Pairing : KaiSoo & HanSoo
Cast : EXO Members
Genre : Romance & Drama
Warning : YAOI, Typo, AU, a little bit Comedy
.
By HopeIce
.
.
- Perfect Catwalk -
.
Beruntung, mungkin definisi tepat untuk seorang Do Kyungsoo akhir-akhir ini. Pria berusia dua puluh dua tahun ini tengah berjalan dengan langkah yakin sambil menatap deretan toko-toko bermerk dunia di dalam Seoul Departemen Store. Suara ketukan sepatu hitam dengan logo brand Louis Vuitton terdengar menghentak pada lantai. Cukup terlihat mewah meski sebenarnya sepatu keluaran 2014 itu baru Ia bisa beli dari teman yang menawarkan dengan harga bersahabat bagi kantungnya.
Kyungsoo, memang bukan seorang kaum jetset ataupun pria metroseksual yang gila akan brand-brand mahal. Ia hanya seorang pegawai yang bekerja pada sebuah perusahaan fashion Korea, Ice Mode. Sebagai lulusan dari sekolah mode dua tahun yang lalu. Ia ditempatkan menjadi staf pada divisi design yang bertugas membantu designer utama Ice Mode dalam mengeluarkan fashion terbaru.
Untuk itulah alasan Kyungsoo menghabiskan waktu pulang kerjanya dengan mengelilingi mall-mall Korea, lalu masuk dari satu toko ke toko lain. Ya, sebenarnya hanya untuk melihat keluaran terbaru dari merk-merk terkenal dan itu sangat menyenangkan untuk Kyungsoo. Ia selalu suka melihat deretan toko-toko dengan brand yang terkenal dunia, seperti Burberry, Hermes, Gucci, Prada, Versace dll. Mengagumi arsitektur toko yang dibuat mewah dan eksklusif. Warna-warna natural dengan pencahayaan yang tepat sehingga menambah kesan mahal. Para pegawai yang berpakaian rapi lengkap dengan setelan blazer.
Seperti kali ini, Kyungsoo baru saja keluar dari toko Prada setelah membaca artikel bahwa rancangan musim panas mereka baru saja akan dipasarkan di Korea. Beberapa gaun v-neck dengan warna-warna lembut dan tunik -blouse panjang tanpa potongan pinggang- yang tengah menjadi incaran. Kini, ia berhenti dan memesan segelas americano di kafe yang terletak di bagian luar mall. Ia memilih duduk di salah satu bangku yang menghadap langsung ke jalanan Seoul.
Menyenangkan, sambil melihat langit yang berwarna jingga. Efek dari matahari terbenam lalu hembusan angin sore yang lembut. Rambut hitamnya sedikit terkena efek angin tapi Kyungsoo tidak memperdulikannya. Ia justru menyukai, ya, seakan dengan cara ini Ia bisa menciptakan sebuah ide di atas buku jurnalnya. Benar saja, kali ini bahkan Ia terlihat bersemangat menggoreskan pensil runcingnya di atas kertas polos. Gaun selutut dengan bagian lengan terbuka menjadi idenya sore ini. Ia tersenyum sambil meneguk sisa kopi dengan efek pahit kesukaannya.
Ponselnya berdering membuat Kyungsoo mengeluarkannya dari dalam tas kulit keluaran Timberland miliknya. Ia menghela nafas panjang begitu melihat id caller dari layar ponsel.
"Ya, Tuan Byun." Sapa Kyungsoo pada sang penelpon. Percakapan itu memang singkat tapi sanggup membuat raut wajah putih Kyungsoo dan juga bibir berbentuk hati itu mendadak kaku. Ia segera menutup ponselnya setelah pembicaraan berakhir dan segera beranjak dari tempat duduknya. Ia menaruh beberapa lembar won dan segera berlari menuju tempat pemberhentian taksi. Para pelayan di sana seperti sudah hapal dengan kelakuan Kyungsoo hanya bisa menggelengkan kepala sambil mengambil lembaran won yang jumlahnya bahkan bisa membeli tiga gelas americano.
000000000
Bandara Gimpo, cukup ramai sore ini. Mungkin pengaruh dari mendekati liburan musim panas membuat warga Korea memilih untuk berlibur. Terminal kedatangan nampak juga dipenuhi para tamu yang sedang menunggu keluarga mereka. Banner sebagai ucapan selamat datang terlihat berwarna-warni. Seorang pria yang juga baru keluar dari pintu kedatangan tersenyum melihat atmosfir tersebut. Ia melangkah begitu saja sambil menyeret dua koper Elle hitam miliknya. Ia tersentak kaget ketika seorang pria berkemeja hitam mendekatinya dan membungkuk hormat.
"Selamat datang, tuan muda Xi." Ucap pria itu, sementara pria yang dipanggil tuan Xi tertawa kecil. Ia melepaskan kacamata berframe hitam dan menaruhnya dibalik saku black suit yang dikenakan.
Pria dua puluh lima tahun dengan wajah tampan dan rambut pirang itu memberikan kopernya dan berjalan mengikuti dari belakang. Sebuah mercedez abu-abu sudah terparkir dan terlihat seorang supir sudah membukakan pintu untuknya. Ia segera masuk dan menyandarkan kepalanya pada jok mobil sementara sang supir dan pengawal tadi duduk di bangku depan.
"Apa perjalanan anda menyenangkan, tuan muda?" Tanya supir itu sambil memutar stirnya untuk melajukan mobil keluar dari halaman bandara.
"Tidak terlalu melelahkan dibanding kenyataan bahwa aku harus meninggalkan Beijing dan kembali ke Korea." Ucapnya menanggapi pertanyaan supir dan kembali membuang nafas panjang sambil menatap jalanan yang cukup ramai dengan kendaraan.
"Ada yang ingin nyonya katakan untuk anda, tuan muda. Tuan muda Kim juga diperintahkan untuk kembali ke Korea." Kini pengawal itu yang menjawab sambil memeriksa tablet pcnya.
"Aku sudah menduga. Aku bisa menebak ini ada kaitannya dengan perusahaan. Aku benci mengatakan ini. Sejujurnya aku tidak pernah tertarik, ditambah aku harus bersitegang lagi dengan bocah itu." Entah ini sudah helaan nafas keberapa yang jelas Ia kini memilih untuk memejamkan matanya. Sementara supir dan pengawal hanya bisa tersenyum singkat.
Perjalanan sekitar dua puluh menit, akhirnya mobil itu sudah berada di halaman rumah mewah. Sang supir membuka pintu mobil sementara sang pengawal membawa masuk koper milik tuan muda mereka.
"Luhan!" Teriak seorang wanita yang mengenakan setelan blouse berwarna putih dan flat shoes berwarna senada. Suaranya yang cukup nyaring membuat Luhan -sang tuan muda- menoleh begitu keluar dari dalam mobil. Ia juga segera berlari menghampiri dan memeluk wanita itu. Xi Liyin, nama dari wanita itu. Wanita yang sudah menginjak usia empat puluh lima tahun. Namun, masih tetap enerjik dan cantik dengan mata teduh, tubuh ramping, wajah putih dan rambut hitam terurai. Ia bahkan tidak terlihat mengalami hal yang dinamakan penuaan.
"Apa kabarnya, Mom?" Ucap Luhan masih dalam keadaan memeluk dan menikmati belaian halus di punggungnya.
"Aku merindukanmu, anakku. Sekarang kau bahkan lebih tampan dibanding tiga tahun lalu. Seharusnya aku memanggilmu sejak dulu, mungkin aku bisa mengenalkanmu dengan anak dari rekan kerjaku." Liyin melepaskan pelukannya dan memberikan senyuman meledek kepada Luhan. Luhan hanya membalas dengan mendengus sambil menarik lengan sang Ibu untuk masuk ke dalam rumah.
"Aku serius, Luhan." Liyin melipat kedua tangannya ketika mereka berdua sudah duduk di atas sofa ruang keluarga. Beberapa maid terlihat sibuk dengan menyiapkan makanan kecil dan teh di atas meja.
"Mom, hentikan! Atau aku akan kembali lagi ke Beijing." Kali ini Luhan menjawab jengkel dengan kebiasaan sang Ibu yang selalu saja merekomendasikan seseorang kepadanya.
"Aku bercanda, anakku yang tampan. Beristirahatlah. Besok setelah adikmu itu kembali dari Jepang. Aku ingin berbicara dengan kalian berdua. Ini serius dan aku butuh kalian berdua saat ini." Liyin mengecup kening Luhan dan meninggalkan Luhan yang masih bermalas-malasan di atas sofa. Ia bahkan langsung melepas sepatu dan black suitnya di lantai. Ia mensejajarkan tubuhnya lalu kembali tertidur. Para maid yang masih berjaga di sana, tersenyum melihat kelakuan tuan muda mereka yang tampan itu.
000000
Gedung Ice Mode yang terletak di pusat kota Seoul, nampak kokoh berdiri dengan bangunan berlantai sepuluh itu. Biasanya para staf baru akan berdatangan menjelang pukul 9 – 9.30 pagi, tapi kali ini di awal senin dan jam yang baru menunjukan pukul 7 pagi, aktifitas nampak sangat sibuk. Para pekerja kebersihan yang tengah membersihkan setiap sudut gedung dengan sangat detail. Bahkan terlalu detail hingga memperhatikan bahwa tidak ada debu pada hiasan bunga palsu di lobby. Para staf yang juga sibuk merapihkan dokumen-dokumen di map penyimpanan. Bagian persediaan logistik yang kembali memeriksa susunan persediaan kain mereka dan susunan warna yang sesuai dengan urutan standar. Bagian design yang merapihkan porto folio mereka dan juga mempersiapkan design terbaru. Semua bagian nampak sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Bahkan para modelpun juga sedang melaksanakan gladi resik di atas catwalk yang sengaja di buat untuk peragaan kecil sebelum melakukan fashion show dan melaunching design baru pada media luar.
Semua staf sebenarnya berada dalam posisi yang sengaja dipaksa untuk tidak mengantuk. Seperti halnya Kyungsoo, panggilan mendadak sore kemarin dari sang atasan membuatnya juga harus melakukan hal yang sama dengan para staf. Mereka harus datang sejak jam lima pagi tadi, merapihkan semua dokumen dan mempersiapkan busana baru yang akan dipamerkan kepada sang pemilik Ice Mode, Nyonya Xi Liyin.
Ini sudah gelas kopi ketiga yang sudah diminum Kyungsoo untuk mengatasi kantuknya. Nyatanya, itu tidak berhasil karena matanya yang besar masih saja berair dan terasa berat. Kemeja panjangnya Ia biarkan digulung sampai siku untuk mempelancar pekerjaannya. Tubuhnya terasa pegal ketika diharuskan berlari dari satu ruangan kembali keruangan lagi untuk membantu sang designer utama, Byun Baekhyun. Pria dua puluh empat tahun yang sangat lincah, enerjik, detail, dan juga pemaksa. Ya, Baekhyun memang tidak segan-segan menelpon stafnya itu untuk siap kapanpun Ia panggil. Lulusan sekolah mode Perancis dan keahliannya dalam membuat design yang laku dipasaran membuatnya bahkan menjadi designer utama di Ice Mode.
Kyungsoo memang tidak sendiri, Ia juga ditemani staf-staf lain yang satu tim dengannya seperti Huang Zitao, pria keturunan cina yang seumuran dengan Kyungsoo. Zitao lebih bisa bertindak tegas untuk itu Ia yang memegang kendali untuk para model yang akan Baekhyun gunakan. Zitao tidak akan segan-segan memarahi atau bahkan mendepak model-model itu jika mendapati mereka bertambah gemuk ataupun tidak disiplin. Lalu Park Chanyeol, pria yang seumuran dengan Baekhyun dengan tubuh menjulang, ya hampir mendekati angka 190cm. Ia menjadi asisten utama Baekhyun karena kemampuannya untuk membantu Baekhyun dalam mengkoreksi atau bahkan memberikan ide untuk design terbaru. Kim Minseok, staf senior dan termasuk dalam list orang yang dihormati oleh Baekhyun. Ia yang memegang kendali atas pengawasan terhadap pembuatan design Baekhyun. Dan terakhir Oh Sehun, pria termuda di tim Baekhyun. Usianya baru dua puluh satu tahun dan tugasnya membantu Kyungsoo. Ia juga bertugas mengupdate keluaran terbaru dari brand lain dan memberikan informasi kepada Baekhyun.
Kyungsoo yang kini sedang bergelut dengan dokumen-dokumen mengambil jeda sejenak untuk berhenti. Ia menyandarkan tubuhnya pada tembok dan memukulkan tangannya pada pundaknya untuk mengurangi rasa sakit pada bahunya. Ia seakan baru bersandar sekitar dua puluh detik dan kembali harus berlari ketika mendengar suara teriakan Baekhyun dari ruangan sebelah.
"Apa yang kau lakukan pada baju ini, Naeun." Suara Baekhyun melengking dua oktaf dari biasanya. Ia tengah mengayun-ayunkan baju berwarna hijau muda itu kepada wanita yang ternyata adalah modelnya itu. Ia terlihat sangat marah bahkan wajahnya memerah. Jika saja efek asap itu nyata. Mungkin itu akan terjadi pada Baekhyun. Semua tahu bahwa sang designer utama tengah sangat marah. Para staf dan model lain hanya bisa memandang takut.
"Kau lihat! Bagian punggungnya robek hingga lima centimeter dan ini membuat jahitan di sekitarnya hancur dan manik berkilaunya juga berantakan. Kau tahu ini akan dipamerkan di depan Nyonya Liyin dan putranya. Ahhhh… Kau membuatku gila, Naeun." Teriak Baekhyun semakin frustasi. Ia mengusap-usap rambut cokelatnya hingga berantakan.
"Maafkan aku. Aku tidak sengaja tuan Byun. Tiba-tiba baju itu tersangkut ketika aku sedang mengambil sepatu. Apa itu tidak bisa diperbaiki?" Tanya Naeun dengan suara takut. Sungguh Ia tidak sengaja dan Ia sangat khawatir jika Baekhyun marah lalu mengeluarkan dirinya dari model tetapnya. Sungguh rekomendasi dari Baekhyun dan Ice Mode adalah jalan masuk untuk dirinya menjadi model terkenal.
"Kau ini." Kali ini Baekhyun mendekat dan hampir saja ingin memukul lengan Naeun jika tubuhnya tidak ditarik oleh Chanyeol dan Zitao.
"Sudah. Kita bisa memperbaiki baju ini bukan?" Chanyeol berusaha menenangkan sambil masih memegang lengan Baekhyun agar tidak menyerang Naeun. Baekhyun melirik kesal dan melepas genggaman tangan Zitao dan Chanyeol. Ia berbalik dan berhadapan dengan kedua stafnya itu.
"Aku membuat itu selama 3 hari lalu sekarang hancur. Kau tahu jika satu bagian itu rusak maka semua bagian juga akan rusak. Jadi baju itu tidak akan bisa diperbaiki dalam waktu dua jam, Park Chanyeol." Baekhyun kembali meradang dan memandang Chanyeol dengan marah. Chanyeol hanya bisa menunduk maaf, lalu seketika itu Baekhyun menghela nafas panjang dan memilih duduk pada salah satu bangku yang berada di sana.
Baekhyun memperhatikan seluruh stafnya yang juga menunduk takut kepadanya. Ia menatap sebuah porto folio berwarna hitam yang dipegang oleh Sehun yang berada tak jauh di belakang Chanyeol.
"Apa itu sebuah design, Sehun?" Tanya Baekhyun sedikit berharap dan Ia mendekat kearah Sehun ketika Sehun merespon dengan mengangguk.
Baekhyun segera menarik dari tangan Sehun dan melihat isinya. Sebuah design yang masih kasar. Gaun selutut dengan bagian lengan yang terbuka sampai setengah siku. Ia memperhatikan dengan detail dan sebuah senyum terkembang. Wajahnya juga kini berubah tidak lagi memerah menahan amarah.
"Ini punyamu?" Baekhyun bertanya lagi.
"Bukan. Itu punya Kyungsoo. Tadi aku sedang melihat dan lupa ku taruh lagi karena tadi langsung mendengar teriakan anda, tuan Byun." Sehun menjelaskan masih dengan nada takut dan tidak berani menatap Baekhyun.
Baekhyun kembali lagi tersenyum dan mendekat kearah Chanyeol. Ia memberikan porto folio itu kepada Chanyeol. Chanyeol juga memperhatikan dan ikut tersenyum.
"Kau jenius, Kyungsoo. Aku akan memakai designmu ini. Aku dan Chanyeol juga akan menambahkan beberapa hiasan tambahan. Gaun ini akan ku buat terlihat bagus." Ucap Baekhyun sangat bersemangat. Ia melangkah keluar dari ruangan diikuti oleh Chanyeol dan juga Minseok. Ya, Baekhyun sangat membutuhkan bantuan Minseok untuk membuat gaun dadakannya itu.
Sepeninggalan Baekhyun, ruangan backstage kembali normal. Para staf kembali pada tugasnya masing-masing. Zitao kembali menggiring model-modelnya dan bersiap untuk menyidang Naeun. Kyungsoo dan Sehun pun akhirnya kembali ke ruangan di sebelahnya untuk membereskan kembali dokumen-dokumen lainnya.
"Haruskah aku berterima kasih padamu, Sehun?" Kyungsoo yang sedang menaruh map biru di lemari melirik Sehun yang juga sedang menata dokumen.
"Cukup dengan mentraktirku malam ini." Jawab Sehun dengan tersenyum dan Kyungsoo membalas dengan dua jempol pertanda setuju.
"Aku harap, tuan pemarah Byun berhasil mewujudkan rancangan itu menjadi gaun yang cantik." Kyungsoo berkata sambil terus tersenyum membayangkan hasil karyanya menjadi salah satu gaun yang akan dipamerkan nanti, meskipun hanya kepada sang pemilik perusahaan. Bagaikan suatu kekuatan magis, kegembiraan itu melenyapkan seluruh rasa kantuk dan pegal di tubuhnya. Ia bahkan lebih bersemangat dan terkadang sambil bersenandung kecil. Sehun yang berada di sebelahnya juga ikut tertawa melihat kelakuan rekannya itu.
0000000
Liyin tak pernah habis pikir melihat kelakuan putra kandungnya itu setelah semalaman tidur di sofa tamu dan baru berpindah ke kamar pribadinya di lantai dua setelah Ia menjewer telinga putranya itu. Sekarang, jam sudah menunjukan pukul 9.30 pagi. Luhan masih bergelung di dalam selimutnya dengan masih mengenakan pakaian semalam. Liyin sepertinya harus kembali mengeluarkan kekuatan ekstranya lagi.
"Luhan, bangun! Kita akan ke kantor hari ini." Teriak Liyin yang sebenarnya bagi Luhan mungkin hanya sebuah nyanyian tidur karena Luhan bahkan tidak menunjukan pergerakan sama sekali.
"Luhan!" Teriak Liyin lagi. Para maid yang ada disanapun membantu dengan menggeser tirai serta membuka pintu balkon agar cahaya matahari bisa langsung mengenai Luhan. Nyatanya, Luhan hanya bergerak malas dan kembali merapatkan selimutnya lagi. Liyin menghela nafas panjang dan mengambil sebuah kemoceng yang saat itu tengah dipegang salah satu maid untuk membersihkan kamar Luhan.
Liyin menggunakan kemoceng itu dan mendekatkan ke wajah Luhan. Sebagai Ibu, tentu saja Liyin tahu kalau Luhan tidak pernah bisa bersahabat dengan debu dan Ia akan bersin-bersin hebat. Butuh waktu sekitar lima detik dan efeknya berhasil. Suara bersin Luhan langsung bergema di kamarnya. Tubuhnya mendadak bangun dan matanya terbuka. Tangannya digunakan untuk menutup hidungnya yang masih terus bersin. Wajahnyapun berubah merah hingga kedua telinganya sementara Liyin hanya tertawa sambil berkacak pinggang.
"Pagi, tuan muda Xi." Sapa Liyin dengan nada menyindir.
"Mom, kau… ja..hat..sekali." Ucapan Luhan terputus-putus karena harus menahan gatal dan bersin pada hidungnya. Sungguh Luhan sangat malu, apalagi ada tiga maid yang berada di kamarnya.
"Aku sudah membangunkanmu dengan cara terhormat tuan muda Xi. Namun, kau tidak bisa menggunakan cara itu. Jadi, Mom pakai cara yang lain. Sebaiknya kau cepat bangun dan bergegas Luhan karena kita akan ke Ice Mode jam 10 nanti. Mom, tunggu di bawah." Perintah Liyin dan langsung meninggalkan Luhan yang baru saja berniat mengajukan protesnya. Luhan mendengus kesal karena paginya yang kacau ini. Ia menyandarkan tubuhnya pada pinggiran kasur.
"Tuan muda, sebaiknya bergegas karena jam sepuluh itu berarti lima belas menit dari sekarang." Ucapan salah satu maid yang tengah membereskan kamar Luhan membuat Luhan kembali ke alam sadar. Luhan segera menatap horor jam dindingnya itu dan segera berlari menuju kamar mandi dengan membanting pintu.
"Mom, aku mencintaimu dan juga membencimu." Teriak Luhan dengan nada kesal dari dalam kamar mandi membuat para maid itupun kembali tertawa.
-the other side-
Seorang pria dua puluh satu tahun baru saja turun dari salah satu pesawat yang bertuliskan Japan Airlines. Ia mengenakan Pollo t-shirt berwarna biru yang dipadukan dengan black suit yang sengaja tidak dikancingkan lalu jeans serta sepatu Saint Lauren. Tubuhnya dengan postur tegap dan kulit agak gelap memberi kesan berkarisma pada dirinya. Ia melangkahkan dengan santai tanpa memperdulikan beberapa penumpang wanita yang sengaja berhenti untuk melirik kagum. Beruntung Ia masih menggenakan kacamata hitamnya. Ia terus melangkah dengan terkadang memberi senyuman miring. Ia terdiam ketika seorang pria berpakaian kemeja hitam mendekat dan membungkuk.
"Selamat datang, tuan muda Kim." Ucap pengawal itu dan berniat untuk mengambil koper milik tuan mudanya. Pria itu memberikan dan mengikuti hingga parkiran bandara. Ketika pintu mobil sudah dibukakan. Pria bernama Kim itu mundur dan merespon dingin.
"Antarkan saja koper itu ke rumah dan berikan aku alamat kantornya. Aku akan pergi sendiri kesana." Perintahnya dan membuat sang pengawal kebingungan.
"Berhentilah memperlakukanku seperti anak kecil." Kini merasa tak direspon oleh sang pengawal. Pria itu berteriak kesal dan berjalan menuju pemberhentian taksi. Baru saja, pengawal itu ingin mengejar tapi sang supir sudah terlebih dahulu menahannya dan memberikan penjelasan.
"Biarkan. Tuan muda Kim akan datang sendiri kesana. Lebih baik kita pulang saja." Ucap sang supir dan langsung masuk ke kursi pengemudi sementara sang pengawal masih memandangi tuan muda Kim yang masih berdiri di tempat taksi. Begitu Ia masuk ke dalam taksi dan meninggalkan bandara barulah sang pengawal akhirnya juga memilih untuk masuk ke dalam mobil.
0000000
Liyin dan Luhan baru saja tiba di depan pintu masuk Ice Mode. Para kepala divisi serta designer sudah berkumpul di lobby untuk menyambut sang pemilik. Begitu Liyin terlihat, mereka kompak langsung membungkuk hormat dan Baekhyun menghampiri Liyin sambil memberikan satu bucket bunga.
"Kau terlihat sangat cantik, Nyonya Xi." Ucap Baekhyun sambil berjalan berdampingan dengan Liyin. Liyin membalas dengan tersenyum.
"Aku menunggu designmu, tuan Byun." Goda Liyin begitu memasuki lift untuk menuju lantai lima tempat peragaan akan berlangsung nanti.
"Yang terbaik selalu untuk anda, Nyonya Xi.." Baekhyun membungkuk dan memberikan tatapan yakin kepada Liyin. Sementara Luhan yang hanya mengekor di belakang Liyin sudah menunjukkan tanda-tanda jengah merasakan atmosfir Ice Mode.
Mereka tiba disebuah hall di lantai lima. Bangku-bangku yang sudah ditata sedemikian rupa. Para kepala divisi dan designer lain sudah duduk di tempatnya sementara Liyin dan Luhan berada di bangku terdepan.
Baekhyun menaiki panggung dan memberikan sambutan serta penjelasan tentang tema yang Ia ambil untuk designnya kali ini, Summer Soul. Liyin kembali tersenyum melihat Baekhyun yang sangat percaya diri dan ketika itu terjadi maka Liyin yakin penjualan kali inipun akan meningkat. Baekhyun mengakhiri sambutannya dan turun dari panggung. Ia segera duduk pada bangku yang tepat di samping Liyin. Lampu sekitar ruangan mulai bermain dengan warna-warna dan musikpun sudah mulai terdengar.
Satu-persatu para model muncul dari balik sekat dan berjalan di atas catwalk. Di awal adalah pakaian santai yang bisa dikenakan pada musim panas berupa tunic warna lembut dan baju dengan v-neck yang cukup runcing serta bagian bawah yang melebar. Dipadukan dengan short pants selutut dan high heels. Selanjutnya pakaian pria dengan kemeja sebatas siku ditambah dengan celana selutut dan sneaker. Ada beberapa suit yang sengaja tidak di kancingkan yang memberi kesan cool.
Setelah beberapa pakaian santai, para model kembali ke balik sekat dan musik kembali berubah dengan suasana yang lebih sendu. Kali ini para model kembali muncul dengan menggunakan gaun malam dan model pria yang menggenakan setelan blazer. Liyin berulang kali berdecak kagum dengan keahlian designer andalannya itu. Model pakaian yang tidak terlalu rumit tapi masih terlihat elegan dan tidak murahan. Sementara Luhan beberapa kali terlihat menguap dan merentangkan kedua tangannya. Ia hanya menikmati musik yang singgah di telingannya itu. Ia bahkan tidak peduli pada salah satu model yang entah sengaja atau tidak. Model itu sengaja melebarkan belahan pada gaun malamnya. Luhan hanya mendecih.
Ketika semua model berbaris di atas catwalk maka Baekhyun pun ikut naik ke atas dan berdiri di tengah-tengah para model sambil membungkuk hormat. Liyin dan semua staf ikut berdiri dan bertepuk tangan. Ya, tentu saja, Luhan menjadi orang dengan respon terlambat. Ia yang terakhir berdiri setelah Liyin sengaja menginjak bagian sepatu Luhan dengan high heels keluaran Marc Jacob.
Para model kembali ke belakang, kepala divisi dan para designer lain juga keluar dari hall. Kini tinggal Liyin, Luhan, Baekhyun dan para anggota timnya yang masih berada di dalam.
"Aku akan melihat porto foliomu dan berdiskusi dengan timku untuk menyeleksi pakaian mana saja yang akan keluar minggu depan. Sejujurnya, aku sangat kagum dengan seluruh rancanganmu itu, tuan Byun. Terima kasih atas semua ide brilianmu." Ucap Liyin sambil memeluk Baekhyun.
"Ah, aku ingin memperkenalkan putraku. Xi Luhan. Ia baru saja pulang dari Cina dan Ia akan menjadi salah satu anggota timku. Aku akan memperkenalkan secara resmi nanti saat lauching design musim panas." Liyin menarik Luhan agar berdiri di sampingnya. Luhan hanya tersenyum singkat dan membungkuk seperlunya. Sungguh Luhan tidak ingin berlama-lama di tempat ini dan sayangnya Liyin mengetahui itu dan dengan jemari cantiknya. Liyin mencubit pinggang Luhan dari belakang membuat Luhan terkejut. Hampir saja Luhan berteriak tapi beruntung Ia bisa menahannya dan membuatnya tersenyum lebih lebar lagi. Baik Baekhyun dan para timnya juga ikut membalas dengan membungkuk.
"Aku suka gaun biru muda dengan tangan terbuka itu. Apa konsepnya, Baekhyun?" Tanya Liyin lagi ketika Ia teringat akan salah satu gaun malam yang ditampilkan Baekhyun tadi. Baekhyun tersenyum puas melihat respon dari sang pemilik.
"Sebetulnya, rancangan kasarnya itu milik stafku. Namanya Do Kyungsoo. Aku dan Chanyeol hanya menambahkan beberapa detail saja." Penjelasan Baekhyun membuat Kyungsoo yang sedari tadi diam mendadak terkejut. Apalagi saat Baekhyun menariknya dan mendorongnya agar berhadapan dengan Liyin. Kyungsoo panik luar biasa dan hanya bisa menundukkan kepalanya.
"Apa aku menyeramkan sehingga kau tidak berani melihatku?" Pertanyaan Liyin yang spontan membuat Kyungsoo mendelik dan menggeleng kencang. Ia ingin sekali menjawab tapi lidahnya terasa amat kaku berhadapan dengan Liyin.
"Kau pintar memilih anggota timmu. Jadi tuan Do. Apa konsep tentang gaunmu itu? Itu terlihat sangat anggun dan memberikan kesan cantik bagi yang memakainya. Bahkan Naeun, bisa terlihat seperti wanita polos yang lembut." Goda Liyin lagi membuat Kyungsoo memerah. Kyungsoo begitu bahagia dengan pujian atas rancangannya itu. Sepenuhnya memang bukan hasil karyanya tapi ini sudah membuat dirinya melayang tinggi. Ini adalah benar-benar keberuntungan untuk Kyungsoo.
Kyungsoo terdiam sejenak dan memberanikan diri menatap Liyin. Ia sedikit ragu tapi akhirnya Ia menarik nafas dalam. "Aku hanya memikirkan Anne Hathaway saat menggambar gaun itu."
Sungguh ucapan jujur nan polos dari Kyungsoo membuat semua orang tertawa. Bahkan Luhan yang sedari tadi tidak pernah fokus. Kini, Ia yang tertawa paling kencang membuat Liyin memberikan tatapan yang seakan menyuruhnya berhenti tertawa. Otomatis Luhan langsung terdiam.
"Maaf, Nyonya Xi. Anak ini memang selalu asal bicara." Kini Baekhyun menambahkan dan membuat Kyungsoo mendelik tidak setuju.
"Tidak apa-apa. Dia cukup lucu." Gurau Liyin dan berusaha mencairkan suasana.
"Membosankan." Tiba-tiba saja sebuah suara terdengar dengan artikulasi berat dan jelas. Sehingga semua orang mendengar kata yang diucapkan itu. Mereka menoleh ke arah sumber suara dan menatap terkejut. Seorang pria yang tengah berdiri sambil menyilangkan tangan di dadanya. Liyin dan Luhan tentu saja tahu siapa pria itu dan Luhan berjalan mendekat.
"Jongin, Sejak kapan kau tiba?" Tanya Luhan dengan nada tajam sambil menyelipkan tangan di saku celana panjangnya. Pria itu tidak menghiraukan pertanyaan Luhan dan segera berjalan mendekat ke arah Liyin. Ya, pria bernama Jongin memeluk Liyin dengan erat.
"Aku merindukanmu, Mom." Ucap Jongin singkat dan segera melepas pelukannya ketika Ia menyadari Liyin akan membalas pelukannya. Jongin membalikkan badannya mengarah ke Baekhyun dan anggota timnya.
"Rancangan tadi terlalu sederhana. Jika kalian ingin menguasai musim panas maka seharusnya kalian berpikir secara liar bukan malah berkutat dengan ide-ide yang membosankan bahkan mereka yang berada ditingkat dasar sekolah modepun bisa membuat design seperti itu. Satu lagi, untukmu. Anne Hathaway itu tidak sepolos yang kau pikirkan. Bodoh." Ucap Jongin acuh tanpa peduli akan ekspresi kaget bagi semua anggota tim Baekhyun.
"Apa yang kau katakan, Jongin?" Liyin menarik Jongin keluar dari dalam ruangan dan diikuti oleh Luhan. Luhan sempat membungkukkan tubuhnya dan mengucapkan permintaan maaf kepada Baekhyun dan timnya.
Baekhyun merasa bahwa anggota timnya yang masih berada dalam keadaan shock segera berteriak menyemangati dan segera mengiring timnya keluar dari dalam ruangan. "Sudahlah, sudah saatnya kita makan siang."
"Yang tadi itu siapa? Dia kasar sekali." Tanya Sehun kepada Baekhyun sambil merangkul dan mengusap pundak Kyungsoo. Sepertinya ucapan itu sangat membekas bagi Kyungsoo.
"Kim Jongin, pewaris Ice Mode. Tuan Kim memiliki seorang anak dari istrinya yang sudah tiada sebelum akhirnya menikah dengan Nyonya Xi Liyin yang saat itu juga telah memiliki anak. Setelah tuan Kim meninggal, Jongin meminta Liyin dan Luhan tidak memakai nama keluarga Kim. Untuk itulah, Liyin dan Luhan tetap memakai marga Xi." Ucap Baekhyun dan sanggup membuat horor semua anggota timnya terutama Kyungsoo.
Kyungsoo memang memilih diam tapi jauh dilubuk hatinya. Ia ingin sekali mematahkan leher pria sombong itu. Datang begitu saja dengan suara gaib penuh hinaan. Apalagi mukanya itu yang benar-benar ingin Kyungsoo celupkan ke dalam bak mandi. Enak saja, dirinya dibilang bodoh dan artis favoritnya dikatakan tidak sesuai dengan pemikirannya. Memang sih, Kyungsoo hanya mengagumi wajah dan acting sang artis itu tapi apa salahnya berpikir dia wanita yang polos. Kyungsoo memilih menghela nafas panjang, jika apa yang dikatakan Baekhyun benar tentang kenyataan pria menyebalkan itu adalah pewaris Ice Mode. Hal itu menandakan bahwa keberuntungan sepertinya akan bergerak menjauh secara perlahan dari dirinya.
000000
Sementara itu di dalam mobil baik Liyin, Luhan, dan Jongin tidak saling bicara. Liyin melirik sekilas dan mendekat ke arah Jongin yang duduk di sampingnya karena Liyin menyuruh Luhan untuk duduk di depan.
"Kau baik-baik saja selama di Jepang, Jongin?" Tanya Liyin hati-hati
"Aku baik dan jangan tanyakan apapun saat ini. Aku sudah menuruti perintahmu untuk pulang lalu aku bersikap seakan kita akrab di depan para pegawai. Jadi diamlah!" Balas Jongin dengan nada dingin tanpa mengarahkan wajahnya ke arah Liyin.
Luhan berniat untuk membalas ucapan kasar Jongin tapi Ia urungkan setelah melihat Liyin menggeleng seakan tahu apa yang akan Ia katakan. Luhan terdiam dan samar Ia juga bisa melihat bahwa ibunya itu sedang berusaha menahan air matanya yang bersiap jatuh dari sudut matanya. Luhan memilih untuk menghadap kembali ke depan dan menyandarkan tubuhnya membiarkan diam itu kembali menyelimuti.
- To Be Continued -
.
.
Note :
Hai, cerita baru lagi.
Inspirasi dari film "The Devil Wears Prada" dan kejenuhan hope saat nungguin "my lovely mom" yang doyan banget belanja. Poor my body!
Anggap aja Kyungsoo suka sama Anne Hathaway he..he.. (peace)
Enjoy
-HopeIce-
