SMA Teikou.
Salah satu sekolah yang menjadi impian hampir semua remaja di kota itu. Terletak di tengah kota Tokyo dan menjadi incaran dari berbagai SMP. Tak hanya prestasi, namun klub yang ada bukan hanya sekedar klub biasa. Setiap tahun akan selalu menghasilkan suatu prestasi yang mengagumkan, baik secara seni maupun olahraga.
Pada satu klub olahraga basket yang kini sedang menjadi banyak perbicangan orang-orang, terdapatlah tim kuat yang sering disebut Kiseki no Sedai. Tim yang berisi 5 orang pemain berbakat dan satu pemain bayangan yang telah diakui kelima pemain inti yang lain.
Meski mereka telah dielu-elukan sebagai Kiseki no Sedai, tetapi setiap anggota yang dimaksud tidak merasa yang paling hebat. Apalagi setelah mereka mengetahui jika masih ada lawan yang tangguh seperti Seirin, Shuutoku, Rakuzan, Yosen, dan lainnya yang disebut sebagai Raja atau Kaisar basket.
Tentu saja, dibalik prestasi gemilang bidang olahraga yang mereka menangkan, terdapat cerita pribadi dari masing-masing anggota.
.
Akashi Seijuuro x Kuroko Tetsuya
Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki
The Wrong Target © Chiichii as KnS06
.
Warning : ooc, typos, AkaKuro fic, bl, don't like don't read
.
"Oi, Tetsu!"
Sebuah suara yang memanggil itu berhasil menghentikan langkahnya. Langkah pelan dari seorang pemain bayangan berambut biru muda itu kini berbalik untuk bisa melihat orang yang telah memanggilnya. Sepasang netra birunya menatap datar akan kedatangan Aomine Daiki sang ace tim basket mereka.
"Disini kau rupanya," Daiki tersenyum sesaat setelah menghentikan langkah cepatnya di dekat Tetsuya. "Apa kau mau makan siang? Aku ikut ya? Kau membawa bekal seperti biasa kan?! Hehe." Cengiran lebar itu jelas menandakan jika dia menginginkan sesuatu dari isi bekal yang dibawa Tetsuya.
"Uhm." Hanya anggukan sekali yang diberikan Tetsuya pada Daiki sebelum akhirnya mereka berjalan bersama menuju atap sekolah yang –menurut Tetsuya, juga Daiki– nyaman untuk beristirahat di jeda waktu pelajaran sekolah.
.
"Hah." Daiki membaringkan tubuhnya ke lantai atap setelah menikmati bekal yang dibawa Tetsuya. Tak sepenuhnya ia yang menghabiskan, tentu saja dia bukan Murasakibara Atsushi yang akan menghabiskan seluruh makanan yang ada. Dia hanya mengambil setengah dari jatah makanan Tetsuya yang ia tahu dengan jelas tak sebanyak yang sering dibawa pemuda itu.
Walau sebenarnya Daiki heran kenapa Tetsuya sering membawa bekal dengan jatah yang lebih banyak dari porsi Tetsuya sendiri.
Tetsuya menaruh tempat bekalnya ke samping lalu tersenyum tipis menatap Daiki yang terbaring nyaman di sampingnya. Wajah Daiki yang tersenyum menikmati hembusan angin itu membuat sesuatu terasa aneh bagi Tetsuya. Sebuah perasaan yang sering dia rasakan belakangan ini. Perasaan yang sempat membuatnya bingung.
Tetsuya tahu dan sudah mengerti apa itu sekarang? Rasa yang dia rasakan kepada teman satu timnya itu sudah sepenuhnya dia kenali dengan jelas. Hanya saja dia ragu bagaimana cara mengungkapkannya. Tentu saja rasa yang dia punya bukanlah hal yang lumrah di mata orang banyak. Tetsuya tidak bisa membayangkan bagaimana respon orang-orang jika mengetahui perasaannya itu.
Terutama bagi Daiki sendiri.
Jelas Tetsuya tidak ingin hubungan baiknya dengan Daiki hancur karena perasaan sepihaknya yang tidak normal ini.
Hah!
"Ng?" sebelah mata Daiki terbuka saat helaan nafas lemah itu terdengar. Dia menolehkan kepalanya dan berkedip bingung menatap Tetsuya yang kini menunduk dengan wajah murung seolah memikirkan bagaimana caranya mencetak 30 angka dalam 5 detik dalam pertandingan.
Yah, sesuatu yang sebenarnya Daiki yakin tidak akan terlintas dalam pikiran sang pemain bayangan itu.
Dengan sekali gerak, Daiki telah kembali duduk dengan sempurna. "Kenapa?" pertanyaan awal yang berhasil menyentakkan pikiran Tetsuya yang mulai jauh. "Tidak biasanya kau memasang raut wajah seperti itu dan menghela nafas seolah kalah bertanding."
Tetsuya melirik dengan wajah datar yang sedikit kesal. "Perumpamaanmu itu tidak lucu, Aomine-kun."
Khe, Daiki terkekeh sejenak.
Pluk.
Mata biru Tetsuya berkedip kaget saat merasakan sesuatu diatas kepalanya. Dia menoleh untuk memperjelas jika itu adalah telapak tangan Daiki yang kini berada diatas kepalanya. Jelas bukan bermaksud memukul atau mengacak rambutnya seperti yang terkadang dilakukan Atsushi, tapi lebih seperti tepukan menenangkan bagi Tetsuya.
"Kau tahu? Kau tidak cocok berwajah serius seolah memikirkan sesuatu yang sulit begitu. Jika ada yang mengganggumu, katakan saja padaku." Suara ceria itu mengatakan hal yang terdengar ringan dan santai, tapi hal yang dikatakan dengan santai itu berarti lain bagi Tetsuya.
Baginya, perkataan Aomine seperti dukungan untuknya agar mengungkapkan apa yang ingin dia ungkapkan sejak lama.
Tetsuya membuka mulutnya untuk selanjutnya kembali menutup dan kepalanya ditundukan. Membuat tangan Daiki turun dari rambut biru muda itu. Daiki tak lagi bersuara bertanya melihat tingkah aneh rekan setimnya itu. Mencoba memberikan waktu untuk dapat memahami apa yang diinginkan oleh Tetsuya.
"Aomine-kun,"
"Hah?"
Panggilan lemah Tetsuya dijawab dengan nada biasa. Walau sebenarnya Daiki cukup tak sabaran mendengar apa yang ingin dikatakan pemuda bermarga Kuroko itu.
"Anoo.." suara Tetsuya kembali terdengar, membuat kerutan kecil di kening Daiki. "Aku.. aku.."
Ck, ayolah Tetsu! Seorang Aomine Daiki bukanlah orang yang sabar. Ingin sekali Daiki meneriakan hal itu, tapi rasanya dia masih bisa menunggu lebih lama.
Tetsuya menarik nafas panjang sebelum akhirnya bangun dari duduknya dan berjalan menuju pinggir atap untuk dapat melihat sekitar sekolah dari atap yang merupakan tempat tertinggi di sekolah itu. Tetsuya butuh menenangkan pikirannya agar dapat mengumpulkan keberanian.
Kuroko Tetsuya tidak akan bingung sekalipun dia tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika dalam pertandingan. Dia akan melakukan apa yang dia bisa walau dia tetap berpikir apa yang sebaiknya dia lakukan.
Tapi tidak jika itu sudah menyangkut perasaannya yang baru dia sadari baru-baru ini. Tetsuya akan benar-benar bingung jika tidak mengetahui apa yang harus dia lakukan tentang perasaannya. Dia bahkan tidak akan bisa tidur jika sudah memikirkan tentang perasaannya pada Daiki.
Tetsuya menarik nafas dalam. Dia yakin Daiki masih menunggu dibalik punggungnya. Dia perlu waktu sedikit lagi.
Sedikit lagi.
Hanya sedikit lagi untuk bisa memantapkan keberaniannya dalam mengungkapkan perasaannya.
.
Sedikit waktu yang memakan konsentrasinya dan kesadarannya hingga tidak lagi mendengar jika anggota timnya yang lain datang menyusul mereka.
"Kalian disini."
Daiki menoleh saat suara Seijuuro mengalihkan pandangannya dari punggung kecil Tetsuya. Dia juga melirik Ryouta, Atsushi, dan Shintaro yang menghampirinya selain Seijuuro. Setelah itu, Daiki kembali melirikkan pandangannya pada Tetsuya yang masih diam di pinggir dinding pembatas.
Lirikkan itu tak luput dari sepasang emperor eye Seijuuro. Dia ikut melirik dan mengerutkan keningnya ketika mendapati Tetsuya yang berdiri diam di depan mereka tanpa terusik dengan kedatangannya dan yang lain. "Apa yang dia lakukan di sana?" pertanyaan yang jelas tertuju pada Daiki.
Aomine Daiki menarik nafas sembari mengangkat bahu, "Entahlah. Tadi dia terlihat murung lalu dia berjalan ke sana dan diam selama lima menit sampai kalian datang." Dia menumpukan sebelah tangannya pada dagu dengan pandangan yang masih tertuju pada Tetsuya.
"Kurokochii.." mendengar penjelasan Daiki, Ryouta berusaha memanggil… "Kurokochii, apa yang kau lakukan di sana?" …yang sepertinya tak mendapat respon apapun.
"Tidak biasanya dia melamun hingga tidak menyadari sekitarnya." Komentar Shintaro sembari membetulkan letak kacamatanya. Dia menaruh sebuah lucky item berupa gantungan kunci bentuk sapi ke sampingnya sebelum ikut duduk di sana.
Lain lagi dengan Atsushi yang memasang wajah kecewa saat mengangkat tempat bekal Tetsuya yang sudah terasa ringan.
Seijuuro hanya memperhatikan sekilas tingkah teman-temannya sebelum memfokuskan pandangannya pada Tetsuya. Sejujurnya, sang kapten cukup penasaran tentang apa yang membuat pemain bayangan pilihannya bisa melamun seperti itu. Seingatnya, itu pertama kali terjadi.
Dan dengan langkah mantap, dia mendekati sang pemuda berambut biru muda itu. Pemuda yang sebenarnya tanpa dia sadari secara langsung telah mendapatkan perhatian lebih darinya yang merupakan kapten tim ketimbang anggota lainnya.
"Kuroko." Panggilan itu pelan namun tetap tegas. Seijuuro mengerutkan keningnya sedikit saat tidak mendapat respon dari Tetsuya selain gerak kepala berambut biru itu yang semakin menunduk. "Kuro –"
"Aku.."
Panggilan Seijuuro terhenti begitu satu suara terdengar dari Tetsuya. Jarak yang tidak terlalu jauh membuat anggota lainnya ikut mendekat suara lemah itu.
"Aku…"
Lagi, suara itu hanya mengucapkan satu kata yang tak berlanjut. Namun masih ditunggu dengan sabar dan bingung oleh kelima orang di belakangnya.
Disisi Tetsuya, dia memejamkan mata erat dan menarik nafas panjang. Membulatkan tekat seutuhnya untuk menyampaikan isi hati. Tangannya terkepal erat dan dia berbalik cepat sembari menyelesaikan kalimatnya dengan nada yang cukup keras. "Aku menyukaimu!"
". . ."
". . ."
Hening…
Suasana atap siang itu menjadi hening yang hanya terdengar pelan hembusan angin.
Seijuuro terdiam ketika Tetsuya berbalik dan meneriakan hal itu di depan matanya.
Kepala berambut biru muda itu tertunduk, matanya terpejam, tangannya terkepal, bahunya tegang. Bahasa tubuh yang disadari oleh seorang Akashi Seijuuro di tengah keterkejutannya.
Begitu pula dengan empat orang yang tak jauh dari mereka. Keempatnya terdiam dengan ekspresi yang tak bisa digambarkan.
Sungguh! Pernyataan sang pemain bayangan berwajah datar itu tak pernah terlintas di benak mereka. Terlebih lagi orang yang menjadi tempat pernyataan itu adalah sang kapten yang tak pernah mereka bayangkan bisa berada dalam list pertama perasaan romantis sang Kuroko Tetsuya.
"Sejak… kapan?" suara Daiki tak mampu ia tahan dalam mengungkapkan keterkejutannya. Aomine Daiki juga bisa kaget saat melihat langsung pernyataan cinta antara teman setimnya tepat di depan matanya. Terlebih itu pernyataan Tetsuya kepada Seijuuro.
Tetsuya masih memejamkan matanya kuat, pertanyaan Daiki sulit ia jawab. Walau dia masih percaya jika di sana hanya ada dia dan Daiki, tetapi tetap saja hal seperti itu tak mudah diungkapkan.
"Anoo.." meski begitu, Tetsuya tetap ingin mengatakan hal itu. "Itu… a-aku.. su-suka.. a-aku menyu-kaimu sejak… se-sejak pertand –"
Pluk
Tetsuya menghentikan perkataannya yang terbata ketika terasa telapak tangan menepuk pelan kepalanya.
Daiki, Ryouta, Atsushi dan Shintaro berkedip bingung saat Seijuuro menepuk kepala Tetsuya seolah sengaja menghentikan perkataan terbata Tetsuya.
"Baiklah."
Sebuah suara yang keluar dari sang emperor eye serasa seperti hembusan hujan salju bagi Tetsuya. Dia membuka matanya dan perlahan mendongakkan kepalanya. Satu gerakkan yang membuatnya justru serasa tertimpa pisau salju. Dia terdiam, tubuhnya kaku, mata birunya melebar, bibirnya terkatup, dan walau wajahnya masih bisa dibilang datar, Seijuuro tersenyum dalam hati ketika menyadari jika ekspresi Tetsuya adalah ekspresi terkejut yang sejujurnya dia nikmati sendiri.
Akashi Seijuuro bukanlah seseorang dengan tingkat IQ standart apalagi di bawah rata-rata. Dia seorang jenius yang bisa melihat masa depan dan bisa melihat situasi dengan jelas hanya dengan sekali lirik. Dan Akashi Seijuuro telah dapat menebak apa yang sebenarnya terjadi.
Hal yang dipikirkan Tetsuya sebelumnya.
Gerak tubuh tegang dan kaku saat pernyataan.
Keberadaan Daiki yang hanya diyakini oleh Tetsuya.
Dan sorot serta ekspresi keterkejutan itu…
Seijuuro telah bisa melihat keseluruhan rangkaian kejadian yang sebenarnya terjadi. Dan bukan Akashi Seijuuro jika dia tidak memanfaatkan apa yang bisa dia lihat sebagai keberuntungannya.
"Baiklah, Kuroko." Ucapnya ulang dengan santai seiring senyum tipis di bibirnya yang menyimpan beberapa makna tak terbaca. "Aku menerima pernyataanmu itu."
Dan Tetsuya lupa jika Daiki yang seharusnya menjadi fokusnya saat itu. Tetsuya lupa mengapa sang kapten yang berada di hadapannya dan mengapa sang kapten yang justru menerima pernyataannya. Tetsuya lupa, bagaimana kini dirinya telah berada dalam pelukan sang Akashi Seijuuro.
Disisi lain, keempat orang tak jauh dari mereka semakin terdiam dengan kejadian yang baru saja mereka dapatkan. Kejadian yang tak pernah mereka duga namun takkan bisa mereka abaikan.
Dan tanpa siapapun ketahui…
…Sang emperor eye tersenyum miring dibalik punggung seseorang yang kini sedang dipeluknya. Senyum yang penuh dengan makna tersembunyi dan penuh dengan kemenangan.
.
.
.
To be continued
N/a
Hai minna. Yoroshiku..
Aku author baru yang tertarik untuk menulis ff setelah membaca beberapa ff kuroko no basuke. Sejujurnya aku sedang suka dengan anime itu.
Sempat ragu sih untuk buat akun ini dan mempublish cerita buatanku soalnya rada aneh dan masih perlu banyak perbaikan.
Maaf kalau banyak typo dan keanehan didalamnya. :)
Terima kasih bagi yang sudah mau baca.
Ini ff pertamaku dan jadinya malah bl. Bukan berarti aku sepenuhnya fujo.. aku juga suka straigth terutama Naruhina. Ini hanya sekedar iseng dan menyampaikan sedikit imajinasi. Maaf jika tidak berkenan.
Kuharap bisa menghibur kalian sampai selesai.
Jaa.
