A/N: Inspired by Korean Variety Show – Return of Superman
Please kindly support this story with reviews or even a favorite
DAD, HANG IN THERE!
Disclaim of Masashi Kishimoto
Alternate Ending. Alternate Universe.
Genre: family love
.
.
.
Lingkungan apartemen dan perumahan di sekitar kota masih sepi dan gelap. Tentu saja, sekarang baru pukul 04.00 waktu Konoha dan sekitarnya. Kamera yang sudah dipasang sehari sebelumnya menangkap semua kejadian dari duabelas jam yang lalu.
CKLEK!
PATS
Lampu ruang tengah apartemen mungil itu menyala. Seorang perempuan bersurai indigo panjang melangkah menuju dapur yang posisinya tidak jauh dari ruang tengah. Tangannya yang telaten sibuk menyiapkan sarapan pagi.
Moving camera yang sengaja diletakkan di atas meja dapur merekam kegiatan potong memotong bahan masakan. Wortel, bawang bombai, batang perseli dan kentang sudah menjadi seukuran dadu. Air mendidih di kompor ia kecilkan apinya, kemudian bumbu masak dan kaldu dimasukkan ke dalam panci berukuran kecil. Sepotong perut babi diambilnya dari dalam kulkas, secara simetris perempuan itu memotong menjadi tipis. Lembaran-lembaran daging itu kemudian digulung bersamaan dengan tomat ceri yang akan ditusuk kemudian dibakar diatas kompor.
Dalam sekejap masakan rumahan itu telah jadi, sepanci stew , sate tomato-bacon dan semangkuk nasi putih. Tangannya masih belum berhenti menyiapkan sarapan. Ia memasukkan dua sendok susu ke dalam botol bayi lalu menuangkan air dan mengukur suhu yang tepat.
Dari arah lain seseorang keluar dari kamarnya menuju ruang tengah. Wajahnya masih berantakan dengan kaos tidurnya yang terlihat kusut.
CUP
"Ohayou," ia merengkuh perempuan itu dari belakang seraya mengecup pipinya.
"Na-Naruto-kun.. jangan seperti itu. Kau lupa dengan kameranya.." cicitnya gagap. Wajahnya sudah memerah akibat ulah pria itu yang entah sadar atau tidak sadar menunjukkan keromantisan mereka dihadapan kamera.
"Ah, aku lupa.." racaunya beralih ke meja makan. Dilihatnya beberapa makanan yang masih mengepul hangat.
"Kau benar-benar akan pergi?" tanya pria itu. Kalimatnya seolah-olah menunjukkan rasa tidak percaya dan tidak rela.
"Mau bagaimana lagi.. makanlah, Naruto-kun," perempuan itu kemudian menyuguhkan segelas air putih kepada pria itu.
Suapan pertama terasa sangat enak dilidahnya. Ini sudah kesekian kalinya ia menikmati masakan sang istri yang sudah dinikahinya selama dua tahun ini. Pria berusia 28 tahun itu merasa sangat beruntung pada akhirnya bisa melamar dan memutuskan untuk berbagi hidup dengan perempuan yang mencintainya sedari dulu, Hyuuga Hinata. Di awal usia pernikahan mereka pria bermarga Uzumaki ini selalu mengucapkan kata terimakasih pada sang istri dan menghadiahkan kecupan selamat pagi.
"Oaaa... Eaaa..." suara tangisan bayi terdengar dari kamar utama mereka. Hinata menghampiri bayinya yang baru berusia 4 bulan itu. Setelah tangisannya berhenti ia gendong putranya menuju meja makan.
"Ohayou Otou-chan.." Hinata mencoba menjadi juru bicara putranya yang ingin menyapa ayahnya yang sedang sarapan. Wajah pria satu anak itu berbinar melihat putranya sudah terbangun di pagi buta.
"Ohayou Boruto..." Hinata membungkukkan posisi berdirinya agar sang suami dapat mengecup pipi gembul putra mereka. Ia letakkan Boruto di kursi khusus bayi di ruang tengah, kemudian menyusul Naruto untuk sarapan bersama. Meskipun jaraknya cukup jauh tapi mata keduanya tidak luput untuk mengawasi bayi mungil mereka.
"Jam berapa kau akan berangkat?" Naruto membuka pembicaraan setelah supnya kandas.
"Kami akan berkumpul di gerbang Konoha jam enam pagi," jawab istrinya seraya menghapus sisa kuah di sisi bibir suaminya dengan selembar tisu.
"Kau pasti bisa Naruto-kun," ia tahu apa yang diresahkan suaminya saat ini.
"Jaman sudah maju, kau bisa menelponku jika terjadi sesuatu dengan Boruto," dielusnya lengan sang suami. Naruto mengulum senyum, istrinya memang paling bisa membuat hatinya tenang.
oOo
Hinata tengah bersiap untuk kepergiannya menjalankan misi. Disiapkannya beberapa baju, alat kosmetik dan sepatu yang akan digunakannya selama berada di luar desa. Misi kali ini tidak terlalu melibatkan pertarungan karena tujuan utamanya hanya untuk menjalin hubungan politik dengan desa lain. Ia kenakan seragam ninjanya kemudian ia tutup dengan mantel.
"Naruto-kun, aku berangkat ya," ia berpamitan dengan suaminya yang sedang menggendong putra mereka.
"Mm, hati-hati," dipeluk dan dilumatnya bibir sang istri seolah-olah ini adalah pertemuan terakhir mereka.
BUAK!
Hinata memukul dada suaminya cukup keras.
"Ja-jangan seperti itu Naruto-kun.." suaminya hanya bisa tertawa geli akan tingkah sang istri yang selalu saja malu jika diperlakukan seperti ini. Sosok itu perlahan pergi dari balik pintu bahkan suara langkah kakinya mulai tidak terdengar. Naruto menghembuskan napas panjang, dilihatnya lagi putranya yang tengah terlelap. Ini masih terlalu pagi bagi Boruto untuk bangun.
Naruto merebahkan putranya diatas tempat tidurnya, kemudian berjalan mengelilingi area dapur. Ia melihat beberapa catatan kecil yang sengaja istrinya tempelkan di pintu kulkas.
Naruto-kun, aku sudah menyiapkan ASI untuk Boruto di dalam kulkas. Jika ingin memberikannya pastikan suhunya setara dengan suhu ruangan, jangan dimasukkan ke dalam microwave nanti kandungan ASI-nya bisa rusak.
Kau bisa membuatkan bubur pisang atau membuat bubur buatanmu sendiri untuk makan siang Boruto.
Aku yakin kau pasti bisa menjaganya dengan baik
Hinata
Ah entah rasanya ia ingin menangis sekarang, bukan menjadi keahliannya menjaga anak bayi. Semua orang tahu ia besar tanpa pengasuhan orangtua dan tidak sekalipun pernah belajar bagaimana mengasuh anak yang benar. Tetapi komitmennya untuk menikah dan keinginannya memiliki anak dari wanita yang ia cintai membuat tekadnya bulat untuk menerima tawaran program acara terbaru di televisi Kohona. Nama program itu adalah Dad, Hang in There! Ia baru mengetahui maknanya setelah bertanya kepada Shikamaru jika acara itu bertujuan untuk mengambil kegiatan antara ayah dan anak selama 48 jam tanpa bantuan ibunya.
Naruto bukanlah satu-satunya ninja di angkatannya yang sudah memiliki anak, tetapi mungkin baru dia saja yang menerima tawaran untuk mengikuti program acara ini. Ia menyadari bahwa pekerjaannya sebagai shinobi bisa menyita waktunya untuk menghabiskan waktu dengan keluarga, terutama pada putranya yang masih berusia 4 bulan ini. Dengan menjadi bagian dari acara ini ia berpikir bisa mendapatkan izin bertugas setidaknya sebulan sekali atau dua minggu sekali. Ia ingin memiliki kelekatan dengan putra semata wayangnya.
oOo
Naruto sedang bersiap untuk di wawancarai mengenai perasaan dan antusiasme mengikuti program acara keluarga yang akan disiarkan setiap minggu sore itu. Para staf menyiapkan kain hitam sebagai latar dan sebuah kursi untuk duduk. Dihadapan Naruto ada beberapa kamera yang akan merekam apapun yang ia katakan, semua dialognya diarahkan oleh produser acara.
"Minna-san Konnichiwa, watashi wa yonkagetsu mae no akachan Boruto no Otou-chan desu. Yoroshiku onegai itashimasu*" Naruto membukuk dan memberi salam kepada kamera di hadapannya.
"Saya merasa sangat senang sekali bisa menjadi bagian dari acara ini. Pekerjaan saya sebagai shinobi membuat saya berpikir akan kehadiran Boruto yang baru berusia 4 bulan. Ayah dan ibunya sama-sama ninja yang masih aktif menjalankan misi. Meskipun begitu saya ingin bisa menghabiskan waktu dengan Boruto sebanyak mungkin. Saya ingin bisa menjadi ayah yang diandalkan olehnya. Saya ingin melihat Boruto tumbuh besar dengan kuat dan sehat".
Ia tidak main-main dengan perkataannya sendiri, menjadi seorang ayah adalah bagian dari hidupnya yang akan dia isi pada hari-hari Boruto selanjutnya.
Para editor kemudian menampilkan foto-foto pernikahan Naruto dan Hinata dua tahun yang lalu. Setelah satu setengah tahun menanti akhirnya pria yang akan memasuki kepala tiga itu mendapatkan kabar gembira dengan kehadiran bayi kecil di rahim istrinya. Hinata melahirkan Boruto saat usianya 25 tahun dan perasaannya menjadi ibu sangat bercampur aduk kala itu.
Foto-foto Boruto saat masih seminggu ditampilkan pula di layar televisi, kulitnya masih merah dengan dua goresan di kedua pipinya. Foto terakhir adalah foto keluarga kecil Uzumaki yang sengaja diambil secara candid oleh fotografer profesional.
Semangat Papa Naru kau pasti bisa menjadi ayah yang baik buatku :3
Mereka para editor menambah footnote di layar televisi, sebuah kalimat penyemangat untuk Naruto yang secara resmi bergabung dalam acara Dad, Hang in There!
oOo
Saat ini langit sedang cerah, sekitar pukul sembilan Boruto kembali menangis dari bangun tidurnya. Naruto yang saat itu sedang membaca gulungan langsung menghampiri putranya. Dengan kokoh ia gendong anak laki-lakinya itu dengan satu tangan kemudian berjalan ke ruang tengah.
"Kau belum makan kan? Kau mau ASI Kaa-chan atau bubur pisang, hm?" tanya Naruto seraya mengecup pipi putranya. Boruto hanya menatap wajah ayahnya tak mampu memberikan jawaban.
Diambilnya botol susu dari dalam kulkas dan didimakan sementara waktu. Tangannya meraih satu buah pisang yang sudah menguning, dipotongnya kecil-kecil buah itu ke dalam mangkuk bayi. Ia menggerus dengan alat khusus sehingga buah pisang itu berbentuk seperti bubur.
Naruto menyendokkan bubur pisang ke dalam mulut Boruto. Lidahnya mengecap rasa buah yang menempel di mulutnya.
"Hnnnnggg..." Boruto berusaha memberitahu ayahnya jika ia ingin tambah lagi.
Naruto terus menyuapi putranya dan sesekali mengambil sisa-sisa bubur yang tertinggal di bibir Boruto.
"Makanmu banyak sekali jagoan, Tou-chan senang kalau kau makan banyak biar cepat besar," ia suapi bubur terakhirnya. Boruto tersenyum dan mengucapkan kata-kata yang tidak dipahami oleh ayahnya.
"Iya, iya nanti kita bilang pada Kaa-chan kalau cepat pulang ya," sebenarnya itu suara hatinya sendiri.
Boruto dengan tenang menghabiskan bubur dan botol ASI-nya sepuluh menit yang lalu. Ayahnya meletakkannya di lantai beralaskan karpet agar bayi sepertinya tidak mudah terluka maupun terpeleset. Ia merangkak meraih mainan yang terletak tidak jauh darinya. Dengan rasa penasaran obyek mainannya itu dimasukkan ke dalam mulut yang penuh dengan air liur.
"Aaaaahhhhh... uuu..." Boruto mendekut berusaha mencari perhatian ayahnya yang masih sibuk mencuci piring. Naruto menoleh ke arah Boruto yang sedang asyik bermain.
Setelah selesai dengan pekerjaan rumahnya ia mendekati Boruto untuk bermain dengan mainan yang mengeluarkan bunyi-bunyian. Puas menebak-nebakinya dengan suara-suara binatang, Naruto memberikannya mainan berjalan. Boruto merangkak ke arah maian yang sengaja didorong menjauh darinya.
"Boruto, bawa kesini mainannya," Naruto memanggil putranya yang sibuk meremas-remas mainan. Seketika aroma bunga pasir menguar dari tempat yang diduduki Boruto.
"Ada yang pup ya? Ayo ganti dulu," ia telentangkan posisi Boruto dan mulai melepas perekat pada popok yang sedang dipakai putranya. Dengan telaten ia bersihkan kotorannya dengan air bersih dan kapas, setelah itu mengoles lotion bayi agar tidak muncul ruam di selangkangannya. Ia mencium pipi Boruto yang baru saja mengganti popok.
"Paaa..." Boruto meracau tidak jelas sambil meraih hidung mancung ayahnya.
"Iya nak?" jawabnya lembut, matanya menyendu melihat anaknya yang senang mengoceh. Keseluruhan yang ada dalam putranya ini ada pada Naruto hanya bentuk wajahnya yang bundar dan kulitnya lebih langsat mengikuti gen istrinya.
"Tou-chan sangat sayang padamu Boruto, jangan pernah lupakan itu ya nak," cameraman yang bersembunyi dibalik tenda kecil itu merekam monolog Naruto.
oOo
Naruto sengaja membawa Boruto berjalan-jalan di siang yang cerah ini. Ia kenakan pakaian lengan panjang bergambar monyet dengan sepasang sepatu berwarna putih pada putranya. Sementara dirinya menggunakan pakaian casual dengan ditutupi jaket oranyenya. Boruto digendong menggunakan baby holder yang diletakkan di depan dadanya.
Beberapa orang yang berpapasan dengannya menyapa dan menanyakan usia Boruto. Ada diantara mereka yang memberikan buah sebagai hadiah untuk putranya. Naruto merasa senang dan tersanjung terhadap oarang-orang yang bersikap baik kepadanya, memang anak selalu membawa rejeki kepada orangtuanya.
Kakinya terus berjalan sampai menemui kawasan jajanan pasar yang dijual sepanjang kiri dan kanan jalan. Ia melihat satu ekor ayam panggang yang sepertinya menggugah selera, kemudian tanpa ragu membelinya untuk dibawa pulang. Langkahnya kembali terhenti di kedai ramen Ichiraku.
"Paman, ramen misonya satu ya, ekstra char-siu," ujarnya pada Paman Teuchi.
"Oke Naruto, satu ramen miso spesial untukmu dan si kecil Boruto," semangkuk ramen yang mengepul itu tampak nikmat dengan gyoza sebagai cemilannya.
"WOAH~ ITADAKIMASU!" diseruputnya suap demi suap ramen yang terkenal enak di Konoha itu, sementara Boruto hanya bisa melihat ayahnya makan dengan lahap.
"Kau mau nak?" tawar Naruto,"tunggu beberapa bulan lagi ya, nanti kita bisa makan bersama jika kau sudah besar" ia kembali menyeruput ramennya.
"Kalian berdua sangat mirip ya," celetuk Amane yang baru keluar dari dapur,"gemas sekaliii! Usianya berapa Naruto?".
"Dia masih 4 bulan Ayame-nee jadi masih belum bisa makan yang lain kecuali ASI dan bubur".
"Oya, kemana istrimu?".
"Dia sedang melaksanakan misi keluar desa, jadi aku harus menjaga Boruto".
"Kau hebat sekali bisa mengasuh bayi tanpa bantuan ibunya, aku salut padamu Naruto hahahaha".
"Ahaha.. tidak juga paman, aku ingin ibunya cepat pulang".
"Baru sehari sudah kangen istrimu bocah? Dasar hahaha" punggung besar itu ditepuk-tepuk oleh pemilik kedai, sementara Naruto hanya bisa tersenyum kikuk.
Hari sudah semakin sore dan bayi digendongannya sudah mulai rewel. Ia letakkan selembar uang kertas dan beberapa koin di atas meja kemudian berpamitan pulang.
oOo
"Aaaaa... Oaaaa... Huuuu..." bayi itu terus menangis digendongan ayahnya. Malam semakin larut dan Boruto belum mau makan sesuap pun. Ayahnya beberapa kali melantunkan lagu-lagu tidur untuk menenangkan putranya.
Naruto mencoba sekali lagi memberikan sebotol susu formula hangat tetapi tetap saja ia menolak untuk minum, tangisannya semakin kencang. Pria 28 tahun ini mulai bingung dengan tingkah putranya, ia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Diperiksanya popok yang beberapa jam lalu baru saja diganti, semua masih bersih dan tidak ada bau sama sekali.
"Kau kenapa nak, hm?" ia bertanya khawatir, hanya tangisan yang saat ini masuk ke dalam gendang telinganya. Naruto berusaha menenangkan putranya dan melakukan gerakan naik turun secara konstan untuk membuatnya tidur.
Butuh waktu 30 menit sampai bola mata safir itu terpejam dipelukan ayahnya. Ia membuang nafas lega melihat Boruto sudah tertidur. Dengan hati-hati ia letakkan di dalam keranjang bayi.
Naruto berjalan ke ruang tengah dan terduduk lemas. Bulir-bulir air mata jatuh satu per satu melewati pipi tannya. Ia menahan suaranya agar tidak terdengar rapuh, apalagi saat ini sedang direkam oleh beberapa cameraman di rumahnya. Diraihnya telpon genggam dan menekan tombol call untuk menghubungi seseorang. Telpon tersambung dan berganti mode video.
"Naruto-kun...?" tanya istrinya di seberang sana. Ia dapat melihat wajah suaminya yang terlihat kusut dan berair.
"Ada apa? Dimana Boruto?" Hinata kembali bertanya namun tidak ada jawaban. Pria itu hanya butuh melihat wajah istrinya sebagai penghibur hati. Ini baru pertama kalinya merawat bayi seorang diri dan kondisi putranya tidak sebaik biasanya. Apa yang dipikirkan Naruto saat ini adalah betapa berat menjadi seorang ibu, mengandung sembilan bulan dan sigap merawat anaknya terutama di saat-saat seperti ini. Hinata rela tidak tidur jika Boruto menangis semalaman dan Naruto terkadang lebih sering pulas karena lelah menjalankan misi.
"Sayang, entah kenapa rasanya begitu sakit.." air matanya jatuh kembali.
"Jangan khawatir, kau pasti bisa menjaganya dengan baik," istrinya berusaha menenangkan walaupun dihatinya saat ini diliputi rasa khawatir.
"Dia tidak mau makan, kemudian menangis keras. Aku sampai tidak nafsu makan malam melihatnya terus gelisah. Aku... aku harus bagaimana Hinata?" tangisannya semakin nyata setelah menceritakan kejadian sebenarnya pada sang istri.
Belum selesai ia bercerita dengan istrinya, Boruto kembali menangis di keranjangnya. Mau tidak mau Naruto bangkit dan mendapati anaknya sudah berlumuran air mata. Ia hanya bisa menggendong dan membisikkan kalimat-kalimat penenang yang dapat dilakukannya saat ini. Pola ini terus berulang setiap hampir 2 jam sekali dan Naruto memutuskan tidak tidur sampai matahari benar-benar terbit.
oOo
Naruto menengadah, ia tidak ingin air matanya jatuh lagi di depan kamera. Ia menarik napas beberapa kali sebelum akhirnya harus berbicara pada sesi wawancara.
"Saya tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba rewel. Setelah lewat tengah malam saya baru menyadari bahwa badannya panas. Rasanya hatiku seperti diremas-remas melihat kondisi anak sekecil itu menangis tidak berdaya. Saya merasa menjadi ayah yang gagal karena tidak peka dengan kondisi Boruto..," wajahnya menunjukkan penyesalan jiak mengingat kondisi Boruto saat ini.
"Apakah ia salah makan sebelumnya?" tanya produser acara.
"Tidak ia selalu makan seperti biasanya dan ini membuat saya takut".
"Setelah ini apa yang akan Anda lakukan untuk Boruto?".
"Saya akan membawanya ke dokter salah satu kenalan dan memastikan kondisinya baik-baik saja".
"Kami akan mendoakan yang terbaik untuk kesehatan Boruto".
"Terimakasih atas doanya, produser. Semoga Boruto lekas ceria seperti sedia kala," wajahnya mengulum senyuman tulus.
Para editor menampilkan cuplikan kecil kejadian hari ini sejak Boruto bangun tidur, makan bubur dan pergi berdua bersama ayahnya. Kemudian hari yang menyenangkan itu menjadi begitu menyakitkan bagi ayah karena Boruto terus menangis. Papa Naru tidak bisa menutupi perasaan takutnya jika terjadi sesuatu pada Boruto. Semuanya, tolong doakan Boruto ya, semoga demamku cepat turun.
TO BE CONTINUED
Halo, apa kabar hehe
Kris menyajikan fict terbaru yang benar-benar terinspirasi dari return of superman. Sering banget bayangin Naruto yang jadi papa muda terus ngerawat Boruto yang masih bayi hahaha. Kadang-kadang kepikiran juga Sasuke yang ngerawat Sarada, tapi dibayanganku dia punya adik cowok. Ah dasar imajinasi!
Mohon review, follow dan favoritenya yaa~
TRANSLATE:
*) Minna-san Konnichiwa, watashi wa yonkagetsu mae no akachan Boruto no Otou-chan desu. Yoroshiku onegai itashimasu
**) Selamat siang semuanya, saya dalah ayah Boruto yang berusia empat bulan. Salam kenal
