Luxurious
By : Dewi Hyuuchi-Chan
Disclaimer by Masashi Kishimoto
Pair : SH Always
Genre : Romance & Hurt & Comfort
Rate : T
Warning : Jika tak suka dengan cerita yang membosankan jangan baca deh. xD Hehe
.
.
Summary : Harta dan kekayaan menjadi identitas seseorang untuk terkenal dan menjadi orang terpandang. Tapi ada baiknya semua itu tak terjadi, menjadi kekanakan dan suka menghambur-hamburkan uang. Semua berubah dia berharta tapi tak sama, menurutnya cinta tak dapat di bayar dengan kemewahaan ataupun segunung emas. Dan aku tau itu darimu dan takdir yang mempertemukan kita dengan sengaja ataupun tak disengaja.
.
.
.
Happy Reading...
.
.Prolog
####
Hidup dengan kemewahan dan bergelimpangan harta itu yang sedang dirasakan Hyuuga Hinata selaku pewaris perusahaan Hyuuga Corp, perusahaan itu sudah terkenal bahkan sampai ke luar negeri karena berhasil menjalin kerjasama misal jasa pertukaran saham dengan orang Amerika.
Beban yang ditanggung Hinata lumayan berat , walau usianya cukup dini sekarang. Hinata berusia 20 tahun, dan masih menjadi mahasiswa di Universitas terkenal di Konoha. Ia harus membagi waktunya untuk sempat mengurusi perusahaan. Sebenarnya setelah lulus kuliah ia baru dapat mewarisinya, tapi karena Hiashi ingin cepat-cepat Hinata yang memimpin perusahaan jadi ya sudahlah.
Hinata kini sedikit melamun saat makan, karena ia memikirkan dirinya yang terlalu melelahkan.
Di meja makan terdengar dentingan sendok dan piring dari Hanabi dan Hiashi. Hanabi berhenti dan memandang kakaknya yang sedang melamun.
"Nee-chan.. Kenapa melamun?" Hanabi menyenggol tangan Hinata.
"E-eeh"
Hinata terkaget dan mulai kembali ke dunia nyata.
"Hehe gomen Hanabi, aku sedang banyak fikiran." Hinata mengatakan itu sambil menngaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Hmm, pasti sedang memikirkan perusahaan."
Hiashi berhenti makan dan melihat ke arah Hinata.
"Apa kau tak mampu mengelola perusahaan?" Tanya Hiashi mengintimidasi.
"Bisa kok ayah, aku hanya sedikit lelah karena aku tak sama seperti yang lainnya. Bermain dan merasakan apa itu—cinta" Hinata menunduk dan sedikit ada penekanan saat mengucapkan kata terakhirnya.
'Aduh apa aku salah bicara ya.' Hinata merasa gelisah tak ada suara dari Hiashi.
"Hmm jadi itu yang kau inginkan, aku sudah menyiapkan itu semua jadi kau tak usah mempermasalahkannya."
"Maksud ayah?" Hinata menatap bingung ayahnya.
"Aku sudah mempunyai jodoh untukmu."
Hinata melotot menatap Hiashi.
'Ini bukan zaman era 70-an yang mewajibkan anak perempuannya menikah dengan cara perjodohan."
'Nee-chan dijodohkan.' Hanabi sedikit melirik ke arah Hinata, bisa ditebak wajah Hinata menunjukkan raut tak percaya.
"Ayah bercanda." Hinata tersenyum kecut.
"—Haha aku akan pergi ayah. " sungguh bukan candaan yang lucu lanjut Hinata dalam hati dan beranjak dari tempat duduknya dengan cepat.
Agak jauh Hinata dan ia menghela nafas.
"Ayah aku akan berangkat! Hanabi kau berangkat sendiri ya!"
"Iyaa Nee-chan!" Hanabi berangkat dan sebelum itu ia mencium pipi Hiashi terlebih dahulu.
'Hinata-hinata kapan kau akan dewasa kalau kau seperti itu.'
Hiashi menatap sendu dan menghembuskan nafasnya berat.
.
.
.
Hinata menjalankan mobil ferari merahnya dengan cepat.
"Kenapa tiba-tiba dijodohkan begini. Kalau gitu tadi aku tak usah bicara saja." Hinata bergumam.
'Aku juga bisa cari jodoh sendiri.'
Gerbang bertuliskan Universitas Konoha itu sudah terlihat dan Hinata melajukan mobilnya ke dalam dan memarkirkannnya.
Setelah selesai ia berjalan menuju kelasnya saat ini sebelum dosennya datang terlebih dahulu.
Hinata melewati lorong yang terdapat mahasiswa lain yang duduk dan melihatnya dengan pandangan berbunga-bunga. Bisa dibayang ia adalah seorang Hyuuga Hinata yang bergelar PRINCESS di kuliah itu.
Hinata sedikit tersenyum menanggapinya, ia sekarang melihat dirinya sendiri dengan rambut digelung, kemeja simple putih dan mengenakan rok hitam selutut. Seperti model span tapi terlihat mengembang.
Hmm Hinata berfikir memakai seperti ini membuat dirinya bukan terlihat seperti mahasiswa malah seperti dosen. Haha Hinata tersenyum kecut kembali.
Tapi Hinata sudah terbiasa dan itulah yang membuat semua menoleh kepadanya, berbeda. Berani berbeda itu menakjubkan.
Anggun itulah tanggapan pertama saat melihatnya pertama kali.
Sebenarnya mahasiswa tidak diwajibkan memakai pakaian formal seperti dia sekarang, tapi ini titah ayahnya dan ia harus menurut. Pihak kuliah juga tidak mementingkan itu karena Hiashi selaku ayah dari Hinata merupakan seseorang yang terpandang di Konoha.
Jadi terlihat wajar memperlakukan anaknya seperti itu. Bukan karena tak punya uang untuk membeli baju trendi jaman sekarang. Toh dia bisa saja beli dengan uangnya yang banyak. Jadi ditekankan sekali kalau Hinata memakai itu bukan karena tak ada pakaian lain.
Melangkah dan tersenyum pada semua orang sudah selesai, pintu ruangan kelasnya kali ini juga sudah terlihat.
Hinata melenggang masuk ke dalam, sontak semua yang di dalam menoleh dan tersenyum kepada Hinata.
"Ohayou Hinata-san." Kata temanku berambut pendek dengan rambut pink, dialah Sakura Haruno. Dia juga tergolong anak orang kaya dengan cabang Haruno Corp milik ayahnya yang sempat melecit dan trending topic, walau tak sekaya Hinata.
"Ohayou Hinata-chan." Kata seorang lagi berambut kuning atau pirang, dia Ino Yamanaka. Dia keturunan bule, karena ayahnya dari Amerika dan Ino sempat sekolah SMA di Amerika namun kembali ke Konoha karena merindukan suasana yang lebih menyenangkan. Itu sih yang dia sering cerita pada orang-orang. Dilihat dari pakaian ketat dan minim itu sudah membuktikan budaya barat melekat padanya.
"Ohayou Nata-chan." Kata dari orang bercepol dua, Tenten namanya. Keturunan China dan masih ada ikatan saudara dengan Bruce lee. Tenten senang memakai celana merek terkenal ketimbang rok atau lain-lain yang tak dapat menutupi kakinya, istilahnya kekurangan bahan mungkin. Dialah yang paling tomboy di kelas ini. Tapi dia baik.
Dan masih banyak lagi yang menyapa Hinata, Inuzuki Kiba anak dari pemilik kebun binatang yang sudah merajalela, dan yang lainnya.
Hinata berjalan menuju kursi tempat duduknya di pojok. Tempat itu yang menurutnya paling nyaman.
.
.
.
Sudah 30 menit berlalu dosen yang mengajar tak kunjung datang.
KRIIEEK
Bunyi pintu terbuka, nampaklah dosen bermasker dan berambut perak itu masuk bersama laki-laki berkacamata tebal berambut raven dan model rambut mencuat ke atas- melawan gravitasi.
Semua mahasiswa dan mahasiswi yang berceloteh ria, khususnya Ino si biang gosip langsung berhenti menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke sumber datangnya seseorang yang sedari tadi di tunggu.
"Ohayou anak-anak, hahaha." Guru itu, Kakashi Hatake dengan entengnya berjalan sambil tertawa terbahak-bahak seolah ia tak pernah melakukan salah sama sekali.
Semuanya hanya berdecih menengar apa yang Kakashi katakan. Bukan dosen yang baik, mungkin itu cap yang disuguhkan seseorang jika mengetahui tingkahnya.
"Siapa itu sensei!Kok gayanya norak gitu ." Teriak Ino, sontak semua tertawa dengan ucapannya minus Hinata yang hanya mampu memandang lelaki yang menurutnya cupu itu dengan datar.
'Bukankah ini Universitas khusus untuk orang kaya kenapa ada anak seperti dia.'
Kakashi berdehem pelan meredakan tawa yang menggema di ruang itu.
"Kenalkan dirimu."
Kakashi menepuk pelan bahunya dan sedikit berbisik.—kuatkan dirimu nak—
Sasuke segera menatap Kakashi dengan tajam, sayangnya itu tak terlihat karena ia memakai kacamata yang tebalnya minta ampun.
"Perkenalkan nama saya Sasuke." Ucap Sasuke sambil sedikit menundukkan badannya.
"Hanya itu saja! Margamu apa?" Sakura sekarang yang bersuara.
"Hn, tidak ada."
"Masak sih, anak orang miskin ya?" Ino menimpali ucapan Sakura.
'Chh, semua orang kaya sama saja.'
"Sudah hentikan kalian tidak baik melakukan itu padanya. Kalau memang dia miskin itu memang takdirnya." Sungguh kau tau Hinata kata-kata mutiara yang kau katakan itu sungguh tak membantu mencairkan suasana.
Gelak tawa kembali muncul.
Hinata menoleh ke kanan an ke kiri, dia berniat untuk membela laki-laki yang bernama Sasuke itu, kenapa malah jadinya seperti dia tambah membuatnya malu.
Sungguh ini tak disengaja.
"Baiklah Sasuke duduk di tempat kosong disana," Kakashi menunjuk kursi kosong di sebelah Hinata.
"Hn." Jawab Sasuke ambigu.
####
Lanjut / Tidak ?
Ide ini muncul jadi aku buat deh. Padahal fic lain belum kelar malah bikin lagi fic lebih gak jelas :v
