Is this love, eh life?
Chapt. 1 : "Kenali char!"
Idea by Asep Wardana/ColdFire - mklc

|

v

Selamat menulis! Eh, membaca!

Author's P.O.V

Seorang pemuda berkaos putih dengan garis petir emas pada bagian dadanya sedang berdiri di depan kaca sambil memperbaiki betel(?) rambutnya yg diarahkan ke kiri, "Gue ganteng juga yah?"

(Author: Ya kali cantik.)

Ia pun menggunakan topi kuningnya pada arah depan, "Waktunya pergi." Ia pun mengambil air minum botol yang sedari tadi duduk manis di mejanya.

Tiba tiba, seorang dengan pakaian chef datang sambil berteriak, "Petir! Tunggu!"

Pemuda berbaju putih (Petir) pun berbalik menghadap sang pencipta, eh pemanggil sambil memasang tampang datar tapi mencekam, "Kak. Panggil saya 'Kakak'. Bisa?"

Pemuda yang memanggil Petir pun hanya dapat memasang tampang kesal, "Ck, Iya deh. Kakak Petir yang tam-"

"Sudah, jangan memujiku, aku tahu aku tampan." Tolak Petir.

Pemuda sang pemanggil (Ah, sebut saja Tanah) pun malah menipu, "Ih, Ge-Er. Maksudku Kakak Petir yang tampak galak tapi sebenarnya memang galak." Dan ucapan itu membawa melaka (Mala pEtAKA) baginya, sebuah pukulan mendarat di perutnya.

(Author: Mampus.)

"Kak Petir mah jahat, sakit tahu nggak?" Ucap Tanah mengelus perutnya yang benjol (?) .

"Enggak." Jawab Petir dengan tampang innocent-nya, "Oiya, lu ngapa manggil gua tadi?" Tanya Petir sambil membenarkan topinya yang agak miring.

"Itu, kak Angin mana?" Tanah bertanya balik, Petir pun menjawab, "Owh, Dia pergi latihan bola di lapangan."

"Kalo udah nanyanya, gue mau pergi." Ucap Petir hendak pergi, namun, "Tunggu, Petir, eh kak Petir." Tanah menghadangnya pergi.

"Apa lagi?" Ucap Petir malas, "Kakak ga makan dulu?" Tanya Tanah.

"Nggak deh. Kakak ga laper." Jawab Petir, "Ayolah kak, makan dulu, aku udah buatin nasi goreng." Pinta Tanah dengan memelas di depan Petir.

"Emm, lebihin aja deh buat kakak. kakak udah telat nih." Ucap Petir melihat jam tangannya, "Alahh.. Dua sendok aja kok, Kak. Kali ini aja." Tanah kembali memohon pada kakaknya.

"Eh, hmm.. oke deh." Ucap Petir dengan terpaksa dan disambut teriakan ceria dari Tanah, "YEAAHH! Kak Petir tunggu di sini. Aku mau ambil nasgornya dulu."

Tanah pun masuk hendak mengambil nasgor yang telah tersaji rapi di meja makan.

Tiba tiba, seseorang memanggil Petir, "Petir! Ayo cepat! Lomba marathonnya segera dimulai lho!" Itu temannya, Gopal.

"Iya, Gopal! Bentar! aku ke situ!" Ucap Petir sambil berlari pergi dari rumah. nampaknya, Ia melupakan Tanah serta nasgornya.

(Author: Ini kok ga ada di dalam skenario ya?)

Tanah pun keluar dengan membawa nasi gorengnya, "Ini nasgornya kak Pe-.." Tapi Petir telah pergi terbawa awan(?), "... Tir.."

"Yahh.. dia pergi, becandanya ga seru!" Ucapnya kecewa.

Lalu tanah pun masuk kedalam rumah dengan kecoa, eh kecewa.

-

Di Lapangan sepakbola

"Angin! lempar, eh oper!" Ucap pemuda berumur 20+ tahun yang berpangkat pelatih.

(Author: Kita kenal pelatih itu loh.)

Angin mengoper bola yang ia kawal pada temannya.

"Bagus Angin! Tendang, tendang!"

Priit! Wasit pun meniup peluitnya tanda pertandingan berakhir.

(Author: Bukannya ini cuma latihan yah?)

Angin pun segera menuju ruang ganti dan ganti baju.

Tak lama kemudian, ia keluar dan menemukan teman teman dan pelatihnya sudah berkumpul di tengah lapangan.

"Hei, Angin! Cepat! Ayo berkumpul!" Ucap sang pelatih agar Angin berkumpul. Angin pun memenuhi panggilan pelatihnya, "Ya, Kapten!"

(Author: Kapten?)

"Lihatlah dia, ke kamar ganti saja setengah jam. mungkin dia habis mandi." Ucap sang pelatih mengejek Angin. disambung tertawaan teman teman Angin, "Memang aku habis mandi, nih, sikat giginya," Ucap Angin sambil melemparkan sikat giginya pada sang pelatih, "ini PasGinya, nah!" Lalu melemparkan pasta giginya pada pelatih, "Dan ini sabun dan shampo-nya!" dan melemparkan shampo dan sabunnya.

"Eh? Sabun dav, shampo pentin, PasGi Tjiptaden dan SiGi 5Soden? Bwahaha! Kocak sumvah!" Ejek sang pelatih (lagi) disambung tertawaan semua pemain kecuali Angin.

Tuingg! sebuah lemparan bola mendarat di muka sang pelatih sehingga pelatih pun terjatuh, "e, Eleh, itu juga jatuh? Lemah." Ejek Angin secara blak-blakan.

Pelatih pun bangun dengan muka sok marah, "Setidaknya saya sudah berhasil mengajari kalian bermain bola." Ucapnya.

"Pffft, ..."

...

...

..

..

.

.

".. Bwahahahaha!" Dan secara bersamaan, semuanya pun tertawa, termasuk Author.

(Note: Semua yang terjadi pada Angin dan para pemain juga pelatih hanya becandaan sehari hari.)

"Ah, sudahlah. Semuanya, cepat pulang!" Suruh sang pelatih kepada seluruh anak muridnya.

"Kyaa! Pelatih marah!" Teriak Angin sambil berlari ke ruang ganti untuk mengambil tasnya.

tak lama kemudian, Angin keluar dan pulang.

tapi kemudian, dia ingat, "Kak Petai (Petir) kan hari ini lomba, ke sana ah!" ia lalu berbelok arah ke kiri, kebetulan di situ ada jalan menuju tempat lomba lari marathon yang si Petai ikuti.

(Petir: Awas lu thor!)

S
e
k
i
p
e
d

Akhirnya Angin sampai di tempat lomba lari marathon itu tepat waktu, "Si Petai mana ya?"

Lalu ia ingat, kakaknya pernah mengatakan, "Kalau kamu nyari aku saat lomba hitunglah hasil dari 7+9-1x3.."

"Ah, Ya! 7+9=16, terus 16-1=15, terus 15x3=45! Yeahh!" Angin memang tak pintar menghitung.

(Author: Untuk yang lagi baca, jangan tiru ya, harusnya perkalian diutamakan!)

Angin lalu mencari cari orang dengan nomor urut 45, "Mana ya? Ha! itu dia!" Lalu iapun menemukan kakaknya.

Tapi nyatanya, Kakaknya bahkan baru sampai.

"Kak Petai semangat!" Ucapnya menyemangati -orang yang dia kira- kakaknya.

Lalu Petir melihat Angin sedang meneriaki orang lain, lalu ia menepuk dahinya, "Haduhh.. Pasti dia ngira gua orang itu.."

"Tapi kok kak Petai pakai kacamata ya?" Ucap Angin mulai bingung, "Ungu lagi.."

(Note: Orang yang bernomor urut 45 tidak menghadap Angin.)

Lalu Angin baru sadar, diantara semua peserta, hanya orang itu yang berkacamata, "Hmm.. Hei, Eyeglass user!" Teriaknya.

Orang yang bersangkutan pun menatapnya, Yap, itu bukan Petir, itu orang lain, memalukan sekali kau Angin.

"Oops, maaf!" Ucap Angin meminta maaf.

"Angin!" Seseorang berteriak memanggil nama Angin. Dia Petir.

"Nah, itu kakak. Semangat kak Petai!" Teriak Angin memberi semangat pada kakaknya.

Petir menatapnya tajam. membuat suasana tiba tiba horror dan mencekam.

Tapi Angin malah menjulurkan lidahnya pada kakaknya, untung jarak mereka jauh, atau kalau tidak..

"Perhatian, perhatian. Lomba lari marathon pulau rintis segera dimulai. untuk informasi, juara bertahan, BoBoiBoy Petir memiliki nomor urut 13. Apakah ada orang yang bisa mengalahkannya kali ini?" Ucap host, "Baiklah, Semua peserta bersiap!"

Semua peserta pun mulai bersiap, "Lomba marathon pulau rintis 2017... DIMULAI!" Bersamaan dengan suara letusan pistol, lomba pun dimulai.

Semua peserta pun mulai berlari.

"Kak Petai! Semangka-eh, semangat!" Yup, Angin kembali memberi supprot pada kakaknya.

(Author: Support oy!)

"Dei, Angin!" Seseorang menyenggol lengan Angin, Teman Petir lah itu, Si Gopal.

"Hmm.. Kenapa?" Ucap Angin tanpa menatap temannya itu.

"Tidak. Cuma mau manggil." Jawab Gopal yang kini fokus dengan kamera pemantau lomba sambil memakan popcorn renyahnya.

Angin menatap Gopal dan lalu berucap, "Gopal." Ucapnya, "Hmm.." Gopal hanya mampu hem-ehem, "Elu dapet tuh popcorn dari mana?" Tanya Angin.

Gopal lalu menjawab, "Liat belakang," Lalu Angin menghadap belakang dan bertanya, "Truss?"

Gopal lalu menjawab sambil menge-NYAM- popcornnya, "Bukannya di situ ada pedagangnya ya?" Angin baru menyadarinya, "Eh, Iya." Lalu, ia pun menghampiri pedagang popcorn itu dan memborong dagangannya-memborong? Salah. maksudnya membeli 1 pack. Lagi gak ada duit deh kayaknya.

"Bakalan seru nih.. mungkin." Ucap Angin ragu.

Dan nampaknya waktunya sudah habis, Chapt. 1 sudah selesai, YEAAHH!

-Maaf maaf Author baru sempet buat fic lagi. Soalnya keuangan Author lagi diambang krisis (Dalam hal pulsa).

Oh iya, kalau mau kasih krisar, sila sila tekan tombol review.

Ditunggu ya..

-KOLDFAYER-EMKEIELSI-