Akhirnya publish fic baru buat Bleach. Bagian prolognya ada di catatan fb ku. Oya, mungkin akan ada sedikit perubahan di sini. Tapi, jalan ceritanya tetap seperti di catatanku.

Now, selamat membaca. Don't forget to review, please.

Disclaimer : BLEACH © Tite Kubo

*****

Between Me, My Maid, and My Brother

*****

Chapter 1

*****

RUKIA POV

Huft...siang ini rasanya panas sekali seperti mau meleleh. Untunglah hari ini aku pulang cepat. Oya, kenalkan namaku Kuchiki Rukia. Aku merupakan salah satu anggota keluarga konglomerat Kuchiki. Tidak lama lagi, aku akan lulus dari Universitas Karakura. Senang rasanya.

Keluarga Kuchiki memiliki sebuah perusahaan bernama Kuchiki corp. yang cabangnya sudah terdapat pada hampir semua negara. Saat ini, Kuchiki corp. dipimpin oleh kakakku, Kuchiki Byakuya.

Awalnya, kakek kamilah, Kuchiki Ginrei, yang memegang Kuchiki corp. Namun, belakangan kesehatan beliau menurun sehingga kakek menyerahkan jabatannya sementara pada Byakuya nii-san.

Tahukan kalian kalau Byakuya nii-san dulu sangat dingin padaku. Hingga suatu hari istrinya, Kuchiki Hisana, meninggal karena kanker paru-paru, perlahan nii-san menjadi ramah terhadapku. Aneh bukan? Ya sudahlah.

Aku juga punya seorang pelayan pribadi. Dia bisa dibilang sangat baik padaku. Bahkan, sewaktu dulu Byakuya nii-san masih bersikap dingin padaku, Ichigolah yang selalu menemani dan menghiburku.

END OF RUKIA POV

*****

NORMAL POV

Rukia meronggoh tas berwarna putihnya hingga handphone lipat berwarna putih ditemukannya. Rukia lalu membuka hp tersebut dan mencari nama 'Kurosaki Ichigo' lalu menekan 'dial'. Sambil menunggu lawan bicaranya untuk mengangkat teleponnya, Rukia duduk di bangku taman Universitas Karakura dengan pemandangan pohon sakura yang mekar dengan indah.

Tut...tut...tut...TREK

"Halo, Ichigo. Bisa kau jemput aku sekarang? Hari ini aku pulang cepat," ujar Rukia pada orang diseberang sana.

"Baiklah, nona Rukia. Aku akan segera ke sana," jawab lawan bicara Rukia, Ichigo.

"Hei...sudah berapa kali kubilang untuk tidak memanggilku dengan sebutan nona. Aku tidak mau kau memanggilku begitu, mengerti?! Kalau tidak ku pecat kau," balas Rukia dengan nada mengancam.

"Ba-baiklah no-...eh Rukia. Aku akan segera datang," jawab Ichigo terbata-bata.

"Baiklah. Aku tunggu kau di taman universitas seperti biasa, ya," lalu perbincangan singkat antara tuan dan pelayannya putus.

Ichigo pun langsung bergegas memakai seragam pelayannya yang berjas hitam dengan kemeja berwarna putih didalamnya. Tiba-tiba, hp Ichigo kembali berbunyi. Ichigo mengambil hp-nya. Dilayar hp tersebut tertulis '1 PESAN DITERIMA'. Ichigo pun membuka sms tersebut. Ternyata dari Rukia.

From : Kuchiki Rukia

Oya Ichigo, bisa kau jemput aku dengan tidak memakai seragam pelayan hari ini? Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Aku sudah minta ijin pada Byakuya nii-san dan dia mengijinkanku pergi denganmu tanpa memakai seragam pelayan.

P.S. : Tolong jangan bawa mobil yang sering kau gunakan untuk menjemputku ya.

Ichigo hanya menghela napas panjang setelah membaca sms dari nona-nya itu. Memang, walau Rukia anak orang kaya, namun dia tidak mau kekayaannya itu dipamerkan dan lebih suka bergaul dengan orang yang di bawahnya.

Karena itu, Rukia paling tidak mau kalau Ichigo memanggilnya dengan sebutan 'nona Rukia' atau 'Rukia-sama'. Kecuali dimuka Byakuya, kakaknya yang sangat overprotektif itu.

Kebaikan hatinya sangat mirip dengan almarhum nyonya Hisana, istri dari majikannya, Kuchiki Byakuya.

Sempat Ichigo berpikir kalau Rukia seperti reinkarnasi dari nyonya Hisana. Sebab, dari fisik hingga sifatnya, keduanya sangat mirip. Kecuali, keadaan merekalah yang membedakan keduanya. Rukia yang begitu semangat, sedangkan nyonya Hisana yang sering sakit-sakitan.

Ichigo pun segera mengganti seragam pelayannya dengan baju bebas sesuai permintaan Rukia. Hari itu, dia memakai blus putih yang ditambah dengan bagian luar berwarna biru laut dan berlengan panjang. Celana berwarna cream dan sepatu kets hijau muda menjadi pelengkap dalam penampilannya hari ini.

Tangan besar Ichigo pun meraih kunci mobil dengan tulisan BMW di bawah lambang kunci itu. Sebelum keluar dari ruangannya, Ichigo melihat ke arah kalendernya yang terpampang di belakan pintu kamarnya. Dilihatnya tanggal hari itu dilingkari dengan spidol merah dan tertulis catatan kecil di situ.

Mata coklat musim semi itu lalu membaca tulisan yang ada di kalender itu dan tersenyum kecil. Sang pelayan pun seperti mengetahui kenapa nona-nya mengajaknya untuk keluar sebentar tanpa menggunakan seragam pelayan.

Ichigo pun lalu beranjak dari kamarnya menuju garasi rumah. Garasi tersebut berada di bagian belakang rumah dan garasi tersebut sangat luas. Tentu saja, sebab dalam garasi tersebut terdapat mobil pribadi untuk Byakuya, Rukia, bahkan untuk Ginrei. Juga ada mobil lomousin yang biasa digunakan untuk menjemput tamu-tamu penting.

Langkah kaki Ichigo membawanya pada sebuah mobil BMW hitam mengkilat yang terparkir manis di tempatnya. Ichigo menekan tombol berwarna hijau yang terdapat dikunci lalu terdengar bunyi klakson dan lampu depan menyala dua kali, tanda bahwa alarm di dalamnya telah mati.

Ichigo masuk dari sebelah kanan di tempat pengemudi. Lalu, tangan kanan Ichigo memutar kunci tersebut hingga mesinnya menyala dan memacu mobil tersebut menuju ke tujuannya, di Universitas Karakura.

*****

Rukia menunggu kedatangan Ichigo sambil mendengarkan music melalui iPod Applenya. Sesekali dia melirik jam tangannya yang terlingkar manis dipergelangan tangan kanannya.

Ichigo, kenapa kau lama sih, batin Rukia sambil mendengarkan lagu dari iPod-nya.

Pikiran Rukia teralihkan ketika dilihatnya mobil BMW hitam berada di depan gerbang. Rukia pun tersenyum melihat siapa yang turun dari mobil tersebut dan menghampirinya.

"Hosh...hosh...ma-maf Ru-Rukia. Tadi, jalanan macet karena ada kecelakaan kecil," ucap Ichigo sambil mengatur napasnya kembali.

"Tidak apa-apa. Yang penting kau sampai di sini dengan selamat. Ya sudah, aku ingin pergi ke toko bunga milik Hinamori dulu, baru kita menuju ke tempat yang kuinginkan," kata Rukia.

"Baiklah. Kalau begitu, mari..." Ichigo pun mengulurkan tangannya yang diterima Rukia dengan senang hati.

Bagi Rukia, tindakan yang dilakukan oleh Ichigo barusan merupakan hal biasa saja. Kita kan berteman, itulah yang dipikirkan oleh Rukia. Walau kakaknya, Byakuya, tidak terlalu suka bila mereka saling melakukan hal itu.

Tapi anehnya, kakek mereka tidak pernah melarang Rukia dan Ichigo untuk saling berpegangan tangan. Bahkan, Ginrei pernah menawarkan Ichigo untuk menjadi pacar Rukia. Mendengar tawaran itu Ichigo hanya menjawab kalau itu tergantung pada nona Rukia dan bukan padanya.

Setelah mereka berdua sudah berada di dalam mobil, Ichigo pun memacu mobil tersebut ke arah tujuan mereka. Yaitu, toko bunga Hinamori.

*****

Akhirnya mereka sampai di sebuah toko bunga dengan papan besar yang bertuliskan 'Hinamori Florist'. Bunyi bel mengiringi mereka ketika Ichigo membukakan pintu itu.

"Permisi," panggil Rukia.

"Ah, Rukia-san dan Ichigo-kun, ada perlu apa kemari," balas seorang gadis yang seumuran dengan mereka dengan rambutnya yang dikonde, Hinamori Momo.

"Oh, Momo, aku mencari bunga yang cocok untuk ku bawa ke makam. Kira-kira bunga apa yang cocok?" tanya Rukia sambil memperhatikan bunga-bunga yang terpajang disekitar toko itu.

"Hmm...bagaimana kalau bunga aster putih saja. Cocok sekali dengan kepribadian Hisana-san dan Rukia-san," saran Hinamori sambil memberikan sebuket bunga aster putih.

Rukia pun menerima bunga tersebut dengan senang hati. Lalu, Ichigo pun membayarkan bunga tersebut.

"Eh...Ichigo. Biar..."

"Tidak apa-apa kok. Lagipula, ini pemberian dari Byakuya-sama. Katanya, mungkin kau akan belanja jadi dia menitipkan uang ini padaku," jelas Ichigo sambil melangkah keluar toko setelah berpamitan dengan Hinamori.

Ichigo mempersilahkan Rukia masuk lalu mereka pun berangkat menuju makam di mana istri dari kakaknya Byakuya dimakamkan.

*****

Kuchiki Byakuya, Kuchiki corp 14.00 AM

Tok...tok...tok...

Suara pintu yang diketuk dari luar membuat Byakuya mengalihkan padangannya dari kertas-kertas yang menumpuk di mejanya.

"Masuk," titahnya dengan tatapan dingin.

Lalu, seorang pria dengan rambut merah yang diikat menyerupai nanas masuk dengan beberapa kertas di tangannya.

"Ada apa, Abarai Renji," tanya langsung.

"Ada surat dari rumah sakit di mana Ginrei-sama di rawat," jawab orang yang bernama Abarai Renji itu sambil menyerahkan kertas yang ada ditangannya.

Byakuya pun membaca tulisan-tulisan yang terdapat di kertas itu. Tatapan matanya terlihat tenang walau sebenarnya ada bagian dari tulisan itu yang membuatnya cemas.

"Ano, Byakuya-sama, bukankah hari ini..."

"Iya. Hari ini adalah ulang tahunnya dari Hisana. Aku sudah pergi ke sana saat pagi tadi setelah mengantar Rukia. Saat ini, mungkin Rukia dan Kurosaki Ichigo sedang menuju ke sana," jawab Byakuya lalu menyeruput kopi yang berada di samping berkas-berkas yang menumpuk.

Setelah beberapa saat membaca kertas yang diberikan Renji, Byakuya pun kembali berbicara.

"Renji, tolong kau lihat jadwalku minggu ini. Tolong kau kosongkan jadwal pertemuan yang tidak terlalu penting itu."

"Baiklah," lalu Renji pun meninggalkan ruangan kerja Byakuya untuk melanjutkan tugasnya.

Abarai Renji merupakan assisten pribadi Byakuya dalam perusahaannya. Selain itu, Renji juga mengenal Rukia.

"Mungkin, sebaiknya aku pergi ke sana lagi," pikir Byakuya setelah Renji meninggalkan ruangannya.

*****

Saat ini Ichigo dan Rukia telah berdiri di depan sebuah nisan yang terbuat dari batu marmer dan bertuliskan 'Kuchiki Hisana'. Nisan tersebut berada di bawah sebuah pohon sakura yang sangat besar dan tubuh dengan suburnya.

Rukia pun lalu meletakkan bunga yang dibelinya tadi lalu mengatupkan tangan sambil menutup matanya. Ichigo yang melihat nona-nya sedang berdoa pun ikut memanjatkan doa.

Hisana nee-san, bagaimana kabarmu di sana? Kalau aku baik-baik saja, Byakuya nii-san juga baik-baik saja. Hanya saja, keadaan Ginrei jii-san sepertinya memburuk. Aku tidak mau lagi orang yang kusayangi pergi, nee-san, batin Rukia setelah memanjatkan doanya.

Semasa hidupnya, Hisana selalu menganggap Rukia seperti adiknya sendiri. Dan itu selalu membuat Rukia senang. Apalagi, kemiripan mereka berdua membuat Rukia sangat menyukai Hisana.

Bagi Rukia, apa yang dirasakan Hisana maka Rukia juga merasakannya, juga sebaliknya. Karena itu, sewaktu Hisana, Rukia pernah tidak masuk selama beberapa hari karena menangis terus. Para pelayan lainnya mencoba untuk menghibur Rukia. Tapi, semuanya tidak berhasil.

Hanya satu orang yang berhasil membuatnya tenang. Ya, dia adalah pelayan pribadinya sekaligus teman baiknya, Ichigo. Ichigo merupakan orang kedua setelah Hisana yang dapat membaca perasaan yang dirasakan oleh Rukia.

"Oya, nee-san, tanjoubi omedetto. Aku juga sudah berusaha tegar seperti yang diinginkan nee-san. Doakan aku dari sana agar bisa lulus dengan baik ya nee-san," Rukia pun lalu berdiri dan melihat Ichigo yang sedang menunggunya di gerbang makam tersebut.

Sepertinya Ichigo ingin memberikan waktu privasi bagi Rukia untuk bersama dengan Hisana. Ichigo sangat tau betul bagaimana keadaan Rukia sewaktu Hisana meninggal.

Rukia sempat tidak mau makan karena mengurungkan diri di kamarnya. Untunglah, Ichigo dapat membujuk Rukia walau tubuh Rukia harus digendong untuk membawanya antara ke ruang makan dan kamar tidur Rukia.

"Bagaimana? Sudah terasa senang kah?" tanya Ichigo walau sudah mengetahui jawabannya.

"Ya, aku sudah lega bisa ketemu lagi dengan nee-san setelah lama tidak ke mari karena tugas-tugasku," kata Rukia sambil menatap mata coklat milik Ichigo.

Ichigo melihat tangan mungil Rukia yang dikepalkan dengan kuat hingga terlihat putih. Tubuh kecilnya juga terlihat sedikit gemetar. Mata violet indah miliknya perlahan terlihat berkaca karena genangan air disekitar pelupuk matanya.

Lalu, Rukia pun menyandarkan kepalanya pada dada bidang Ichigo. Ichigo pun meletakkan tangan kanannya pada rambut hitam milik Rukia. Dan perlahan suara tangisan pun terdengar. Ichigo hanya mengelus-elus rembut Rukia, berharap dapat menenangkan 'nona-nya' itu.

"Go-gomen n-ne, I-Ichigo..." ucap Rukia disela tangisannya.

"Tidak apa. Aku mengerti..." jawab Ichigo sambil tetap mengelus rambut Rukia.

Mereka berdua masih dalam posisi itu selama beberapa saat tanpa mengetahui orang yang sedari tadi memerhatikan mereka dari kejauhan.

*****

Kuchiki Mansion, 19.00 PM

Setelah pulang dari makam Hisana, Ichigo langsung mengajak Rukia untuk pulang mengingat mereka pasti akan dimarahi jika pulang terlambat. Saat ini Rukia sedang beristirahat di kamarnya karena kelelahan setelah menangis dalam pelukan Ichigo.

Ketika Byakuya melihat mata violet Rukia yang memerah, Rukia beralasan kalau matanya hanya terkena debu. Dia tidak mau nii-san nya mengetahui kalau sebenarnya dia menangis sewaktu ke makam Hisana. Apalagi kalau Byakuya mengetahui kalau adiknya tersebut dalam dekapan pelayannya.

Saat ini waktunya makan malam. Ichigo yang sudah berseragam ala pelayan lalu menghampiri pintu kamar Rukia dan mengetuknya perlahan.

"Nona Rukia, waktunya makan malam."

"Iya...tunggu sebentar..." sahut Rukia dari dalam.

Tidak lama kemudian, Rukia keluar dengan berpakaian dress terusan selutut berwarna ungu dan celana hitam ketat yang menutupi kaki langsingnya.

Ichigo yang melihat penampilan Rukia tersebut hanya bisa terpesona. Jika Rukia melihat wajah Ichigo baik-baik, maka akan terlihat semburat merah yang menempel pada wajah Ichigo.

"Gimana, Ichigo? Bagus kan?" tanya Rukia.

"A-anda c-cantik sekali, nona Rukia," jawab Ichigo terbata-bata.

"Hehe, terima kasih. Dan, hey, jangan terlalu formal di depanku dong. Kau jadi terlihat kaku," ujar Rukia lalu menarik tangan Ichigo menuju ke ruang makan.

*****

Setelah makan malam, Rukia mengajak Ichigo ke taman belakang Kuchiki Mansion. Mereka lalu duduk disebuah kursi panjang yang menghadap sebuah kolam ikan yang sangat besar dengan pohon sakura yang menghiasi kolam tersebut. Bulan putih yang bersinar tanpa terhalang apapun menambah suasana disekitarnya lebih tenang.

"Hmm...damai sekali di sini. Rasanya aku tidak mau kembali lagi ke universitas dengan segala tumpukan tugas-tugas dari dosen," ujar Rukia sambil menghirup udara sekitar.

Udara disekitar taman itu memang sangat sejuk. Ditambah dengan pemandangan disekitar, membuat siapa pun yang datang ke taman itu tidak mau meninggalkannya.

Namun, namanya malam hari, udaranya pasti sangat dingin. Dan Rukia yang hanya menggunakan baju tipis membuatnya gemetar kedinginan karena udara malam itu.

Ichigo yang melihat Rukia kedinginan itu segera melepas jas hitam yang dipakainya dan dipakaikannya pada tubuh dingin Rukia. Rukia yang terkejut dengan yang dilakukan Ichigo lalu menatap ke arah pria tersebut. Ada seukir senyum yang terpampang pada wajah pria itu.

Bagi Rukia, senyuman itu dapat membuat hatinya berdetak tidak karuan. Sentuhan tangan besar milik Ichigo terasa hangat baginya.

"T-terima kasih, I-Ichigo."

"Sama-sama. Oya, hari sudah malam, nona. Sebaiknya anda beristirahat saja," saran Ichigo sembari melepas tangannya dari pundak Rukia.

Seketika itu juga, kehangatan yang dirasa Rukia tadi sesaat langsung hilang. Rasanya, dia tidak mau kehangatan itu meninggalkan tubuhnya yang kedinginan.

"Baiklah, aku akan segera tidur. Nii-san juga pasti mencemaskanku. Dan..."

"..."

"...bukankah sudah kubilang. Kalau di depanku janganlah bersikap terlalu formal padaku. Atau ku pecat kau," ucap Rukia dengan sedikit nada mengancam.

Ichigo pun lalu bangkit dari duduknya. Lalu, dia melihat ke arah Rukia yang mengangkat kedua tangannya seperti meminta untuk digendong. Melihat tingkah kekanak-kanakan nonanya, Ichigo pun tertawa kecil.

"Boleh ngak?" tanya Rukia masih dengan kedua tangannya diangkat.

"Tapi, gimana dengan Byakuya-sama? Beliau pasti akan memarahiku."

"Tenang saja. Aku dengar, setelah makan malam tadi Nii-san pergi lembur."

Ichigo pun hanya menghela napasnya. Sebenarnya, dia sangat malu untuk melakukannya, apalagi jika terlihat oleh pelayan yang lainnya. Tapi, mengingat nona-nya ini yang masih sering bersifat kekanak-kanakan, maka apa boleh buat. Terkadang, Ichigo menganggapnya seperti adiknya sendiri karena sifat Rukia tersebut.

"Hah...baiklah," lalu Ichigo pun mengangkat Rukia, bridal style, dan membawanya ke dalam rumah. Tanpa menyadari, ada seseorang yang selalu memperhatikan mereka.

Mata abu-abu milik orang itu menatap tajam ke arah pria yang membawa adiknya ke dalam rumah. Hatinya terasa sakit ketika melihat pemandangan itu.

Apa-apaan perasaan ini. Perasaaan apa ini sebenarnya, Hisana.

*****

A/N : Fuh, akhirnya publish juga. Ada sedikit perubahan seperti, yang rencananya Hisana adalah pacar si Byakuya akhirnya saya ubah menjadi istrinya. Soalnya, kalau Hisana jadi pacarnya si Byakuya, kayaknya ngak bakalan ada ByaRuki deh.

Dan, eits, jangan berpikiran yang macam-macam pas Ichigo membawa Rukia ke KAMARNYA!! Dia cuma mengantarnya sampai kamar lalu langsung balik dan tidak melakukan hal-hal yang aneh-aneh. Ratingnya masih T saudara-saudara, kalau ratingnya M barulah saudara-saudara boleh berpikiran seperti itu. *PEACE ^^v*

Well, jangan lupa di review ya. Tekan tulisan yang berwarna hijau ini lalu tulislah *?* apa yang ada dalam pikiran anda setelah membaca fic ini.