© crownacre, 2016

HE CHANGED MY WORLD

Park Jimin dan Min Yoongi fanfiction

Romance | M rated | Chaptered

everything in the story is mine except the cast
don't like one or all of the story? don't read.

Bagi Jimin tidak ada yang lebih menarik daripada perempuan dengan bibir penuh godaan, wajah dengan garis mengagumkan, tubuh molek menggoda, dan apapun yang pantas mendapat pujian dengan tatapan memuja. Ia begitu mengagumi keindahan ciptaan Tuhan yang dengan tulus membuat pemandangan semenarik itu.

Hingga suatu hari ia datang ke kedai langganannya dan menemukan seorang pelayan dengan seragam normal kedai itu namun berpotongan rambut pendek membelakanginya, tengah menyerahkan pesanan orang ke meja. Jimin berdecak kagum pada kaki putih mulus yang kecil dan terlihat begitu menarik, ia bersiul lirih sambil menyenggol lengan sahabatnya Taehyung dengan mata menyala seperti serigala kelaparan. Jimin penasaran bagaimana wajah gadis pemilik kaki begitu menarik dan pinggang kecil yang terlihat pas dalam genggaman tangannya, Jimin tidak bisa berhenti berpikir kotor meski rambut pelayan itu begitu pendek seperti laki-laki—pasti orang itu tomboy. Jimin mencoba mencari tempat terdekat dengan kasir dan berharap bisa melihat wajah si gadis menarik itu, sialnya ia hanya terus mendapati punggung sedaritadi.

Ia memanggil pelayan, berharap orang itu yang akan datang. Tapi nasib tidak sedang baik padanya, justru seorang pelayan dengan rambut panjang dan mata bulan sabit yang menghampirinya. Sama-sama menarik, hanya saja yang Jimin inginkan adalah si gadis tomboy dengan kaki mulus yang menarik hatinya sejak awal masuk.

Jimin berbisik, mengatakan pada sang pelayan untuk memanggilkan seorang pelayan lain dengan rambut pendek dan mendapati anggukan dari gadis berambut panjang yang berarti ia akan mengabulkannya.

Benar saja, pelayan dengan kaki putih mulus yang menarik hatinya itu memang semengagumkan bayangannya. Matanya sendu dengan sorot mata tajam yang menarik, bibir tipis namun penuh godaan minta dikecup, dan hidung mungil. Karena semua itu Jimin setengah mati menahan diri karena pemandangan yang ia dapatkan begitu menggoda.

"Jangan menatapiku seperti seorang cabul," gadis itu bersuara ketus, nyaris membuat Jimin berpikir bahwa yang ia dapatkan adalah tipe tsundere yang bakal susah ditaklukan. Bukan masalah tentunya, itu justru semakin menarik. "Maaf harus menghancurkan pikiran kotormu, tapi aku bergender sama sepertimu," begitu lanjut gadis itu sambil memberi sorot mata menakutkan dan meletakkan pulpen dalam genggamannya kasar ke meja agar bisa digunakan untuk menulis pesanan.

Tentu saja Jimin terkejut, ia sadar suara yang ia dengan jelas adalah suara laki-laki, lebih berat daripada suara yang ia miliki. Ia bahkan menemukan jakun yang menyakinkan dirinya bahwa suara berat itu memang berasal dari tenggorokan gadis itu. "Tunggu, maaf—kau bukan perempuan?"

"Bukan," gadis—atau mungkin lelaki dengan tubuh mungil yang menggoda otak Jimin untuk memikirkan banyak hal kotor itu menjawab tenang, setenang air di danau namun bercampur kesal juga. "Ini hanya ide gila pemilik kedai karena aku kalah bermain. Jadi berhentilah berpikir kotor tentangku, aku jelas bukan gadis."

Jimin terkesiap, merasa ragu dan mulai memperhatikan gadis di hadapannya dari atas ke bawah dan kembali ke atas. Terlalu cantik untuk menjadi seorang lelaki, bahkan wajahnya terlihat begitu menggoda semacam artis seksi yang tengah naik daun —jika Jimin tidak salah ingat bernama Chaerin— dengan aura sedikit lebih lugu. "Kau seperti artis yang sering aku lihat di televisi dan gendernya perempuan."

"Oh astaga, apa suaraku kurang lelaki? Sial," yang tengah berdiri menggerutu, matanya jelas menunjukkan rasa kesal yang tidak ada niatan untuk ditutupi. "Cepat tulis pesananmu."

Mereka berdua —Taehyung dan Jimin— dengan segera menulis pesanan mereka di kertas yang disediakan lalu mengulurkannya pada si pelayan kedai. Yang diberi uluran pulpen dan kertas itu meraihnya kasar lalu berbalik dengan langkah yang sejak awal memang tidak anggun.

"Yoongi," suara seseorang dari dalam ruangan dengan tulisan staff only membuat lelaki dengan pakaian pelayan perempuan itu menoleh, memberi tatapan mematikan yang entah kenapa justru membuat Jimin yang sedang memperhatikan berdecak kagum—tatapannya begitu menggoda.

Jimin pikir orang yang memanggil itu baru saja menyebut nama si lelaki dengan pakaian pelayan, jadi ia simpulkan nama lelaki itu adalah Yoongi.

Jimin mengerang kesal, entah kenapa hatinya jadi panas setelah orang yang memanggil nama Yoongi itu merangkul pinggang sempit yang menggoda otak Jimin untuk menyentuhnya dan meremasnya lembut. Apalagi setelah orang itu berbisik dan tertawa yang membuat wajah ditekuk Yoongi jadi makin kusun namun menunjukkan ekspresi lega juga. Mereka berjalan ringan menuju ruangan staff only itu yang lagi-lagi membuat Jimin merasa sedih pemandangannya berakhir begitu saja.

"Kau berminat menjadi belok?" Taehyung menginterupsi, menyadarkan Jimin dari rasa kesal dan sedihnya karena orang yang diperhatikan sudah menghilang ditelan pintu ruangan staff only.

"Belok?" Jimin membeo, merasa aneh dengan kalimat yang dilontarkan sahabatnya.

Yang berada dihadapan Jimin terkekeh kecil, matanya mengerling pada pintu yang menjadi objek korban tatapan aneh sahabatnya. "Jelas sekali kau menyukai Yoongi-sunbae."

"Yoongi-sunbae?" Untuk kesekian kalinya Jimin seperti orang bodoh karena hanya mampu membeo oleh pernyataan aneh Taehyung.

"Dia sunbae kita kalau kau tidak tahu," senyum bodoh khas Taehyung mengiringi kalimat yang belum selesai. "Dia ada di jurusan seni musik. Orang yang kau cemburui itu si pemilik kedai ini, namanya Seokjin yang juga sunbae kita. Lagipula tidak sepantasnya kau cemburu, Seokjin-sunbae itu bottom."

Hampir saja Jimin tersedak ludahnya sendiri, entah kenapa kalimat yang sahabatnya lontarkan terdengar begitu konyol dan aneh. Memangnya dia peduli dengan top dan bottom? Dunia ini harusnya berisi pria dan wanita, bukan atas dan bawah. "Jangan mengajakku membahas dunia gilamu, aku cukup menjadi pendengar setiamu tentang Jeon Jungkook yang susah kau dapatkan."

"Wow, man, aku pikir kau jadi mau mencoba belok karena melihat Yoongi-sunbae yang membuatmu susah berkedip tadi."

"Kalau aku melihatnya dengan pakaian laki-laki, pasti aku hanya akan meliriknya, kok."

Sialnya pernyataan Jimin tidak bekerja dengan baik karena saat matanya menangkap seseorang dengan kaos putih polos, celana jeans abu-abu, dan converse sneakers warna merah gelap keluar dari ruangan staff only. Itu Yoongi dengan rambut hitamnya yang jadi lebih lelaki daripada sebelumnya karena dihiasi bando. Jimin tidak bisa untuk tidak melihat orang itu, terkagum karena aura memesona masih saja memancar dari sana layaknya seorang tokoh idola.

Taehyung penasaran kenapa sahabatnya jadi begitu menggelikan dan menemukan sosok Yoongi yang harus ia akui jadi lebih menarik daripada dengan pakaian pelayan perempuan—tentu saja karena dia seorang belok. "Matamu mengatakan kau tertarik, Park Jimin."

Jimin mencoba meyakinkan dirinya bahwa ia masih normal dan mencoba menonton sebuah vidio kotor agar otaknya teralihkan. Ia kepanasan setelahnya, mencoba memuaskan hasratnya tapi sesuatu sialan justru membawa wajah manis Yoongi ke dalam kegiatannya. Awalnya mencoba menahan diri, tapi bayangan ini itu tentang si manis di kedai langganannya membuat otaknya tidak bisa diajak kerja sama dengan harga diri tinggi milik Jimin. Ia membebaskan hasrat dengan Yoongi sebagai orang dalam otaknya.

Tidak, bagi Jimin dirinya tidak boleh belok karena ia adalah satu-satunya yang lurus diantara kedua sahabatnya. Ia tidak keberatan dengan orang belok, tapi ia keberatan jika dirinya yang belok.

Karena merasa frustasi dan perlu menyelesaikan masalah orientasinya, ia menghubungi Taehyung dan meminta orang itu mendengarkan curahan hatinya. Ia harus meyakinkan dirinya apa dia sekarang belok atau tidak, dan jika memang hasilnya positif ia bisa mengatasinya sesegera mungkin.

"Apa kau serindu itu padaku sampai baru saja bertemu tadi lalu sudah menelepon?" Taehyung bertanya sarkastis, ia kesal juga harus terus berurusan dengan Jimin.

Jimin mendengus keras mendengar pernyataan percaya diri sahabatnya. "Yoongi-sunbae, kenapa aku jadi kehilangan orientasi begini karena dia?"

"Huh? Aah… biar aku tebak. Kau baru saja melakukan kegiatan itu dan Yoongi-sunbae masuk ke pikiranmu?"

"Sialnya iya."

"Wow," Taehyung menggumam kagum. "Belum pernah aku menemukan yang semudah itu jadi belok karena seseorang, kupikir kau memang punya potensi belok sejak awal."

"Apa kau berpikir aku sudah belok? Tapi aku tadi menonton—dan tetap suka payudara yang penuh dan menggantung menggoda!" Erangan frustasi lolos dari bibir Jimin.

"Berhenti membicarakan hal menjijikkan seperti itu," Taehyung mendesis merasa risih. "Jadi sekarang apa rencanamu?"

"Aku harus mencoba berhenti, 'kan?"

"Yoongi-sunbae juga belok, loh. Kau yakin? Aku bisa membantumu menda—"

"Hentikan itu, bodoh," Jimin berteriak dengan suara frustasi. "Aku harus tetap lurus!"

"Kau melukai hatiku, Park Jimin. Padahal tadi aku sudah sangat senang kau mau mencoba belok, setidaknya nanti merasakan hal semenyenangkan apa yang aku rasakan."

Jimin terlalu sibuk dengan pikirannya tentang orientasinya yang menyukai seseorang karena Yoongi, ia merasa konyol hanya karena melihat kaki mulus itu dan wajahnya yang cantik menggoda. Tiap detiknya otaknya jadi gila tidak keruan membayangkan tubuh kurus itu ada dalam rangkulannya atau bahkan di bawahnya—oh astaga bahkan Jimin belum pernah membayangkan hal sekotor ini dengan perempuan yang seksi di luar sana. "Sudahlah Tae, biar aku pikirkan," Jimin mematikan ponselnya dan memutuskan untuk tidur daripada sibuk memikirkan orientasinya yang gila.

.

"Jimin?" Suara seseorang membuat Jimin mengerjap, matanya mengedar mencoba mencari siapa yang memanggilnya. Saat matanya menemukan seseorang dengan wajah tidak asing, ia setengah memekik. Itu Yoongi… dengan senyum menggoda kini melangkah menghampirinya.

"S-sunbae,"Jimin jelas terkejut menemukan seseorang yang kata Taehyung adalah sunbae mereka kini tengah menatap dengan senyuman yang membuat pertahanannya siap runtuh kapan saja dan sudah merangkak naik ke kasurnya. 'Apa-apaan ini?' Jerit batin Jimin merasa tertekan dengan kehadiran Yoongi di kamarnya.

"Kau tergoda karena melihat kakiku, 'kan?" Yoongi bersuara lebih rendah beberapa oktaf daripada sebelumnya, terdengar makin menggoda dan membuat tubuh Jimin merinding.

Matanya memperhatikan sosok Yoongi yang kini duduk di pahanya, menatapnya seperti kucing melihat daging panggang yang menggoda. Ia menemukan Yoongi dengan kemeja putih polos yang terlihat kebesaran dan kaki terpampang jelas tanpa balutan apapun, terlalu menggoda dan Jimin ragu bisa menahan dirinya untuk tidak sesak napas.

Tanpa sadar Jimin membawa tangannya turun, menyentuh paha putih yang terpampang jelas seolah menantangnya dan mengatainya jika ia tidak juga menyentuh paha itu. Jimin meringis, merasakan hal yang luar biasa indah pada syaraf di ujung jarinya. Seperti bayangannya, apa yang ia pegang terasa begitu lembut. Mati-matian ia menahan diri agar tidak mendesis kagum.

"U–ughh, kenapa hanya di elus sepelan itu?" Suara Yoongi terdengar seperti rengekan, seolah meminta gerakan lebih dari jemari Jimin yang menyentuhnya ragu. Yoongi membawa tangan itu agar menyentuhnya dengan seluruh tangannya dan membuat desahan lirih lolos dari bibirnya karena rasa panas itu menyentuh paha dalamnya.

Jimin terkesiap, tapi refleknya justru meremas paha kecil Yoongi dan membuat sang empunya mendesah lebih menggoda. Sekarang otak Jimin benar-benar berkabut, semuanya gelap dan dirinya seakan siap menerkam Yoongi kapan saja.

Ia mencoba menahan dengan mengigit bibirnya, tapi saat kecupan ringan dari si kulit pucat semuanya runtuh. Bibirnya bergerak cepat, melumat dan mengulum terus bibir tipis yang penuh itu. Lidahnya tidak kalah aktif, bergerak dengan pintar selicin belut dalam lumpur untuk menghabisi seluruh isi mulut Yoongi setelah puas dengan kegiatan di bibirnya. Yoongi mendesah keras sambil meremas pakaian Jimin, sementara yang sudah membanting tubuh kurus itu ke kasur sibuk dengan dengungan dan mengeluarkan beberapa deraman tipis karena terlalu menikmati ciumannya.

Tautan bibir mereka terlepas setelah Jimin menyadari udara mulai sulit diraih, ia menarik napas banyak-banyak sambil menatapi wajah memerah Yoongi yang bibirnya terbuka untuk mencari udara. Indah sekali, Jimin bahkan berdecak dan terkagum pada pemandangan di hadapannya. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipi merah Yoongi, mengelusnya dengan sayang dan mendaratkan banyak kecupan pada wajah itu.

"Miliki aku, Jimin-ah," godaan itu makin besar dan Jimin siap berbelok jika yang ia dapati adalah yang seindah Yoongi.

"Park Jimin, bangun kau kutu ranjang!" Suara teriakan Taehyung tiba-tiba mengusik pendengarannya. Jimin mengerjap, mencoba memahami apa yang terjadi dan mengingat beberapa detik lalu ia masih berada di atas Yoongi dengan tatapan—

oh, astaga!

Jimin menyibak selimutnya pelan dan menemukan dirinya dalam kondisi parah. Taehyung yang ada di ambang pintu mengerut, bingung dengan mata Jimin yang mendelik aneh. "Ada apa?" Tanyanya ingin tahu.

Tanpa menjawab apapun Jimin langsung berlari ke kamar mandi dan bercermin. "Mimpi basah karena laki-laki?!"

To Be Continued.

HAHAHAHA sebenernya bikin ini karena iseng. Lihat Yoongi yang dapet hukuman buat pake baju maid di sebuah kedai dan trus ngegumam hiphop is died terus-terusan bikin ketawa dan akhirnya muncul ide ini. Dadakan banget, buru-buru aku buat sebelum lupa dan berharap bisa dapet tanggapan memuaskan.

Aku tunggu review ngelewatin angka 10 dan bisa aku pertimbangkan buat lanjutin ini. Tapi kalau tanggepannya ga memuaskan… mungkin kelanjutannya bakal aku simpen sendiri hahaha

Jadi, review please?