Kodoku (孤独)
Loneliness – Kesendirian
.
Pelajaran Tambahan 1: Heaven (Surga)
.
"Hei, Rin-chan... Kamu capek yah?"
"Hei, Rin-chan... Apakah aku boleh duduk disebelahmu?"
"Hei, Rin-chan..."
.
Ah, Aku ingin mengucapkan kata-kata itu.
Aku ingin kamu mengetahui isi hatiku, aku ingin kamu tahu betapa aku mencintaimu, tapi...
.
"Hmm... Hanayo? Ada apa?" tegur Maki yang tiba-tiba menepuk pundakku.
"Ehh... M..Maki-chan?"
"Mou, kamu seharian ini terlalu banyak bengong, Hanayo. Kamu tidak berniat melompat dari jendela itu kan?" kata Maki yang menatapku dari belakang bangku mejanya.
"Ma.. Maafkan aku! Aku tidak bermaksud begitu." Jawabku cepat sambil menundukkan kepala.
"Ah, gak masalah kok. Kalau kamu tidak apa-apa aku juga tidak mempermasalahkan itu. Tapi, Semangat, yah. Kalau kamu ada sesuatu ngomong aja sama aku, Ok?!"
"Terima Kasih, Maki-chan. Aku tidak apa-apa kok." Jawabku sambil tersenyum.
Gadis penyuka tomat itu kembali membalikkan badannya untuk memunggungiku sementara menyambut jam pelajaran berikutnya bersamaan dengan kedatangan seorang guru di depan pintu.
Kembali,
Aku dalam kesunyianku mencoba mengalihkan perhatianku kepada buku pelajaran. Aku mencoba untuk tidak memandangi dirimu kembali, kamu yang duduk di bangku pojok dekat jendela namun aku tidak bisa membohongi hatiku ini.
.
"Hei, Rin-chan... Apakah kamu tahu, aku merindukan tawamu?..."
"Tapi mengapa kamu tampak murung sekarang?"
"Mengapa kamu tidak mau bicara terus terang lagi kepadaku?!... Apakah kamu sudah tidak percaya lagi kepadaku?!"
.
Perlahan-lahan aku mengenang kembali masa ketika kita berdua masih kecil. Saat kita berjalan bersama dan saling bergandengan tangan saat pulang dari sekolah SD bersama-sama. Apakah kamu juga mengingatnya?
Pada saat itu musim dingin. Kita berdua pernah berjalan pulang menyusuri jalan gang sempit kemudian kamu tiba-tiba melepaskan tanganku dan berlari ke sudut tiang listrik. Kamu melihat kotak kardus dan menengok ke dalam isinya.
"Hei, Hanayo... Lihat ini!" kamu berkata penuh antusias kepadaku.
Kamu mengangkat anak kucing dengan kedua tangan mungilmu itu dan menggendongnya di dalam dekapan dadamu. Aku menyukai itu, tawamu yang berseri-seri.
Dan mulai sejak saat itu, kamu mulai bertingkah seperti seorang anak kucing. Terkadang kamu mengenakan bando telinga kucing palsu di atas rambut pendekmu itu. Namun itu malah membuatmu semakin imut. Warna oranye dari setiap helai rambutmu semakin bersinar cerah bagaikan terbitnya mentari di langit pagi.
Aku ingat gerakan tanganmu saat setiap kali kamu mulai berkata "~Nya", kamu yang tidak henti-hentinya merangkulku sambil menaruh beban kepalamu di atas pundakku setiap kali kamu merasa bosan. Umm... itu memang berat sih, tapi aku juga bisa menikmatinya.
Aku... aku tidak mengharapkan dirimu peka terhadap perasaanku. Aku cuma ingin tetap bersama denganmu selamanya, tidak lebih dari itu. Tapi kenapa kamu seperti menjauhiku sekarang.
Terakhir kali kamu mengajakku berbicara adalah pada saat pulang sekolah seminggu yang lalu, saat itu kamu bahkan berinisiatif kembali ke kelas untuk mengambil tasku yang tertinggal. Namun, sekembalinya kamu dari sana kamu malah tidak mau berbicara apapun lagi.
Sekarang, aku jadi memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada saat itu.
Apakah mungkin...
Jangan-jangan kamu sudah melihat itu yah?
Aku kemudian meraih tasku dan mengeluarkan buku diary-ku. Aku memeriksa dengan seksama setiap lembaran yang aku tuliskan di atasnya. Halaman terakhir, aku menuliskan sebuah puisi tentang dirimu, aku memberinya judul "Surgaku".
Tapi, apakah mungkin Rin-chan mengerti makna isi puisi tulisanku ini. Maksudku, Rin-chan kan bukan orang yang suka membaca tulisan kanji yang rumit. Tapi, kalau itu yang terjadi, apakah perlakuanmu kepadaku akhir-akhir ini karena kamu benar-benar sudah membaca itu?
Apakah itu berarti bahwa kamu menolakku?
Arrrgghhhh... Aku panik... Bagaimana ini?!
Bagaimana kalau dia membenciku sekarang?!
Seseorang tolonglah aku?!
Hatiku semakin berdegup kencang saat memikirkan tentang itu. Rasa panas dan sakit bercampuk aduk di dalam dadaku saat memikirkanmu.
Apakah kamu tahu itu Rin-chan?!
Ahh... Kamu berbalik memandangku! Tidak, dia pasti tidak menyadari itu, kan?
Aku harap kamu tidak melihatku, aku tidak mau kamu mengkhawatirkanku... Ya, aku hanya harus membalasnya dengan senyumanku seperti biasanya.
Rin-chan, Kamu sering mengatakan bahwa aku adalah gadis yang imut melebihi dirimu. Tapi, kamu salah Rin-chan! Kamulah yang tercantik!. Dan aku menyukaimu, sungguh mencintaimu.
Karena itu aku tidak mau kamu mengetahui perasaanku. Karena aku khawatir jika kamu tahu itu pada akhirnya malah membuat hatiku hancur. Karena kamu adalah surgaku, dan aku tidak mau kehilangan itu.
