Kuro : Haloooo~ Kuro kembali dengan penname yang berbeda~ dari KuroVoca jadi yandeReChi. Tadinya sih maunya yandeReRo, tapi gajadi karena beberapa hal :3 Oke. Penname alay? Nggak alay quught :3 /dibommassa/ biar Kuro jelasin, kenapa 'r' dari 'yandere' pake uppercase alias kapital. Itu 'r' dari kata 'kuRo'. Maunya yandeRoChi. Jelek. Akhirnya yandeReChi aja :3 Lagipula, menurut Authorjelek-san, penname ini unyu kok XD

.

.

You Love Him, Baka – a Vocaloid fanfiction

yandeReChi [KuroVoca] ©2012

Disclaimer : Crypton Future Media, Yamaha Coorporation (bener gak?._.)

Chara : Hatsune Miku

Genre : Romance

Rated : T

Pair : MikuXKaitoXMeiko

Warning : OneShot, typos maybe, leebbbaaayyy (?).

Summary : Kau mencintainya. Tapi kau tidak sadar./"Aku tidak mencintainya!"/Jangan katakan tidak! Itu malah membuatmu makin sakit.../"Aku mencintainya..."/OneShot, based on true story/Mind to RnR?

.

.

Kau tersenyum saat melihatnya berjalan mondar-mandir di depan kelas. Keluar dari kelas. Masuk lagi, menuju tempat duduknya. Berbicara sebentar dengan temannya, lalu keluar lagi. Tak lama, dia kembali masuk ke kelas.

—Tunggu. Kenapa kau tersenyum? Tingkahnya tidak aneh. Setiap hari dia seperti itu, bukan? Biasanya kau tidak tersenyum. Lagipula, dia tidak sambil bernyanyi dengan suaranya yang khas—aneh tepatnya—itu. Dia hanya berjalan. Lalu, kenapa kau tersenyum? Lagi-lagi dia melewati tempat dudukmu—

Yang kebetulan memang berada di kolom tengah dan di barisan depan—dan lagi-lagi kau tersenyum melihatnya. Berhenti tersenyum, baka. Kau akan disangka maniak yang bisa saja tiba-tiba kau menyerangnya. Kau tahu apa arti menyerang yang baru saja kukatakan, bukan? Oke, kau tidak peduli apa kataku. Baiklah. Oh, lihat. Tatapan kalian bertemu. Kau segera mengalihkan pandanganmu, membuang muka. Haha. Lihat wajahmu, Miku sayang. Merah. Kau salah tingkah, he? Baka. Memalukan. Lihat! Dengar!

Kedua teman—maksudku—sahabatmu tertawa kecil sambil menggodamu. Bahkan salah satu dari mereka mendorong pundakmu pelan. Kau menoleh menatap mereka. Lalu mereka memberitahumu sesuatu dengan nada bertanya ;

"Miku-chan. Kau suka pada Shion-kun ya?" dan seketika lagi-lagi wajahmu memerah. Baka. Bukannya mengakuinya, kau malah berkilah dan membalas perkataan mereka.

"Aku tidak menyukainya!" katamu dengan nada bersikeras.

"Oke. Tapi katakan pada kami bahwa kau mencintainya," balas Gumi—salah satu sahabatmu.

"Aku tidak mencintainya!" lagi-lagi kau berkata seperti itu. Hanya kali ini kau berkata cinta bukannya suka. Kedua sahabatmu kembali tertawa kecil. Mereka saling bertatapan dan kemudian mereka kembali menatapmu.

"Sikapmu yang memberitahukan kami, Miku-chan!" Gumi berkata dan tersenyum. Tersenyum kepadamu. Senyum menggoda. Kau kembali berkilah. Oh, Miku sayang. Kurasa Gumi benar. Kau menyukainya. Oh, bukan. Aku salah. Kau mencintainya. Kau tidak dapat menolak itu, kan?

Kau memejamkan mata beberapa detik dan membukanya kembali. Lalu dengan lirih kau berkata, "Aku tidak mau sakit lagi. Sudah cukup. Aku tidak mencintainya sama sekali,"

Kedua sahabatmu menatapmu bingung. Kau yang melihat tampang kedua sahabatmu itu hanya tersenyum pahit. Mereka—sahabat-sahabatmu—seharusnya tahu bahwa dia sudah mempunyai pacar yang bahkan lebih dewasa, lebih cantik, lebih mempesona, dan lebih tinggi. Kau memberitahukan itu kepada kedua sahabatmu. Tapi itu menurutmu. Tidak, menurut sahabatmu, pendapatmu itu salah.

"Kau lebih cantik, lebih pintar, dan lebih baik dibandingkan dengan Sakine, Miku-chan! Aku tahu itu! Sakine hanya unggul dalam hal tinggi," kata Rin—sahabatmu yang lain—menyemangatimu. Dengar? Gumi bahkan setuju dengan kata-kata Rin. Ia mengangguk membenarkan—bahkan sebelum Rin menyelesaikan kalimatnya.

Tersenyum. Kau tersenyum dan berterimakasih kepada kedua sahabatmu yang selalu menyemangatimu. Tiba-tiba kau menoleh saat mendengar suaranya. Lihat! Lihat itu! Diantara sekian banyak suara di kelas ini, kau hanya tertarik pada suaranya. Itu bukti bahwa kau mencintainya, Miku sayang...

Kedua sahabatmu bahkan sudah mulai menggodamu kembali. Kali ini kau tidak berkilah dengan beribu macam alasan. Kau hanya tersipu. Dan itu memancing tawa kedua sahabatmu. Oh, oh. Dengar, Miku sayang. Dia bernyanyi. Hei, itu lagu cinta, bukan? Kau hanya tertawa mendengarnya bernyanyi dengan suaranya yang khas—maaf. Maksudku aneh.

Kau kembali digoda. Gumi bilang dia menyanyi untukmu. Untukmu, Miku sayang. Seharusnya kau senang. Yah, kau memang tertawa mendengar perkataan Gumi. Tapi kau berkata tidak. Baka. Kau kembali melihatnya bernyanyi. Tidak hanya kau. Teman-temannya juga ikut melihatnya. Lagipula dia bernyanyi sambil memainkan gitar kecil yang dibawanya dari rumah. Oh! Lagi-lagi tatapan kalian bertemu. Kali ini kau tidak mengalihkan pandanganmu dan terlihat salah tingkah. Kau hanya tertawa riang dan memuji suaranya. Jelas sekali bahwa kau menyindirnya. Buktinya, anak-anak lain yang mendengar pujianmu itu tertawa.

Untung sekali dia bukan orang yang gampang tersindir. Dia tidak menyindirmu balik. Dia ikut tertawa dan berkata terimakasih kepadamu. Lalu dia kembali bernyanyi. Dan kau kembali memperhatikannya bernyanyi. Dengan senyuman dan... sedikit rona di pipimu. Hm. Kutegaskan sekali lagi, Miku sayang. Kau mencintainya. Buktinya rona di pipimu itu. Dan bahkan kedua sahabatmu itu dapat melihat rasa cintamu. Masih mau mengelak? Masih? Kau menggeleng?

"Sudah kubilang aku tidak mau kembali sakit. Aku lelah,"

Oh ya. Jadi kau masih ingat dengan peristiwa itu? Dimana saat sahabatmu yang sekarang adalah mantan sahabatmu meninggalkanmu—mengkhianatimu? Aku tidak peduli dengan itu. Aku hanya ingin kau berkata jujur, Miku sayang. Jangan. Jangan katakan tidak! Itu hanya akan membuatmu makin sakit. Kau membohongi dirimu sendiri, baka.

"Aku memang baka..."

Miku sayang... katakan yang sejujurnya. Kau tidak boleh membohongi dirimu lebih dari ini. Katakan bahwa kau mencintainya.

"Aku..."

Teruskanlah, aku menunggumu.

"Aku me..."

Selesaikan kalimatmu, Miku sayang. Setelah itu, kau akan merasa puas dan lega karena sudah mengatakan yang sebenarnya. Kau tahu perasaanmu. Ayo, Miku sayang.

"Aku mencintainya..." lihat. Aku benar, bukan? Kini kau tersenyum penuh kepuasan dan kelegaan. Kau kembali menatapnya. Dia sudah selesai bernyanyi. Sekarang, dia sedang asyik membicarakan sesuatu dengan temannya. Sesekali mereka tertawa. Lihat. Rambut biru tua miliknya tertimpa cahaya matahari siang yang menembus jendela kelasmu. Lihat, Miku sayang.

Dia memang tidak terlalu tampan seperti teman laki-laki sekelasmu yang lain, seperti... Leon misalnya. Tapi dia mempunyai senyuman yang manis, yang menawan hati. Senyuman yang mampu membuatmu jatuh cinta kepadanya. Bahkan kau, Miku sayang... jatuh... jatuh... jatuh terlalu dalam.

Bel berdering, tanda waktu istirahat telah usai. Teman-teman sekelasmu buru-buru kembali ke tempat duduk mereka masing-masing. Kau hanya tinggal memutar tubuhmu. Tersenyum penuh... cinta? Oke, kau bisa disangka gila karenanya, Miku sayang. Berhenti tersenyum. Pelajaran akan dimulai. Kiyoteru-sensei sudah masuk ke kelas. Kau boleh tersenyum di saat tertentu, oke?

"Shion... Kaito. Daisuki desu, Shion-kun." gumammu dalam hati, "tidak peduli kau sudah mempunyai Sakine atau belum. Aku akan tetap mencintaimu walaupun seluruh dunia membencimu..." lanjutmu. Kau menghapus senyum jatuh cintamu, menggantinya dengan senyum khasmu, dan berdiri memberi salam untuk sang sensei—seperti yang lainnya.

.

.

Owari.

Jeez. Arigatou gozaimasu yang udah mau ngebuang waktunya buat baca fic Kuro T^T)9

A/N : Sedikit pemberitahuan, minna-san. Ini true story. Ceritanya Kuro. Aih. Emang menyakitkan dikhianati dan mencintai orang yang jelas-jelas udah punya pacar. Jeezzz. –eaa–

A/N (2) : Fic ini nggak sepenuhnya nyata. Sumpe deh! /plak/ yang nggak nyata itu cuman warna rambut dia- Ya, ya. Mana ada sih rambut biru di Indonesia tercinta ini? Ada mungkin. Tapi nggak real— sama waktu dia nyanyi lagu cinta pake gitar kecil. Aslinya sih nyanyi lagu keroncong (?) sambil teriak-teriakkan ngelilingin kelas. Sarap emang tuh anak. Dasar. Lagian ini fic cuman sekedar curcolnya Kuro. Oh iya, yang disensor itu nama aslinya si dia.

A/N (3) : Rencananya Kuro pengen buat sequel cerita ini, tentang Miku yang dikhianati sahabatnya. Oke, reader pasti tau kan kenapa. Kalo bacanya menghayati-teliti sih pasti kedapetan bagian itunya. Oke, maksud Kuro bukan itu semeukerateM, bukan. Yah, Kuro juga susah nih ngejelasinnya.

A/N (3) : Oh ya, ada yang bingung 'aku' disini siapa? Kuro sendiri bingung. Kayaknya sih kata hatinya Miku. Tapi, terserah readers sekalian deh mau nganggep 'aku' itu siapa. Yang baca cerita ini toh kalian ini /digigit/. Jangan lupa membudidayakan budaya me-review setelah membaca, oke? Ditunggu reviewnya. No spam-flame please. Jangan bikin Kuro , oke? –apaansih-. Don't be a silent reader kalo baca fic ini pake PC dan kalo punya pulsa. Sekali lagi, jangan bikin Kuro .

Gomen ne, A/N-nya kepanjangan m(_ _ll)m

.

.

Isi kotak dibawah ini dengan review anda?