Genre: Family

Rating: (T)

Cast: Woojin, Hyubgseob, Justin.

Happy Reading

o0o

Justin mengerucutkan bibirnya, sudah setengah jam dia menunggu Ibunya. Namun, yang ditunggu tidak juga datang. Sekolahnya sudah bubar dari setengah jam yang lalu, teman-teman Justin juga sudah pulang dijemput oleh Ibu mereka.

Sekarang hanya Justin sendirian disini, dia sudah bosan dari tadi bermain dipermainan yang ada disekolahnya.

"Bunda mana tih kok gak dateng-dateng" Justin berujar sebal.

"Dedek, maafin Bunda yah, bunda telat" Hyungseob terengah, dia mengatyr napasnya yang tersendat karena berlari.

Justin makin memajukan bibirnya saat sang Ibu datang hanya sendirian. Dia melipat kedua tangannya didepan dada. "Bunda kok tendili? Bunda bilang mau jemput dedek nya thama Ayah"

Hyungseob meringis mendengar kata-kata anaknya "Eunghhh... anu dek... Ayah masih dikantor, Ayah bilang gak bisa pulang cepet, tapi... Ayah udah janji besok ayah jemput adek kok" Hyungseob meyakinkan anaknya.

Justin menundukan kepalanya, Ayahnya berbohong lagi. Padahal Ayahnya bilang hari ini mau jemput dia bareng Bunda. Justin tidak membalas kata-kata bundanya, dia turun dari ayunan yang didudukinya. Menghiraukan sang Ibu dia melangkahkan kakinya menuju mobil yang tadi dikendarai ibunya.

Disepanjang jalan Justin hanya diam, dia tidak mengeluarkan suara sama sekali. Hyungseob menjadi khawatir, Justin bukan anak yang pendiam, dia anak yang kelewat aktif malah. Jadi kalau dia mendadak pendiam seperti ini, berarti anaknya sedang merajuk.

"Dedek marah ya sama Bunda?" Hyungseob berujar hati-hati.

"..." Tidak ada jawaban dari Justin, anak itu hanya diam dan menatap kearah luar jendela.

"Dedek" Panggil Hyungseob sekali lagi.

"Ayah boong lagi tama dedek" Justin mulai menangis.

Hyungseob menjadi kelabakan, Justin jarang menangis, akan tetapi jika dia menangis akan sulit untuk didiamkan.

Hyungseob menepikan mobilnya, dia melepaskan sabuk pengamannya lalu mengangkat Justin kepangkuannya. Hyungseob memeluk Justin dengan erat, dia tidak tega jika melihat anaknya yang menangis tersedu seperti ini.

"Dedek... Udah ya, jangan nangis lagi Bunda jadi sedih, Ayah gak boong sama dedek, Ayah mau jemput dedek tapi ayah ada kerjaan, jadi ayah gak bisa pulang cepet"

"Tapi kan ayah udah janji nda" Justin berujar dengan suara serak.

"Iya sayang, Nda tau. Tapikan ayah kerja buat siapa? Buat dedek kan, Ayah kerja buat beliin mainan dedek, dedek jangan gini ya, kasian Ayah pasti sedih kalo dedek kayak gini" Hyungseob berujar lembut.

"Sekarang kita pulang yah, dedek jangan nangis lagi" Hyungseob mengusap airmata Justin dengan lembut.

Justin mengangguk dia mengelap airmatanya dengan punggung tangan; dia mendudukan tubuhnya ditempat semula.

oOo

Justin sedang menonton televisi diruang keluarga, sedari tadi Juatin hanya berguling kesana kemari karena bosan. Semua mainan juga sudah dia masukan kedalam box khusus untuk menyimpan semua mainannya. Anak itu mulai bosan karena, dia hanya sendirian. Ibunya sedang memasak didapur, Ayahnya juga belum pulang.

Justin beranjak dari acara-mari bergulingnya, dia melangkahkan kaki mungilnya kearah dapur, dilihatnya dang ibu yang sedang sibuk dengan masakannya.

Justin menggeser kursi meja makan yang terletak tak jauh dari tempat ibunya memasak. Dia bersusah paya naik keatas kursi, lalu mendudukan dirinya dengan nyaman "Nda... Ayah kapan pulangnya"

Hyungseob menolehkan kepalanya kearah belakang saat mendengar pertanyaan anaknya. "Sebentar lagi sayang, kenapa dedek nanyain ayah?"

Justin menggeleng imut "Dedek cuma mau tanya aja"

Hyungseob terkekeh melihat tingkah Justin yang menggemaskan. Dia mendekat kearah Justin lalu mengecupi seluruh wajah Justin dengan gemas, yang membuat anaknya itu tertawa kegelian.

Ting tong

Hyungseob menghentikan kegiatannya, dia mematikan kompor lalu melepaskan apronnya, dia melangkah menuju ruang tamu. Yang diikuti Justin dibelakangnya. Anak itu berjalan dengam memegangi bagian belakang baju Ibunya.

Ceklek

Hyungseob tersenyum, saat melihat Woojin yang pulang dengan berbagai macam mainan ditangannya. Sudah pasti itu semua sebagai tanda permintaan maafnya dengan Justin.

"AYAH!" Justin memeluk kaki ayahnya dengan sangat erat. Membuat Ayah, dan Ibunya terkekeh geli.

Woojin mengangkat Justin kedalam gendongannya. Dia melangkah masuk kedalam rumah, agak susah sebenarnya karena dia harus membawa mainan yang dibelinya, bersamaan dia harus menggendong Justin.

"Dedek tadi belajar apa disekolah?" Woojin bertanya setelah mereka memasuki ruang keluarga.

"Dedek tadi belajal menulis Yah, tadi dedek dapet bintang lima Yah" Justin berujar antusias.

Woojin terkekeh, dia menciumi pipi Justin dengan gemas.

"Dedek tadi nangis?" Woojin berujar sambil melirik Hyungseob yang sedari tadi memperhatian interaksi Ayah, dan anak itu.

Justin merengut mendengar pertanyaan ayahnya, dia melipat kedua tangannya didepan dada. Jangan lupakan bibirnya yang mengerucut. "Dedek tadi nangith gala-gala Ayah, ayah bilang mau jemput dedek sama Bunda, lupanya yang jemput dedek cuma Bunda aja, Ayah nggak"

Mendengar kata-kata yang meluncur dari mulut Justin, membuat Woojin terdiam. Seketika dia menjadi merasa bersalah.

"Dedek, maafin Ayah ya... Ayah tadi lagi banyak kerjaan, jadi Ayah gabisa nepatin janji buat jemput dedek" Justin berujar lembut.

"Gak apa-apa Yah, Ayah kata Bunda kan kelja buat dedek juga" Justin tersenyum manis.

Woojin tersenyum haru, betapa beruntungnya dia memiliki istri, dan anak yang selalu mengerti dengan pekerjaannya. Dia tidak pernah berhenti bersyukur kepada tuhan yang telah mengirimkannya dua malaikat yang selalu menemani hari-harinya.

oOo

END