapi menarik.
Aku mendekat ke arah Hinata dan duduk di sebelahnya, tak ada jeritan, suara berisik dan wajah histeris. Wajahnya menampakan senyum cantik dan bisa dilihat kalau itu tulus.
"A-aku akan b-berbakti pada s-suamiku." Nampak wajahnya sudah semerah tomat. Sasuke tau itu walau ia menuduk dengan wajahnya tertutup poni rata dan rambutnya yang panjang.
Kau tak pintar menyembunyikan perasaanmu kau tau.
"Hinata."
Aku menggerakan tangan kananku membelai rambut Hinata, refleks Hinata menoleh ke arahku.
Aku mendekat dan dia tak banyak protes, dia nampak tau apa yang akan ku lakukan padanya. Aku membelai pipi gembul itu dengan pandangan kosong. Aku melakukan dasar ini hanya karena ingin melakukannya saja.
"U-uc—emm…"
Aku menghentikan ucapan itu dengan melumat bibir tipis itu pelan. Bibir yang menyebalkan dan ku rasa menyenangkan.
Awalnya aku kira ia menolak tapi nyatanya dia menutup mata dan membalas lumatan itu dengan sedikit bergetar. Sungguh mungkin ini pertama kali baginya. Entah ada rasa senang dan greget sedikit melakukan dengan seseorang yang tak pengalaman itu.
Aku tau dia sedang memaksakan dirinya, tapi yasudah toh itu bukan urusanku.
####
Normal POV
Keduanya masih membiarkan dua bibir itu bertaut. Hinata awalnya sempat ingin menolak, tapi Hinata menyadari kalau Sasuke itu adalah suaminya. Dan Hinata juga mengikuti permainan itu, walau Sasukelah yang memang mendominasi.
Sekian lama, mereka pasti membutuhkan pasokan oksigen untuk bernafas. Akhirnya Sasuke melepas ciuman itu, Hinata menunduk dengan muka memerah sambil memegang bibirnya.
'Kenapa rasanya semanis ini. Jantungku tak b-berhenti berdetak.' Batin Hinata menjerit setelah ciuman itu tadi.
Hinata mendongakan kembali, yang ia lihat saat ini wajah Sasuke tersenyum… Hinata mulai tersenyum dan tak menyadari itu bukanlah senyum biasa, melainkan senyum yang ada maunya.
'Aku tak tau, acting apa yang kau lakukan saat ini. Tapi aku tak akan menyia-nyiakannya.' Batin Sasuke.
Sasuke memegang tangan Hinata.
"Ini akan berarti." Sasuke mengetakan itu di dekat telinga Hinata.
"Kau harus terus berbakti padaku."
Hinata yang mendengar suara berat Hinata terbuai dan menganggukan kepalanya tanda meng-iyakan ucapan Sasuke.
Sasuke mendorong pelan tubuh Hinata ke ranjang dan mencium Hinata pelan—sekarang Sasuke melakukannya dengan penuh perasaan.
Kedua tangan Sasuke pun tak tinggal diam—memegang, meremas dan menjelajah semua yang ada di tubuh Hinata.
Desah lirih Hinata itu yang didengar Sasuke membuat aliran darah mengalir ke 'itu' dan membuatnya tegang.
Ia mempercepat aksinya dan mengecup leher dan terus ke bawah.
Tanpa sadar mereka sama-sama tak memakai apapun.
Malam ini tak terasa dingin.
Mereka saling menghangatkan. Peluh dan keringat pun mengalir.
Dengan sentuhan pelukan dan hal lainnya.
Malam ini tak sepi.
Suara desahan berulang-ulang menggema di ruangan ini.
.
.
Malam pertama berhasil mereka lakukan selayaknya pasangan suami istri yang bukan menikah karena perjodohan.
####
Matahari sudah terlihat, itu tandanya bahwa hari baru akan kembali dimulai. Pagi menjelang banyak orang yang sudah bangun melakukan aktivitas, misal membuka warung, pergi main, atau siap-siap ke akademi atau lain-lain.
Tapi itu tak seperti dua orang yang masih terlelap dengan balutan selimut tebal menutupi tubuh polos mereka.
Hinata bergerak gelisah merasakan ada yang memeluk tubuhnya saat ini. Sambil mengucek matanya ia mulai membuka mata pelan.
Ia sekarang berada di ruangan tempat tadi malam dia— hmm ia tak bisa membayangkan kalau err sudahlah..
Hinata beranjak dari tempatnya, menyingkirkan tangan besar Sasuke yang melilitnya.
'Apa ini baik?'
Hinata menatap wajah damai Sasuke dengan tersenyum.
Skip time
Di ruang makan terdengar dentingan sendok dan piring yang bertabrakan.
Tak ada suara apalagi selain itu.
Mereka sama-sama diam.
Sasuke merasa tidak ada yang ia ingin bicarakan dan Hinata merasa malu untuk memulai pembicaran.
'A-aku tak suka situasi seperti ini.' Hinata berhenti makan dan langsung mendongak ke arah Sasuke.
Sasuke yang merasa di perhatikan langsung menoleh ke arah Hinata.
Merasa agak terganggu Sasuke tetapi ia cepat-cepat melanjutkan acara makannya.
'Apa yang sedang ia fikirkan?— Chh kenapa aku malah memikirkannya.'
Srrek…
Suara geseran kursi terdengar, Sasuke berdiri setelah menyelesaikan makan pagi yang canggung itu.
Hiinata yang melihat Sasuke berdiri dan seperti ingin langsung pergi darinya.
"Sasuke-kun, tunggu."
Sasuke berhenti dan membalikkan tubuhnya ke arah Hinata.
'Kemana perginya Hyuuga yang gagap.'
"Ada apa?"
"Jangan lupa pulang jangan terlalu malam ya? Kau ada misi kan?" Hinata menunjukan senyum tertulus yang ia punya.
Sasuke membeku di tempat, senyum itu, suara anggun itu seperti—
"Hime." Ucap Sasuke lirih.
"Eh Sasuke apa yang kau bicarakan?" Hinata menunjukan pandangan bingungnya ke arah Hinata, imutnya.
Sasuke cepat sadar dari khayalannya tadi, dia bukan orang itu. Orang yang telah menyelematkan dari kematian.
'Bukan Hinata, tapi Karin. Ya Karin, walau aku sempat ragu. Tapi aku sudah menetapkan hatiku padanya.'
Sasuke segera bicara.
"Kau aneh, gagapmu hilang." Sebenarnya bukan itu yang akan keluar dari mulut Sasuke tapi yah mau gimana lagi. Hmm entahlah orang sekeren Sasuke juga bisa menanyakan hal yang tak penting.
"Eh aku merasa nyaman saja denganmu, a-apa a-aneh? G-g-gomen.."
Hinata menundukan kepalanya.
"Aku suka saja." Sasuke asal mengucapkan itu dan Hinata salah mengatikan itu semua alhasil wajahnya memerah malu.
Kata itu terus berputar di kepala Hinata.
"Aku berangkat."
"Emm." Hinata mengangguk dengan tersenyum melihat Sasuke pergi dan ketika Sasuke menjauh ia melihat punggung Sasuke menjauh dan terus menjauh.
'Sekali ini saja... Aku berharap bisa mencintai dan dicintai, ini baru awal.'
.
.
.
####
Sasuke POV
Aku berjalan menelusuri jalan di desa kelahiranku ini. Tempat ini tak banyak berubah.
Hmm aku kembali teringat tentang tadi saat aku salah memanggil Hinata dengan Hime.
Sungguh itu pasti bukan dia.
Flashback
Tubuhku sudah terasa remuk dan syaraf-syaraf di tubuhku putus. Kaki dan tangan mati rasa. Dan mulutk sudah dipenuhi darah. Dengan sekali serang dengan tombak penuh jurus berbahaya yang langsung menancap di seluruh bagian tubuhku.
Jurus-jurusku sudah ku kerahkan tapi masih saja tak bisa melumpuhkan bandit-bandit yang tak sengaja ku temui saat akan berkumpul di gua tempat persembunyianku.
Tak disangka bandit itu adalah mantan anbu yang ada di desa itu. Tapi karena kasus pembunuhan maka mereka dihukum dengan diusir dari desa itu. Mereka tak terima diperlakukan seperti itu dan mereka melatih diri dan tubuhnya, akhirnya menjadi sekuat ini.
Aku tak bisa bergerak, benar-benar chh mana mungkin aku dikalahkan secepat ini. Kenapa aku tak cepat sadar kalau ada yang berbahaya di dekat sini.
Aku menutup mataku dan entah mungkin semuanya akan berakhir disini.
Tunggu kenapa aku merasa ada cakra yang unik datang.
AAARRGHHH
Terdengar erangan kesakitan dari bandit-bandit itu.
Suara pertarungan yang sengit ku dengar.
Ternyata seseorang yang mempunyai cakra unik itu mungkin kuat karena banyak yang merasa ke sakitan karena serangan yang ia berikan.
Aku sedikit mebuka mataku, samar-samar ku lihat seorang menggunakan tudung itu menyerang dengan cepat, sampai orang-orang itu bergelimpangan tak berdaya. Sepertinya ia tak membunuhny tapi melumpuhkannya.
Semua sudah tumbang tak tersisa.
"S-siapa kau?" Suaraku terdengar serak.
"H-hi—me." Terdengar jeda dari suranya.
Hime yah aku tak akan melupakanmu.
Semua gelap, sebelum aku tau siapa kau.
Skip time
Aku tebangun di gua dengan keadaan tubuh di perban, dan kulihat karin yang mennempel di sampingku lalu Suigetsu yang tertidur tak jauh dari temat tidurku sekarang.
Karin yang merasa aku sudah bangun, membenahi kacamatanya dan menatapku penuh nafsu.
"Sasuke-kun, kau sudah bangun. Himemu menantimu bangun kau tau." Karin berbicara denganku dengan nada dibuat-buat.
Chh tapi dia bilang tadi.
"Hime?"
"Aku yang menolongmu... Kok lupa sih? Lihat jubah itu aku pakai tadi."
Jadi karin yang menolongku, apa benar?
Tapi dia sudah menolongku. Saat aku menghadapi musuh pun ia juga selalu membantuku dan memberiku beberapa cakranya.
Mungkin selama ini aku menilainya salah, karin pasti berisik dan bertingkah menyebalkan supaya dia ku anggap.
Tak ada salahnya aku menjadi lebih baik padanya.
Aku menatapnya yang sedang mengembungkan pipinya kesal.
"Cuek."
"Hn, Arigatou."
Mungkin Hime itu kau, jika bukan tak mungkin kau tau.
Flashback off
Mulai saat itu aku percaya bahwa Karin adalah Hime.
####
N/A : HAHA AUTHOR MUNCUL DENGAN FIC BARU, INI CUMA PROLOGUE KALO LANJUT BAKAL KU LANJUT KOK.
HAHA TAPI INI CUMA PELAMPIASAN AJA.
NEXT OR NOT?
Waa aku kok jadi PHP ya...
