Title : Menghitung Hujan
Cast
Do Kyungsoo [Girl]
Kim Jongin [Boy]
Kris Wu [Boy]
Xi Luhan [Girl]
Oh Sehun [Boy]
Other Cast
Byun Baekhyun [Girl]
Kim Joonmyeon [Boy]
Genre
Romance
Drama
Sad
THIS IS GENDERSWITCH
THIS IS REMAKE SANTHY AGATHA'S NOVEL
DLDR
DON'T BE SIDERS
Kalimat yang dicetak miring berarti flashback, mimpi, atau pikiran tokoh didalam hatinya.
Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?
Menghitung tetes demi tetes yang tiada habisnya.
Sendirian...
Karena kau tak pernah ada.
Karena kau tak pernah sadar.
Karena kau selalu tiada.
Tahukah kau setiap hari aku menghitung hujan yang turun?
Menghitung tetes demi tetes, cintaku padamu yang mulai berhamburan
Berhamburan jatuh dan menghilang ditelan bumi
"Bersamamu selalu menyenangkan." Kyungsoo merebahkan kepalanya ke pundak Kris. Tersenyum sambil menatap hujan yang turun. "Jangan tinggalkan aku ya."
Kris tersenyum dan mengecup dahi Kyungsoo,
"Tidak akan."
"Apakah kita bisa begini selamanya?"
"Selamanya sayang, yakinlah kepadaku."
"Kau tidak menyesal melamarku padahal aku belum lulus kuliah?"
Kris tersenyum lembut,
"Kenapa tidak? Kau bisa menikah, dan tetap kuliah."
"Benar juga." Kyungsoo tertawa, "Tetapi hanya kau yang bekerja untuk rumah tangga kita nanti."
"Siapa bilang?" Kris mengerutkan keningnya, pura-pura tampak serius. "Aku akan menagihkan semua pengeluaran yang kukeluarkan untukmu begitu kau lulus kuliah dan menerima gaji pertama di pekerjaanmu."
Mereka lalu tertawa bersama, sambil menatap hujan turun.
"Aku mencintaimu Soo. Aku berjanji akan membahagiakanmu, sekarang, ataupun nanti setelah kita menikah. Apapun yang terjadi, kau harus tahu. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu."
Selamanya sayang, yakinlah kepadaku.. Jantungku ini akan selalu berdetak, hanya untukmu..
Kalimat itu terngiang ditelinga Kyungsoo sederan aliran hujan yang turun, sekarang, di depan makam Kris dengan tanah merah yang masih basah. Apakah Kris kedinginan di bawah sana? Pertanyaan itu menggayutinya, menghancurkan hatinya, membuatnya memeluk dirinya sendiri yang gemetaran.
Kyungsoo tidak pernah membayangkan ini akan terjadi. Sampai dengan kemarin, yang terbentang di depannya adalah kebahagiaan, kebahagiaannya bersama Kris. Tetapi ternyata yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kekasihnya direnggut dari sisinya tepat sehari sebelum pernikahan mereka.
Kris meninggal karena kecelakaan, ketika mencari rangkaian buket bunga untuk pengantinnya di saat-saat terakhirnya.
Mereka bilang jenazah Kris menggenggam bunga itu ketika ditemukan.. bunga mawar putih dengan kelopaknya yang hancur berguguran terkena benturan.. bunga itu tidak putih lagi, berubah merah, terpercik darah Kris.
Dan.. jantung Kris sudah berhenti berdetak. Sudah tidak berdetak untuk Kyungsoo lagi, terkubur diam di sana, dalam tanah yang dingin, tidak terjangkau.
Apakah yang dipikirkan Kris pada saat-saat terakhirnya? Kyungsoo mengernyit, tak mempedulikan hujan deras yang membasahi pakaian dan rambutnya sampai kuyup, dia berdiri dengan tegar, di depan makam itu, menatap nisannya dengan nanar..
Apakah Kris memikirkan dirinya? Pernikahan mereka? (Italic)
Air mata mulai menetes lagi di mata Kyungsoo, mata yang sudah kelelahan meneteskan kesedihannya.
Bagaimana mungkin Kris meninggalkannya seperti ini? Bagaimana mungkin Kris tega? Kyungsoo berhak marah bukan?
Tetapi apa gunanya dia marah? Kris nya sudah tidak ada, dan kesedihan sudah menelannya sampai remuk redam.
Pelaminan itu kosong sekarang, tak akan pernah ditempati. Persiapan pesta berubah menjadi duka yang kelabu dan tumpahan air mata. Hati Kyungsoo hancur, hancur sejak Kris pergi meninggalkannya, selamanya.
Kyungsoo mendesah, menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sambil menatap ke arah langit.. Ini masih jam dua siang, tapi mendung menggayut seakan terlalu berat membawa isiannya yang kelabu, membuat langit makin menggelap. Hujan yang turun pasti akan deras sekali.
Kyungsoo menoleh ke kiri dan kanan dengan cemas, bus yang ditunggunya belum tampak juga.. Kalau sampai hujan deras turun dan dia bus nya belum datang, Kyungsoo akan kehujanan.
Dia harus mencari tempat berteduh.. Putusnya ketika rintik-rintik hujan mulai membasahi tubuhnya, menimpa kepalanya.
Pandangannya terpaku pada sebuah cafe di sudut jalan. Cafe itu tampak nyaman, dengan kanopi hijau dan tulisan "Kamong Cafe" dengan huruf putih dan merah tebal berlatar hitam tergantung di ujung depan, seolah-olah memanggilnya.
Itu Cafe kuno, alih-alih seperti sebuah Cafe, malahan lebih mirip bangunan masa lampau yang salah tempat di tengah-tengah gedung-gedung ruko yang begitu tinggi.
Sejenak Kyungsoo merasa ragu, tetapi hujan turun makin deras, hingga dia akhirnya memutuskan masuk. Suasana tampak sepi, dan ternyata bagian dalam cafe itu lebih bagus daripada bagian luarnya.. Seperti cafe jaman belanda, dengan dinding berwarna krem dan kursi meja yang terbuat dari kayu jati, dengan hujan yang turun deras di sana, suasana tampak lebih dramatis.
Ini adalah jenis cafe dimana Kyungsoo bisa duduk berjam-jam tanpa bosan. Kyungsoo duduk, lalu memesan secangkir kopi, dan roti bakar sebagai temannya.
Sepertinya dia akan lama di sini menunggu hujan, jadi tidak ada salahnya dia memesan makanan. Kyungsoo menolehkan kepalanya ke sekeliling.
Suasana Cafe cukup sunyi, hanya ada beberapa orang yang duduk menikmati kopi di sana, mungkin berteduh, mungkin juga sedang bernostalgia.
Ketika pesanannya datang, Kyungsoo mengeluarkan buku, tetapi setelah beberapa lama mencoba berkonsentrasi membaca, dia menyerah. Hujan itu menghalau konsentrasinya, dia lebih tertarik menatap hujan, menghitung helaan buliran air yang menghempas tanah, dan mengenang Kris.
Hari itu juga hujan, ketika Kris kecelakaan. Apakah hujan jugakah yang membunuh kekasih hatinya?
Suara berisik di pintu mengalihkan perhatian Kyungsoo dari hujan, dia mengernyit dan terpana menatap sosok yang memasuki pintu dengan rambut basah.. Kris?
Sejenak jantung Kyungsoo berdegup kencang. Tetapi kemudian kesadarannya kembali, itu sudah pasti bukan Kris.. Krisnya sudah meninggal karena kecelakaan itu, dia sendiri yang menaburkan bunga terakhir ke sana sebelum mereka mengubur jenazahnya.
Bagaimana bisa dia mengira orang ini sebagai Kris?
Lelaki itu menatap ke arah Kyungsoo, lalu berkedip sejenak, kemudian mengalihkan matanya, dan melangkah menuju sudut lain di cafe itu, Kyungsoo terus mencuri-curi menatapnya, mencoba menemukan jawaban.
Lelaki ini tidak mirip dengan Kris, apalagi penampilannya berbeda.. Kris selalu rapi, sederhana dan tampan dengan kacamata yang bertengger manis di hidungnya.. Sedangkan lelaki ini berbeda, lebih urakan, lebih santai sekaligus elegan dengan rambut cokelat tua dan mata cokelat muda, hidung mancung dan bibir tipis yang sangat sesuai dengan keseluruhan wajahnya yang maskulin.
Lelaki ini begitu tampan, seperti lukisan. Jenis lelaki yang sudah pasti dihindarinya, karena pasti seorang pemain perempuan.
Dengan gugup Kyungsoo meneguk kopinya, berusaha menenangkan diri.. Kenapa dia begitu tertarik dengan lelaki ini, seolah tidak mampu mengalihkan pandangannya?
Dan.. kenapa dia langsung teringat kepada Kris? Apa karena caranya memasuki ruangan? Dengan rambut basah tapi tidak peduli, khas Kris..
Dan kenapa pula Kris terus memenuhi pikirannya, bahkan ketika dia sudah ingin melangkah, meninggalkan masa lalu dan melupakan Kris?
Apakah ini pertanda bahwa dia tidak boleh melupakan kekasihnya itu?
"Mungkin kau salah lihat, atau kau terbawa lamunan sehingga kau berpikir lelaki itu tampak mirip dengan Kris." Baekhyun melirik ke arah sahabatnya yang begitu murung setelah bercerita.
Kyungsoo menghela napas, "Masalahnya lelaki itu tidak mirip dengan Kris.. Dia lebih seperti pangeran hedonis yang salah tempat di cafe itu."
"Kalau kau sebegitu penasarannya, kenapa kau tidak mendekati laki-laki itu?"
Kyungsoo mengerjapkan matanya, "Aku... aku takut..."
"Takut apa? Takut jadi korban pesona sang pangeran hedonis?" Baekhyun terkekeh
Bukan. Gumam Kyungsoo dalam hati. Aku takut kalau aku sudah gila dan mengira semua orang sebagai Kris. Aku takut kalau ternyata aku hidup di dunia khayalanku selama ini.
Baekhyun menatap Kyungsoo dengan simpati, sahabatnya itu masih sering melamun dan tampak sedih, bahkan setelah setahun kematian Kris.
Ya, siapa juga yang tidak sedih, ditinggalkan kekasihnya sehari sebelum pernikahan mereka, kalau Baekhyun mungkin tidak akan bisa setegar Kyungsoo menghadapinya.
"Datanglah ke sana lagi."
"Apa?" Kyungsoo mendongakkan kepalanya, mengernyit.
"Datanglah ke cafe itu lagi, mungkin saja kau akan berjumpa laki-laki itu lagi.. Entah dia memang mirip Kris atau dia hanya halusinasimu, setidaknya kau tidak akan bertanya-tanya lagi."
Kyungsoo melangkah ragu memasuki cafe itu.. Hari ini, tepat seminggu kemudian, pada jam yang sama, hari yang sama.
Dia duduk dan memesan seperti biasa, lalu menunggu sambil mengeluarkan buku bacaan yang selalu dibawanya kemana-mana, terjemahan novel sastra inggris lama lama, berjudul Jane Eyre.
Hari ini juga sama, hujan turun begitu deras di luar, mendung membuat langit menghitam, sehingga suasana sore ini tampak seperti malam. Dan Nana menunggu. Menunggu laki-laki yang mirip Kris itu.
Lama.. Hampir satu jam Kyungsoo menunggu, tetapi lelaki itu tak kunjung datang. Mungkin dia tak akan datang lagi, Kyungsoo mendesah.
Mungkin kemarin memang hanya halusinasinya. Halusinasi yang muncul kala hujan turun. Karena dia terlalu merindukan Kris...
Cafe itu sudah hampir tutup karena sore sudah menjelang. Dan meskipun hujan masih turun dengan derasnya di luar, Kyungsoo mengemasi tasnya, kemudian melangkah pergi..
Dengan gontai, dia berjalan menyusuri trotoar, berpayungkan payung kecil warna merah hati.. Entah kenapa dia merasakan sebersit kekecewaan karena ternyata laki-laki itu tidak ada.
Yah, lagipula apa yang diharapkannya? Mana mungkin sebuah kebetulan terjadi dua kali?
"Nona.. Tunggu sebentar."
Langkah Kyungsoo terhenti ketika menyadari panggilan itu ditujukan kepadanya.. Kepada siapa lagi? Trotoar itu sepi karena semua orang memilih berteduh di dalam, menghindari hujan deras.
Dengan hati-hati Kyungsoo membalikkan badannya, dan untuk kesekian kalinya.. tertegun.
Lelaki itu.. Dan memang tidak mirip dengan Kris.. Sedang melangkah tergesa mengejarnya, tanpa mempedulikan baju dan rambutnya yang basah kuyup di terpa hujan.
Novel Jane Eyre-miliknya terlindung dalam lengan laki-laki itu.
"Kau meninggalkannya di meja." Lelaki itu berdiri, begitu tinggi menjulang di atas Kyungsoo, membuat Kyungsoo harus mendongakkan kepalanya ketika menatapnya.
Ketika Kyungsoo tidak berkata apa-apa, lelaki itu terkekeh, "Aku biasanya mampir di warung kopi itu pukul empat, sepulang kuliah, tetapi hari ini terlambat, karena hujan deras membuat jalanan macet dan banjir, ketika aku datang cafe sudah hampir tutup dan aku melihat buku itu di meja, dan melihatmu melangkah di trotoar ketika aku masuk.. Betul bukan ini bukumu?" Lelaki itu mengulurkan bukunya, suara laki-laki itu mengeras, mencoba mengalahkan derasnya hujan.
Kyungsoo masih terpana menatap sosok itu, kemudian mengerjap ketika mendapati lelaki itu menatapnya dengan bertanya-tanya, dia lalu menganggukkan kepalanya dan menerima buku itu, dengan hati-hati memasukkannya ke dalam tasnya.
"Terimakasih."
"Sama-sama.. Namaku Jongin.. Kim Jongin."
Kyungsoo menelan ludahnya,
"Oh...aku K..Kyungsoo, Do Kyungsoo." dengan gugup dia menghela napas.
Sudah selesai.
Lelaki ini sama sekali tidak mirip dengan Kris, mungkin Kyungsoo memang sudah sedikit gila, mengira semua lelaki sebagai Kris.. Kyungsoo mencoba membalikkan tubuhnya, "Terimakasih, aku.. aku harus pergi."
"Kyungsoo-ssi." Jongin menggenggam tangannya, menahan Kyungsoo, ketika Kyungsoo hanya terdiam dan melirik tangan Jongin yang mencengkeram tangannya, lelaki itu langsung melepaskannya dan berdiri dengan gugup.
"Eoh.. mianhae, aku merasa, mungkin kita bisa lebih mengenal lagi.. Aku juga suka membaca, meskipun sastra inggris kuno bukanlah kesukaanku." Jongin tampak terkekeh lagi, begitu ceria, "Kau akan sering ada di cafe itu kan?"
Kyungsoo terdiam.. Beranikah dia? Bertemu lagi dengan lelaki ini? Hening yang lama, kemudian dia mengangguk,
"Mungkin aku akan datang ke sana, ketika aku ingin menikmati secangkir kopi dan menghitung hujan." jawabnya pelan,
Jongin mengangguk, "Menghitung hujan..? , istilah yang bagus, itulah yang sering kulakukan setiap sore di cafe itu.. Semoga aku beruntung bisa menjumpaimu lagi di sana. Sampai jumpa Kyungsoo-ssi."
Dan kemudian lelaki itu membalikkan tubuhnya, berlari menembus hujan deras. Kyungsoo terpaku menatapnya, sampai bayangan lelaki itu tertelan kabut hujan.
"Jadi, kau tidak berani ke sana lagi?" Baekhyun menatapnya dengan mencemooh, "Kau menjanjikan sesuatu pada seseorang, lalu kau mengingkarinya."
Kyungsoo memalingkan muka, tidak kuat menanggung rasa bersalah, memang dia pengecut.
Sangat pengecut..
Ini sudah satu bulan sejak pertemuannya dengan lelaki bernama Jongin yang sangat mirip Kris itu, dan Kyungsoo sama sekali tidak berani menginjakkan kakinya ke cafe itu lagi.
Dia... takut, entah kenapa.
"Untuk apa aku ke sana Baek? toh aku hanya memandang lelaki itu sebagai pengganti Kris, sebagai orang yang entah kenapa mirip dengan Kris."
"Tetapi dia bukan Kris mu, kau sendiri yang bilang kalau penampilan mereka berbeda."
"Dia tetap mirip Kris. Bukan dari segi fisik, dia mirip dengan cara yang berbeda." Dan Jantungku berdebar setiap ada di dekatnya. (Italic) Kyungsoo mendesah, putus asa.
Baekhyun menggeleng-gelengkan kepalanya, "Kyungsoo.. Kau tahu, aku sedih melihatmu terpuruk seperti ini.. Sudah setahun sejak kematian Kris, dan kau seharusnya sudah melangkah. Kau masih muda, jalanmu masih panjang.. Mungkin Tuhan punya misteri dan rencana tersendiri mempertemukanmu dengan lelaki yang mirip Kris, mungkin.. Dan kau tidak akan mengetahui rencana apa itu, kalau kau takut melangkah."
"Jadi menurutmu aku harus menemui laki-laki itu?"
Baekhyun mengangkat bahunya, "Mirip atau tidak dengan Kris.. Setahuku, laki-laki itu adalah satu-satunya yang kau pikirkan akhir-akhir ini selain Kris.. Temuilah dia."
"Hai." Kyungsoo berdiri gugup, di depan laki-laki berkulit tam yang sedang menundukkan kepalanya itu, tenggelam dalam bacaannya.
Jongin mendongakkan kepalanya.. Sekejap dia mengerjapkan matanya, seolah terkejut, tetapi kemudian senyumnya terkembang,
"Kyungsoo-ssi." senyumnya makin melebar, "Duduklah."
"Kyungsoo saja." Ia duduk dihadapan Jongin, "Kau ada di sini setiap sore?" Kyungsoo mengalihkan pandangan ke luar.
Entah kenapa hujan turun lagi dengan derasnya, dan entah kenapa Kyungsoo tidak kuat menghadapi pandangan tajam laki-laki itu.
"Setiap sore." Jongin meletakkan bukunya, "Sepertinya kau sangat sibuk ya."
Kyungsoo menganggukkan kepalanya gugup.. Dia tidak sibuk apa-apa.. Dia cuma tidak berani datang dan menemui Jongin, tetapi kebohongan itu sudah meluncur mulus di bibirnya.
"Aku sibuk dengan kuliah dan pekerjaan rumahku bulan ini, jadi tidak sempat keluar-keluar,"
Jongin menatapnya memaklumi. Meskipun Kyungsoo sadar, Jongin jelas-jelas mengerti bahwa Kyungsoo sudah berbohong kepadanya.
"Aku senang pada akhirnya kau bebas dan bisa datang." Lelaki itu menunjukkan sampul buku yang dibacanya, "Lihat aku sudah menyelesaikan satu set buku ini sambil duduk di sini setiap hari.
Kyungsoo melirik ke sana. Bacaan itu tidak dikenalnya, bukan tipe bacaan yang disenangi Kyungsoo.
"Kau tidak tahu ya..? Ini novel karangan Michael Scott, yang ada di tanganku ini adalah buku ke enam dari serial The Secret of The Immortal Nicholas Flamel, yang ini judulnya The Enchantress." Jongin tetap menjelaskannya meskipun judul buku itu sudah tertera jelas di halaman depannya, membuat Kyungsoo tertawa.
"Kenapa kau tertawa?"
"Tidak." Kyungsoo menahan kekehan gelinya, "Hanya saja buku itu bukan tipeku."
"Ah tentu saja.. Kau penggemar bacaan romansa gelap dari masa lalu, kisah pengasuh yang jatuh cinta kepada majikannya yang dingin, kejam dan tak berperasaan tetapi sebenarnya romantis." Jongin mencibir, "Tipikal bacaan perempuan."
"Tapi kau tahu isi Jane Eyre, berarti kau membacanya." Sahut Kyungsoo.
Jongin memutar bola matanya malas, "Aku ingin tahu, ketika melihat seorang perempuan meninggalkannya di meja sebuah cafe, jadi aku mencari tahu dan membacanya."
Kyungsoo terpana, lalu tersenyum.. Hatinya terasa hangat, entah kenapa. Sudah lama sekali dia tidak merasakan kehangatan ini.. Sama seperti dulu, ketika bersama Kris, berdebat masalah buku di tengah hujan, perasaannya sama.
Dan meskipun secara fisik Jongin berbeda jauh, lelaki ini mengingatkannya kepada Kris. Mengingatkannya kepada masa-masa bersama Kris.
"Kau belum memesan.. Aku rekomendasikan kau membeli roti Palm Suiker sebagai teman minum kopimu." Lelaki itu mengedipkan matanya ke arah buku menu.
Kyungsoo mengernyit.. Biasanya dia hanya memesan roti bakar standar sebagai teman minum kopinya di sini, "Apakah enak?" Tanya nya tak yakin.
"Enak kalau sambil minum kopi diiringi hujan, sambil menyantap selembar roti sederhana yang ditaburi brown sugar dengan aroma harum yang khas."
"Kau membuat air liurku keluar." Kyungsoo tertawa, lalu memesan roti itu, dan secangkir kopi. "Sampai di mana kita tadi?"
"Sampai ketika aku bilang bahwa perempuan selalu menyukai tipikal penjahat romantis di buku-buku roman mereka."
Dan percakapan itu berlanjut kembali.. Di tengah hujan deras yang mengiringi di luar, diantara harumnya uap beraroma kopi dan harumnya roti yang baru keluar dari pemanggangan..
Kyungsoo terlarut bersama Jongin, di sebuah cafe yang temaram..
Haloooo
Sesuai janji yahh aku remake menghitung hujan dgn cast kaisoo, sebenernya main pair disini bisa dibilang dua sih.. kaisoo sm krisoo krn cukup byk bagian" yg nyeritain masa lalu mereka berdua gituuu
Aku harap di ff ini kalian ga bingung ya sm alurnya yg maju-mundur.. soalnya klo etc kmrn kan maju doang nah ini ada maju-mundur nya jadi aku bedain klo yg flashback itu italic yaaaa
Btw" ini udh lewat dr waktu yg aku janjiin ya hm.. maaf ya readers semua
Oh iya aku harap jg kalian bisa suka sm ff ini, bisa review atau minimal kalian ninggalin jejak lah buat fav / follow.. dan klo ada masukan ttng ff ini aku dgn senang hati nerima Cuma dgn 1 syarat yaa bahasanya yg sopan terus jg aku mau ingetin sekali lg kalau ini ff ka santhy agatha yg aku remake, bukan plagiat ya dan maaf kalau ada typo dll di atas hehehe..
Oke aku tunggu review nya yapp bye byeeee~
