Tittle : Mutiara Dalam Lumpur
Disclaimer Mashashi Kishimoto
Pair : SasuNaru[Main], NaruHina
Genre : Hurt/Comfort, Romance
Warning : Shounen-ai, Boys Love, Sasuke OOC.
Summary : Ketika benang merah di antara mereka mulai terikat, takdir memaksanya untuk memustukan ikatan itu, ikatan di antara lelaki muda yang sedang mengarungi indahnya cinta.
"Psst.. psst.. Ada rumor loh, kalau Sasuke itu gay"
"iya, dia pasti mempengaruhi tuan Naruto untuk jadi gay juga"
"ada orang yang perna melihat mereka berciuman di pinggir danau loh"
"lagi pula, memangnya siapa dia? Selain adik seorang pembantai klannya sendiri"
"pasti sebentar lagi dia akan diusir oleh hokage"
"dia sudah mencemari nama baik desa, aku harap tuan Naruto segera sadar"
"iya, kenapa dia tidak mati saja sekalian waktu ada pembantain. Beruntung sekali dia"
"dia juga miskin, aku kasihan terhadap tuan Naruto."
Detik demi detik mulai berganti, menit demi menit mulai berjalan. Seorang pemuda masih dengan setia menunggu seseorang, duduk bersandar pada sebuah pohon yang berdiameter tak lebih dari 30 senti.
"Maaf Naru! Kau sudah lama menunggu?"
"Dasar teme baka! Aku sudah menunggumu dari satu jam yang lalu bodoh kemana saja kau hah? Kau tidak takut apa kalau aku di culik orang lalu aku akan di jadikan sandra lalu aku akan di bunuh! Lalu-lalu-lalu dan banyak lalu lagi temeee!"
"mana mungkin ada orang yang akan menculik pemuda bodoh seperti dirimu?"
"sudah-sudah, kau mau bicara apa?" seketika wajah Sasuke tertunduk, ia menghela nafas berat. "cepat katakan teme, sebelum aku dicincang dan jadi udon oleh nenek tsunade!"
"orang-orang di desa mulai membicarakan kita."
"Lalu?"
"Sepertinya kita harus berpisah"
"Apa ? kau bercanda yah teme? Hahaha... itu tidak lucu"
"Mereka membenci kita. Tidak, bukan kita, tapi aku" sergah Sasuke cepat.
"Aku tidak mau" kedua tangan Naruto mengepal memukul-mukul dada bidang Sasuke. "aku tidak peduli seberapa bencinya mereka terhadap kita! Aku tidak pedul–"
"kau harus sadar Naruto! Kau adalah keturunan hokage! Sedangkan aku? Hanyalah adik dari seorang pembantai klan... dengarlah aku Naruto..." dipegangnya kini kedua pipi mungil Naruto. "Jika esok aku di usir dari desa, maka tunggulah aku" isakan demi isakan mulai terdengar di telinga Sasuke, miris rasanya melihat sang kekasihnya dalam kondisi seperti ini. Kini, mereka harus memilih jalannya, takdir yang mempertemukan mereka memaksa memutuskan benang merah yang mulai terikat.
"AKU RELA! AKU RELA MELEPAS SEMUA HOKAGE ITU! AKU RELA SASUKE!" matanya mulai menyipit, menitikan air mata yang tak kunjung henti, bibirnya terus-menerus bergetar merasakan getaran yang sama di dalam lubuk hatinya.
Sasuke memeluknya erat, hanya sekedar menenangkan kekasihnya "Tenanglah sayang, kelak jika takdir mengijinkan kita bertemu. Itu pasti akan terjadi" dan senja mulai menurunkan sinarnya, mempersilahkan bulan untuk menggantikan tempatnya. Naruto tidak habis pikir dengan apa yang di katakan sasuke, bukannya dia tidak percaya namun, betapa mudah menyerahnya sasuke itu. Ia ingin diperjuangkan oleh Sasuke! Lari dari desapun tak apa baginya asal ada sasuke di sampingnya itupun lebih dari cukup.
"Aku tidak punya apa-apa Naruto, Aku akan pergi ke tokyo, tiga tahun, tiga tahun lagi aku akan kesini." Kata Sasuke
"Aku bernjanji! bersaksi pada tuhan. satu tahun, dua tahun, 10 tahun, sampai matipun aku tetap mencintaimu tetap menunggumu sebagai kekasihku! Di tanah Konoha" Naruto menjawabnya
"Aku akan kembali, membawa semua kepercayaan kesini, ke desa ini."
"Hei Sasuke! Jangan bekerja terlalu keras! Nanti kau cepat tua! Hahaha " tawa seorang pemuda dengan tato segitiga di pipinya. Menambah suasana ramai di tempat mereka berbincang-bincang. "ayo kita keluar!"
"Maaf kiba, aku ingin istirahat di rumah" tapi sepertinya pemuda yang dipanggil kiba itu tidak menerima jawaban tidak, ia terus terusan menyeret Sasuke untuk keluar dari tempat kerjanya itu. Mencarikannya paling sedikit angin segar untuk sahabatnya itu. Sasuke sangat terkenal sebagai work holic di kalangannya, katanya semua ini ia lakukan untuk ke kasihnya yang sedang menunggunya di desa kecil nan jauh disana, Kini mereka berdua sedang berjalan-jalan di sekitar pusat dari kota Tokyo ini.
Bersenandung ceria bernyanyi bahagia, tapi tidak bagi Sasuke. Matanya berbinar tatkala melihat pemuda pirang jabrik berjalan bersama menggandeng tangan seorang gadis berambut indigo yang sedang menggendong anak kecil dengan umur kira-kira 3 tahun. Seketika itu, ia teringat akan Naruto, mirip sekali, pemuda yang ia lihat mirip sekali dengan Naruto, cara berjalannya, raut mukanya, warna kuning rambutnya... Dan.. tiga pasang goresan tanda lahir yang menghiasi pipi manisnya, ingin segera memastikan hatinya akan pemuda itu, namun tanganya keburu di tarik oleh Kiba.
"Surat!" seketika itu Sasuke cepat-cepat pergi dari situ. Menuju ke arah apartemennya. Mangambil sebuah kertas, dan menuliskan sesuatu disana.
"Kenapa aku bisa lupa!"
Naruto, masih kah kau menungguku? Sedikit lagi, sedikit lagi aku akan kesana, membawa kepercayaan untuk tuan hokage dan orang-orang di desa.
Aku sangat merindukanmu, satu bulan lagi, bisa kah kau menungguku satu bulan lagi? Perjalananku di sini begitu panjang, sesusai bekerja sambilan aku harus sekolah lagi selama 6 tahun, lalu baru aku bisa bekerja. Sebentar lagi aku akan mendaptkan jabatan sebagai CIO di salah satu perusahaan arsitek, dan setelah itu akan ku tunjukkan pada semua orang, bahwa aku bisa, aku tak hanya seorang anak miskin yang mempunyai keluarga pembantai. Sudah hampir 9 tahun kita berpisah, maaf ini mungkin sangat lama.. tapi bisakah aku mengambil janjimu lagi? Janji bahwa kau akan menungguku?
Salam, Sasuke Uchiha.
Di lipatnya kertas tersebut dengan rapi. Lalu ia masukkan dalam amplop kecoklatan bertali merah. Dengan tergesa-gesa, ia berlari dan menuju kantor pos terdekat. Sekali lagi, ia berpapasan dengan pemuda pirang yang ia lihat tadi lengkap beserta perempuan indigo itu berjalan ke arahnya, menapakkan langkah demi langkah, waktu terasa berjalan lambat bagi Sasuke, dalam hatinya ia percaya, itu bukanlah Naruto, karena Naruto masih tinggal di desa Konoha, tapi dengan dasar apa ia percaya, bahkan keadaannyapun Sasuke tidak tau menau sedikitpun, kekasih macam apa dia? Pemuda itu terus berjalan hingga
"Maaf tuan, anda menghalangi jalan saya" sapa pemuda pirang itu.
"Naruto" Sasuke tercekat, benar, orang di depannya ini adalah Naruto, kekasihnya yang pernah berjanji bahwa akan menunggunya selamanya, bodoh, ia bodoh telah percaya pada orang yang tak perna lebih tinggi darinya itu. "kau, Naruto kan?"
Pemuda berumur tak lebih dari 30 itu menengok, lalu mendecikkan lidahnya, "Ayo Hinata, kita pergi"
"Tunggu Naruto!" Sasuke segera beralih mengambil langkah Naruto. "Siapa gadis ini, lalu! Anak siapa ini?" Sasuke terlihat marah sekali, nada suara yang merendah serta raut mukanya yang sedikit tetap datar serta merta menatapnya tajam, namun Naruto cukup tau bagaimana seseorang yang seperti Sasuke, karena di masa lalu, ia cukup merasakan bagaimana senang dan susah bersama sang uchiha bungsu itu.
"Maaf tuan, tidak sopan, baru saja bertemu tapi anda langsung marah kepada saya, boleh saya pinjam kertas dan penanya?" Sasuke dengan segera memberikan apa yang Naruto ingikan. Tak butuh waktu lama untuk Naruto menulisnya. Lalu di remasnya kertas tersebut, memberikannya dengan sangat tidak elit, lalu sesegera mungkin ia pergi dari situ, dalam hati iya tidak ingin bertemu lagi dengan uchiha bungsu ini.
"aku benci Uchiha Sasuke"
Begitulah yang Sasuke baca, ia meremas kuat rambutnya sendiri hingga berantakan, amat berantakan. "HAH!" di lemparkannya kertas itu ke tanah dengan keras. "NARUTOOOO!" ia tidak peduli pada orang di sekitarnya yang terus-terusan melihatinya.
"Eem... Eemm... Ka-kau mau jadi pacarku Sa-sasuke? A-aku sangat menyukaimu!"
"Ke!"
"Suke!"
"Temeee! Cepat bangun! Ini sudah hampir malam, kau mau aku di marahi nenek tsunade! Lagi pula kenapa kau suka sekali tidur di tempat seper-"
"Jangan menciumku sembarangan! Temeee!"
"Aku bernjanji! bersaksi pada tuhan. satu tahun, dua tahun, 10 tahun, sampai matipun aku tetap mencintaimu tetap menunggumu sebagai kekasihku! Di tanah Konoha"
"RUTO!"
"Kau sudah bangun rupanya," kiba mulai beranjak dari tempat duduknya-disamping tempat tidur sasuke- mulai mengambil segelas air putih dan memberikannya pada pemuda raven itu. "Sebenarnya apa yang terjadi ? kau tiba-tiba pingsan di tengah jalan, untung aku melihatmu"
"Naruto! Naruto!" wajahnya tetap datar, namun, pandangannya kosong, bibirnya terus menerus menyebut nama itu, "Naruto! Dia ada, dia ada disini, di kota ini, di tokyo! Aku harus mencarinya! Aku harus segera mencarinya! A-ayo kiba! Ayo cepat bantu aku!" Sasuke terlihat sangat tidak stabil, matanya terlihat seperti orang buta ke kiri ke kanan, namun masih kosong, matanya masih memperlihatkan ke kosongan yang teramat dalam.
"Okeh okeh! Tapi kau tunggu di sini, kau punya fotonya? Aku akan menyuruh seseorang untuk mencari si Naruto itu"
Disisi lain kota terlihat sebuah keluarga bahagia yang terlihat damai dan menyenangkan, keluarga Namikaze, dengan seorang istri Namikaze Hinata dan seorang anak bernama Namikaze Kurama. Sang suami sedang duduk tenang di sofa, bersama istri dan anaknya, kejadian tadi siang mengingatkan kembali Naruto pada masa lalunya.
"Kau sudah membuat keputusan konyol Naruto! Dia nenek usir dari desa karena dia mencemari nama baik desa! Kau harus tau itu! "
"Nenek! Aku mencintainya! Aku mencintai sasuke! Aku akan pergi tokyo! Paman, tolong siapkan pakaianku!"
"Konyol! Laki-laki dengan laki-laki tidak akan menghasilkan apa-apa! Lalu bagaimana dengan keturunan Namikaze, Naruto?! Tunggu! Kau akan mengurungkan niatmu jika kau melihat ini"
"Sasuke..."
Sebuah lamunan itu akhirnya tersadar. "Sayang... Ada telfon, aku mohon angkatlah sebentar, kurama tidak bisa ku tinggal" sepasang suami istri itu terlihat sangat romantis, namun tidak bagi sang suami, matanya terbelalak kaget tatkala telinganya mendengar sauara yang sebenarnya amat ia rindukan-Sasuke-
"Naruto! Naruto! I-ini sasuke! Kau tinggal dimana? Cepat beritahu aku!" suara di sebrang sana terlihat sangat tergesa-gesa, tak sabar ingin mendengar suara dari lawan bicaranya. Namun, bukan suara dari Naruto yang ia dengar.
"Telfon dari siapa sayang?"
"Naruto... Apakah kau mengingkari janji kita?" Sasuke tak kuasa menahan hatiku, hatinya sakit, ada seorang wanita di sebrang sana yang memanggil kekasihnya dengan sangat mesra. "cepat Naruto! Jawab aku!"
"Hanya orang salah sambung sayang, bagaimana dengan kurama? Apa anak kita sudah tidur?" Naruto memang sengaja untuk tidak menutup telfonnya, hanya sekedar memberitahukan dengan cara yang tidak langsung bahwa ia telah menikah dan bahagia, melebihi Sasuke.
"GAH!"
Hati Sasuke panas kembali, ia tak mengerti, kenapa Naruto seperti ini, pertemuan yang tak ada artinya sama sekali, jika Naruto melanggar janjinya, lantas untuk apa ia bekerja sekeras ini? Bahkan Naruto sudah memiliki anak? Tidak bisa di percaya. Orang yang selama ini membuatnya berdiri, membuatnya memiliki tujuan hidup, meninggalkannya tanpa sedikitpun berita.
"NARUTOOOOO!" dan seketika itu juga, Sasuke pingsan lagi, telfon yang sedari tadi ia genggam tergelantung di atas lantai. Dan Narutopun menutup telfonnya. Tidak peduli pada seseorang yang ada seberang sana.
TBC
Spoiler for next chapter
"Bukankah sudah ku bilang! Aku membencimu Uciha Sasuke!"
"Akan ku lakukan apapun nek, asal jangan kau sakiti Sasuke"
"Aku akan melanjutkan hidup, walaupun tanpamu, Namikaze Naruto"
"Aku sudah menghapus semua tentangmu, kisah kita, dan semua janji-janji palsumu"
"Dokter! Tolonglah dia! Aku mohon!"
Hiyaaaak! Mungkin ini Cuma tusyut! Saki gatau harus ngomong gimana yah, akhir kata, terima kasih udah baca fanfic ini. Maaf jika ide terlalu mainstream, yah.. ini lah yang bisa saya sumbang untuk FFn. Semua kekurangan tak lepas dari saya, jadi di mohon untuk menuliskan berbagai kekurangan dan keluhan anda di kotak riview yang telah di sediakan. Sangkyu^^
