©Ays Cloud, Mei 2016
Present
.
EMERGENCY COUPLE
.
Summary :
Menurutmu, apakah definisi dari pernikahan? Suatu ikatan? Kebahagiaan? Kehidupan baru? Cinta?
Tidak, bagi Jeon Jungkook dan Kim Taehyung pernikahan adalah KESIALAN!
-inspirated by Emergency couple korean drama (just inspiration, the story line very different)
Warning : BL, little bit OOC, Vkook and KookV? Maybe both? DLDR!
Disclaimer : BTS©BigHit Entertaiment, theirself, God, Army
Emergency couple©Ays Cloud
.
Prolog : Goodbye my freedom
.
Seoul, Gangnam, Restauran "K"
Suara dentingan piano mengalun merdu membuat siapapun yang mendengarnya merasakan suasana romantis. Di dalam sebuah restoran elit yang bertempat di distrik Gangnam itu, terdapat dua orang pemuda tampan yang sedang duduk berhadapan. Mereka bagaikan dua malaikat tampan yang jatuh dari surga, tidak sedikit orang yang melirik kedua manusia bergender sama itu kemudian menunjukan ekspresi terkagum-kagum. Tapi jika dilihat dengan seksama, kedua pemuda itu berada suasana yang sangat mencekam.
"Aku tidak setuju." Salah satu pemuda bersurai hitam itu memulai percakapan di antara mereka—setelah beberapa menit dalam suasana mencekam. Wajah tampannya terlihat mengeras. Iris kelamnya menatap sosok pemuda—yang harus Jungkook akui tampan yang hanya menatapnya kosong. "Akan ku lakukan apapun untuk membatalkan hal konyol ini."
Hening kembali. Jungkook—sang pemuda bersurai hitam mengepalkan tangannya dibalik meja. Ia masih menatap pemuda kurus di depannya, tidak sekalipun mengalihkan tatapannya bahkan ketika sang pelayan datang membawa makanan.
"Terserah saja." Tiba-tiba namja di depan Jungkook itu bicara. Jungkook sempat terkesiap dengan suaranya yang berat—berbanding terbalik dengan wajahnya yang terlihat muda. Iris coklat pemuda itu balik menatap Jungkook—kosong. "Lakukan apa saja mau mu…" Pemuda itu kemudian mengalihkan tatapannya pada jejeran makanan yang ada di atas meja. "Sekarang, aku sudah bisa makan 'kan?
.
Jungkook kembali melirik pemuda di sebelahnya. Saat ini mereka berdua sudah tidak berada di restoran lagi, melainkan mobil Taehyung—nama pemuda tersebut. Wajah pemuda itu tidak berubah, tetap datar dengan tatapan tajam yang kosong—hampa. Setelah pertanyaan tidak etis Taehyung tadi, mereka tidak membuka satupun obrolan apapun. Jungkook tidak lagi menatap Taehyung tajam, laki-laki tampan itu hanya melirik Taehyung sekedarnya. Jangan tanya kenapa Jungkook dan Taehyung ada di dalam mobil yang sama, karena jawabannya adalah dua buah mobil hitam yang mengikuti mereka dari belakang.
"Rumahmu?" Taehyung melirik Jungkook sekilas ketika bibirnya mengucap. Jungkook terlihat agak terkejut dengan pertanyaan mendadak Taehyung. Ia menatap Taehyung sebentar.
"Tidak, apartement." Ketika Jungkook menjawab. Taehyung hanya bergumam sebagai jawaban. Jungkook kembali mengernyit melihat tingkah laku Taehyung. Ini semua tidak seperti yang Jungkook kira.
Keadaan kembali hening. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Jungkook merasa keadaan ini adalah keadaan tercanggung yang pernah ia rasakan. Irisnya menatap ke depan, jalanan yang cukup padat. Jungkook yakin mereka membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai. Tapi Jungkook sudah tidak kuat berada dalam situasi ini.
"Hey…" Ketika suaranya tiba-tiba memecah keheningan, Jungkook terkaget sendiri. Ia tidak sadar mengucapkan hal itu.
"Hm?" Taehyung menoleh kearah Jungkook. Sepertinya ia juga kaget akibat ucapan Jungkook yang tiba-tiba—dan sebenarnya itu cukup keras. Jungkook melirik Taehyung, pemuda itu terlihat menunggunya. Jadi Jungkook memberanikan diri untuk bicara.
"Apa yang membuatmu menyetujui pernikahan ini?" Dari iris kelamnya. Jungkook dapat menangkap kilatan aneh pada netra coklat Taehyung. Tapi itu hanya sekilas—dan kemudian kembali terganti dengan ruang hampa.
"Apa aku terlihat menyetujuinya?" Jungkook mengernyit. Kemudian ia mengutuk dirinya sendiri menyadari kesalahan pada pertanyaannya. Taehyung tersenyum tipis ketika melihat Jungkook yang terdiam. Kemudian ia melanjutkan. "Aku ada di pihak yang netral."
"Hah?" Jungkook tidak bisa tidak menampakkan raut wajah aneh ketika Taehyung berucap.
"Maksudku, aku tidak peduli."
"Hey man, kau tau apa yang kita bicarakan? Pernikahan! Pernikahan, bung!" Taehyung menatap Jungkook sekilas kemudian netra coklatnya kembali menatap ke depan. Jungkook menghela nafas, sejak awal ia sudah tidak mengerti dengan jalan pikiran manusia yang berada di sampingnya ini. "Ya sudahlah." Ia memutuskan untuk tidak peduli.
"Jungkook-shi…" Jungkook tidak menoleh ataupun menjawab. Ia diam saja menunggu Taehyung melanjutkan ucapannya. "Jika kau benar-benar ingin membatalkan perjodohan tidak masuk akal ini, maka lakukanlah. Tapi jika kau menyetujui perjodohan ini…" Taehyung menatap iris gelap Jungkook yang sedang menatap lurus ke depan. "Maka, menikahlah denganku." Jungkook terbatuk tanpa suara, ia hampir tersedak air liurnya sendiri. Ia menoleh kearah Taehyung dengan wajah horror.
"Ap—apa-apaan!" Jungkook menelan ludahnya pahit. "Apa kau gila? Aku masih normal bodoh!"
"Aku tahu…"
"Lalu kenapa kau berkata menjijikan seperti itu?!" Jungkook tidak sadar bahwa suaranya saat ini bergetar. Taehyung menyadarinya, pemuda itu menghela nafas.
"Maaf berkata menjijikan seperti itu." Jungkook kali ini menatapnya dengan tatapan tajam. Persis ketika mereka pertama kali bertemu di restoran tadi. "Perjodohan ini di buat bukan tanpa alasan. Jungkook-shi." Taehyung melirik Jungkook sekilas. "Kau tahu apa alasannya, dan itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita tola—"
"Bisa! Aku akan membatalkan perjodohan tidak masuk akal ini!" Jungkook dengan cepat memotong ucapan Taehyung. Namja itu terlihat sangat marah. Dan Taehyung kembali menghela nafas.
"Maka lakukanlah."
Setelah itu keadaan hening seperti sebelumnya. Jungkook dan Taehyung tidak bicara sepatah katapun. Bahkan ketika mereka sudah sampai di depan apartement Jungkook. pemuda tampan dengan mata bulat itu keluar dari mobil Maybach 57s milik Taehyung itu tanpa kata. Ketika Taehyung melihat Jungkook sudah menghilang ke dalam gedung. Namja itu kembali menjalankan mobilnya.
.
.
(FlashBack)
.
Seoul, dekat sungai Han
Sinar mentari perlahan mulai menyurut tertutupi gumpalan-gumpalan awan hitam yang datang entah dari mana. Seorang pemuda tampan tampak berdecak kesal. Tangannya yang sedari tadi memegang DSLR Canon itu naik menuju kepalanya saat di rasanya rintik-rintik air mulai mengenai kepalanya.
"Aish, sungguh sial nasibmu Jeon Jungkook!" sembari mencibir, pemuda tampan dengan tindikan di telinga itu berlari pelan, melirik sedikit kearah danau sebelum sepenuhnya berlari ke depan.
Brushhh…
Hujan tiba-tiba menjadi deras. Jungkook yang hanya terbalut kaos polos itu kembali berdecak. Ia memutuskan untuk berteduh di emperan toko daripada terkena flu karena hujan-hujanan. Selain itu, Jungkook masih terlalu sayang pada kameranya.
Drrtt…Drrtt…
Ketika Jungkook akan mengumpat lagi, ia dengan cepat menggapai handphonenya di kantongnya dan mengangkat panggilan itu tanpa aba-aba.
"Jungkook-ah~" Baru saja ingin mengumpat, Jungkook melembutkan ekspresi wajahnya ketika menyadari suara lembut menyapa telinganya.
"Ne eomma? Tumben menelepon jam segini?" Jungkook bertanya ragu ketika iris hitamnya melirik jam tangannya. Tiba-tiba firasatnya jadi tidak enak ketika suara ibunya melirih.
"Jungkook-ah, bisakah kau pulang ke Busan?" Detak jantung Jungkook bertambah cepat ketika ia mulai merasa waktu berjalan begitu lambat. Matanya bergerak gelisah, menunggu lanjutan dari suara lirih ibunya. "Sekarang juga?"
Saat terdengar isakan kecil dari ujung sana. Jungkook tanpa aba-aba menyetujui ucapan ibunya dan mematikan sambungan telepon. Iris hitamnya kembali bergerak gelisah memandang derasnya hujan yang tak kunjung padam.
"Shit! Perasaan macam apa ini?!" Kembali mengumpat. Jungkook kemudian berlari menembus hujan, tak lupa memeluk kamera kesayangannya. Ketika ia menemukan taksi, ia segera masuk ke dalam. "Ajusshi , antarkan aku ke Busan." Jungkook menghela nafas sebentar. "Sekarang juga!" tambahnya agak kasar.
.
Seoul, distrik gangnam
Kim Taehyung hampir saja melempar handphonenya ketika ia mendengar suara lirih ibunya dari sebrang teleponnya. Iris coklatnya mengerjap pelan, bibirnya terbuka membuat wajah tampannya terlihat aneh. Jimin menoleh kaget ketika suara Taehyung menggelegar memenuhi seluruh kamar mereka.
"Jangan lagi!"
Setelah teriakan nyaring Taehyung tersebut, Taehyung segera berlari keluar meninggalkan Jimin dengan berbagai tanda tanya di pikirannya.
"Astaga Taehyung-ah! Ada apa—Hey BERHENTI BERLARI!" Jimin hanya bisa menghela nafas kemudian ikut mengejar Taehyung yang sudah masuk ke dalam mobil.
Brak!
"Hey, berhenti Kim Taehyung! Ada apa denganmu? Jangan menyetir dengan keadaan begini!" Jimin terpaksa membentak Taehyung seketika saat ia masuk ke dalam mobil. Ia langsung merasa bersalah ketika mendapati iris coklat Taehyung kosong. Ia tahu, ada yang tidak beres di sini. "Kau mau ke mana? Akan ku antarkan." Suara Jimin melembut, pelan-pelan ia mendorong Taehyung agar keluar dari mobil. Melihat Taehyung yang diam saja, Jimin jadi merasa tidak enak dengan housemate-nya itu. "Taehyung-ah?"
"Harabojie, Jimin-ah, harabojie…" Jimin hanya bisa menatap Taehyung bingung ketika namja itu bergumam. Tapi setelahnya Jimin tersenyum tipis.
"Gwenchana Taehyung-ah… semua akan baik-baik saja." Taehyung menatap Jimin ragu, tapi ketika Jimin mengulas senyum padanya. Ia menghela nafas pelan. Jimin kembali mendorong pelan tubuh Taehyung, membuat si pemilik tubuh menoleh. "Aku yang bawa mobil. Kau tenangkan dirimu, arraseo?" Tanpa berkata apa lagi, Taehyung menuruti Jimin. Terdiam ketika Jimin mendorong tubuhnya keluar dari mobil dan menggiringnya ke kursi penumpang.
Jimin melirik Taehyung sekilas. Setelah itu tanpa kata ia menjalankan Maybach 57s milik Taehyung meninggalkan pekarangan rumah yang mereka tinggali selama 4 Tahun itu menuju kampong halaman sang sahabat, Daegu.
.
.
Busan, sebuah kota di balik gunung.
Jungkook menyesal. Seharusnya ia tidak pergi dengan taksi. Pemuda tampan itu mengacak rambutnya frustasi. Matanya melirik sang sopir taksi yang sedari tadi diam tak bicara dan memberikan sejumlah uang. Jungkook bergumam terima kasih kemudian menatap kepergian taksi itu dengan tatapan sendu sekaligus kesal. 'Oh Tuhan, habislah aku.' Batinnya nelangsa. Ketika Jungkook berbalik, ia dikejutkan oleh sosok jangkung ayahnya. Ia merubah ekspresinya menjadi datar.
"Kau datang?" Tuan Jeon berucap ragu. Entah perasaan Jungkook saja atau memang nada ayahnya terdengar aneh. "Masuklah, ibumu ingin bicara." Jungkook kemudian masuk ke dalam tanpa menoleh ke belakang.
"Jungkook-ah." Jungkook yang awalnya berwajah datar tersenyum tipis melihat gurat sedih di wajah ibunya. Firasat Jungkook memang sudah tidak enak sedari tadi. Tapi ia berusaha terlihat santai agar ibunya tidak semakin cemas.
"Ibu. Aku pulang." Jungkook masih tersenyum ketika ibunya menariknya pelan ke dalam kamar. Ketika ia menyadari ada sosok lain yang berada di dalam kamar. Senyum tampan itu luntur, tergantikan dengan ekspresi yang tak tertebak. "Halmeoni?" Jungkook berucap ragu. Saat iris gelapnya kembali menatap sang ibu. Hati Jungkook mencelos. "Apa yang terjadi?" lirih, Jungkook tak pernah merasa suaranya bisa selirih itu. Ia buru-buru mendekati sang nenek—yang terbaring tak berdaya di ranjang milik Jungkook. Kemudian menggenggam tangan penuh guratan yang terbentuk karena usia.
"Ibu pingsan mendadak, Kookie." Suara lirih ibunya menggema di telinga Jungkook. Jungkook terdiam, tak mampu berucap sepatah kata. "Waktu ibu tidak banyak Kookie, apa yang harus kita lakukan?" ketika ibunya berucap lagi. Jungkook hanya bisa menatap terkejut dan bingung. Tapi kemudian ia beranjak, memeluk sang ibu mencoba—berusaha menenangkan ibunya.
"Apa yang terjadi, bu?" Jungkook kembali bertanya. Ia melirik neneknya dengan tatapan sendu, seingatnya neneknya baik-baik saja beberapa bulan lalu. "Kenapa tiba-tiba?"
"Akhir-akhir ini nenekmu mengomsumsi obat." Ayahnya tiba-tiba masuk ke dalam kamar. Jungkook menatap sang ayah—memohon penjelasan. "Ketika kami bertanya, ibu bilang bahwa itu hanya vitamin. Dan kami mempercayainya."
"Tapi ternyata itu adalah obat untuk kankernya." Ibunya tiba-tiba berucap sambil terisak. "Dan ternyata kankernya sudah stadium akhir. Kookie-yah, eotteokhae?" Jungkook terdiam sesaat. Tapi lengannya masih memeluk sang ibu. Ia kembali menatap sang nenek dalam diam. Tanpa sadar irisnya berembun. Ia menghela nafas pelan kemudian menutup matanya perlahan. Jungkook bingung, ia bingung harus bersikap seperti apa.
"Jungkook-ah" Ayahnya memanggil. Jungkook otomatis membuka matanya, menampakan iris malam yang berkabut. Ketika menatap sang ayah, Jungkook menyadari bahwa ayahnya menatapnya dengan tatapan berbeda dari biasanya. "Berjanjilah pada ayah…" Jungkook menatap ayahnya bingung. "Ketika nenekmu sadar, turutilah semua permintaannya." Jungkook melirik neneknya ragu. "Atau kau mungkin akan menyesal nanti." Ketika ayahnya melanjutkan ucapannya. Jungkook hanya bisa tertegun. Ia kembali menutup iris kelamnya.
"Ya abeoji." Kemudian tanpa sadar mengangguk—menyetujui ucapan ayahnya.
.
.
Daegu, Rumah Sakit "H"
"Taehyung-ah." Suara itu membangunkan seorang pemuda tampan yang sedang tertidur. Sang pemilik nama mengerjap pelan. Ia menatap kakeknya yang sedang ia genggam tangannya.
"Harabeoji…"
"Aku baik-baik saja." Sosok tegas yang mirip Taehyung—atau Taehyung yang mirip dengannya itu tersenyum tipis. Taehyung terdiam, ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kau ingin aku mati?"
"Tidak, Harabeoji. Aku mencemaskanmu." Taehyung menggeleng pelan, menatap sang kakek dengan wajah memohon.
"Baiklah, kalau begitu Harabeoji punya permintaan. Maukah mau mengabulkannya?"
Taehyung terdiam. Raut wajahnya berubah seketika. Ia mengutuk dalam hati. Tapi bibirnya berkata lain.
"Tentu saja. Harabeoji." Pemuda tampan bersurai merah itu menunduk. "Apapun."
.
.
To Be Continue
.
Apa ini? :'D
Hello ayscloud balik bawa ff gaje, kali ini temanya kpop hehe. Yang nunggu SasuNaru, gomenasai
Aku sedang tergila-gila sama KookV dan Vkook yah intinya mereka berdua. Ide ini sudah lama. Maunya aku buang, tapi entah kenapa aku pingin publish aja. So gimana? Lanjut atau enggak? :'D Btw semoga kalian gak bingung dengan alurnya. Karna aku adalah orang yang suka mempermainkan waktu
Saran dan Kritik kalian sungguh di butuhkan. So mind to give me a review?
