Tittle : I'm Only Your Puppet

Pairing : CasLab

Rating : T

Genre : Hurt/Comfort, Romance, Drama

Warning : AU, typo, BL , Sho-ai , Yaoi #lengkap#

"DON'T LIKE , DON'T READ"

Summary :
Aku... Hanya sebuah boneka yang sempat terlupakan. Bertahun-tahun, tak pernah tersentuh oleh apapun terkecuali debu-debu yang menempel pada tubuh pelastik ini. Andai saja,.. Tubuh kosong ini terisikan oleh nyawa... Aku pasti sudah menangis sekarang. Menangisi tubuhku yang tidak bertuan.

I'm Only Your Puppet

Castor POV

Menjalani hari-hari biasa dengan kuliah dan pergi ke Gereja sungguh membuatku merasa bosan dengan kehidupanku yang begini-begini saja. Mencari sesuatu untuk dilakukan pun aku sedang tidak berminat. Aku hanya sedang ingin membuat boneka seperti dulu. Benar juga... Aku sedang ingin membuat boneka.

Kuambil perlengkapan-perlengkapan untuk membuat boneka. Menyambung satu bagian dengan bagian yang lainnya sampai semuanya membentuk satu tubuh yang tak bernyawa. Memiliki rupa yang sempurna tanpa cacat. Sayangnya mereka tak bisa bergerak.
Sudah lama aku tak menggunakan kekuatan ini lagi. Mengendalikan benang-benang yang tersambung langsung dengan jiwaku untuk mengontrol boneka-boneka ini bergerak. Perlahan jemariku memainkan benang-benang transparan ini menggerakkan boneka-boneka ini secara perlahan.

Seulas senyuman terkembang diwajahku. Mengingat masa-masa saat aku membuat boneka yang serupa dengan ibuku untuk mengatasi rasa kesepianku. Jemariku berhenti sejenak... Aku kembali bernostalgia...

Setelah itu... Aku ingat, aku pernah membuat boneka yang akan aku jadikan teman yang selalu berada disisiku. 'Dimana boneka itu sekarang ?'

Mencarinya diseluruh ruangan yang pernah aku gunakan untuk membuat boneka. Tapi tidak ada. 'Kemana ? Kemana boneka yang belum selesai itu ?'. Aku terus mencarinya sampai tinggal satu ruangan yang belum aku periksa. Gudang.

Sudah lama sekali aku tidak membongkar gudang ini. Pasti semuanya berantakan dan sangat kotor. Pikirku.

Aku harus menemukan boneka itu dan menyelesaikannya sekarang.

Berjam-jam aku mencarinya ditumpukkan rongsokkan ini. Tidak ada. Tetap tidak ada. Aku lupa dimana meletakkannya terakhir kali.
Pada saat aku menemukan potongan tangan boneka, aku rasa aku ingat... Bahan yang tidak biasa aku gunakan untuk membuat boneka ini... Pasti bahan untuk membuat boneka yang aku cari.
Setelah mendapatkan potongannya, tak lama kemudian aku menemukan sosok boneka yang sempat terlupakan begitu lama. Kusam, berdebu, tertumpuk benda besar dan berat yang tak layak. Andaikan dia manusia... Dia pasti sudah menangis meminta petolongan. Tapi, sayangnya dia hanyalah sebuah BONEKA.

====================================================================================================================

Setelah beberapa hari, aku berhasil menyelesaikan boneka ini dan memperbaiki bagian-bagian yang telah rusak dan rapuh termakan waktu. Bahkan aku sudah memberinya rambut dan warna mata yang sesuai. Lavender. Sangat cocok dengannya, pikirku. Aku... Ingin ada seseorang yang lembut dan penuh kasih sayang dalam hidupku. Mungkin sebagai pengganti seorang 'ibu'.
Desain awal boneka ini memanglah sebagai laki-laki, tapi kenapa aku mendesain wajahnya dengan tatapan sendu dan terkesan manis dan...errr cantik ? Tapi dia laki-laki !
Aku mengacak rambutku pelan lalu membenarkan posisi kacamataku yang agak turun.

Lalu aku mencarikan baju yang sesuai untuk ia kenakan. Aku mengambil sebuah kaos putih polos, sweather berwarna cream soft dan celana jeans panjang.
Aku memasangkan pakaian-pakaian ini pada dirinya yang polos tidak tertutup apa-apa, lalu membenarkan posisi duduknya agar menjadi terlihat lebih manis.

Membelai pipinya dengan lembut sambil tersenyum kearahnya.

"Andai saja, kau hidup... Mungkin aku sudah jatuh cinta padamu..."

Aku masih terpana melihat keindahan parasnya. Betapa bodohnya aku, bisa melupakan boneka yang akan menjadi benda se-cantik ini.

"..."

Tentu saja tidak ada jawaban darinya. Karena dia tidak hidup.
Aku mencoba untuk menggunakan benang-benang ini kembali. Mencoba menggerakkan benda cantik ini. Kucoba beberapa gerakan manusia normal padanya. Memang terlihat sangat nyata. Seperti manusia aslinya.

Beberapa menit kemudian, setelah mencoba berbagai macam gerakkan manusia pada umumnya, aku menarik benang-benang yang menempel pada jemariku dan terhubung langsung pada jiwaku. Perlahan benda cantik ini kugerakkan untuk berjalan perlahan kearahku dan memelukku dengan lembut. Sayangnya tubuhnya dingin dan terasa kaku. Karena dia hanyalah sebuah boneka.

Kuletakkan boneka tak bernyawa itu diatas sofa ruang keluarga dan menempatkannya pada posisi yang baik, sehingga dirinya terlihat sangat manis dengan tatapan sendunya. Tapi, ada satu yang kurang dari tatapannya. Kosong. Tatapannya kosong. Andai saja, dia menatapku dengan sendu sambil tersenyum lembut ? Sungguh indah, bukan ?

Aku ini terlalu banyak berandai-andai. Sekali boneka, tetaplah boneka. Namun, aku bingung... Kenapa aku bisa terpesona oleh boneka buatanku sendiri ? Lupakanlah... Aku harus berangkat ke kampus sekarang.

=================================================================================================================

Saat dikampus, aku masih memikirkan nama yang cocok untuknya. Melamunkan nama yang pas untuknya sepanjang waktu dikelas. Dosen yang menyadari hal itu, langsung melemparku dengan kapur yang ia gunakan untuk menulis materi dipapan tulis.

Sungguh menyebalkan. Padahal saat sampai dirumah, aku ingin langsung memanggilnya dengan sebuah nama. Tapi tidak bisa memikirkan nama yang pas saat jam pemberian materi. Tiba-tiba seseorang melemparku dengan kertas dan tepat mengenai belakang kepalaku.

Lalu aku membalikkan badanku, dan melihat si mesum berkepala blonde itulah yang melempariku dengan kertas. Dia langsung bergaya peace saat aku menatapnya sinis.
Lalu dia memberi sedikit gerakan sebagai isyarat untuk membuka kertas yang ia lempar barusan dan aku langsung membukanya. Benar saja, dia menuliskan pesan singkat.

'Hei, bocah pintar ! Tumben sekali kau bengong di jam pemberian materi'

Sesekali urat dikepalaku ini serasa putus dibuatnya. Si mesum berkepala blonde itu terus menerus membuatku kesal. Entah apa yang menyebabkan Teito bisa jatuh hati padanya.

Aku menggelengkan kepalaku pelan dan menulis balasan pesan singkat darinya. Lalu melemparnya kembali dan pas mengenai kepala blonde yang isinya cuma hentai dan ecchi.

'Berisik ! Dasar mesum !'

Aku pun kembali terfokus pada materi. Melupakan sejenak tentang boneka itu.

Akhirnya pemberian materi sudah selesai dan sekarang waktunya bergegas untuk pulang. Seseorang sudah menungguku tiba di rumah. Saat perjalan pulang nanti, aku akan memikirkan nama yang bagus dan cocok untuknya.

Musim semi ini, bunga sakura yang bermekaran sangatlah indah. Mereka seakan-akan menari-nari diatas kepalaku. Seakan-akan memberiku ucapan selamat musim semi. Dan seakan-akan mengingatkan tentang orang yang aku cintai.
Kemudian, aku meninggalkan rasa itu sejenak untuk melihat kearah jam tangan yang terpasang ditangan kiriku. Pukul 2 siang ? Hanya ada 1 yang aku pikirkan sekarang. Dia sendirian dan aku harus pulang.

===========================================================================================================================

Secepat mungkin aku harus sudah sampai dirumah. Aku berharap, suatu saat ada yang membukakan pintu saat aku pulang.

Aku mencoba khayalanku barusan. Seseorang akan mebukakan pintu untukku dari dalam rumah ? Hahaha... Aku tau itu mustahil. Tapi... Entah kenapa, dibenakku... Aku yakin... Akan ada orang yang membukakan pintunya untukku... Semoga itu dia... 'Dia'.
Mana mungkin dia bisa bergerak tanpa ada yang menggerakkannya ? Tapi aku tetap percaya kalau dia memang bisa hidup.
Ide gilaku muncul kembali. Aku menekan bel rumah dari luar pagar rumahku.

Hening.

Tidak ada yang membukakan pintu untukku.
Sambil menghela nafas berat, aku mengambil langkah untuk memasuki rumahku. Penuh dengan rasa kecewa.
Perlahan kubuka pintu rumahku. Memasukinya, sesekali melirik kearah sosok yang terduduk disofa. Memandangi setiap inchi tubuhnya. Tak mau berkedip sekalipun. Tak mau melewatkan keidahan wajahnya, tubuhnya,... Semuanya sempurna.

Dengan segera, aku meletakkan tasku diatas kasur yang berukuran King Size ku dan beranjak kearah sosok tersebut terduduk dengan manis.

Aku menyentuh pipinya perlahan. Merasakan betapa lembut pipinya.

"Lab...Labrador ?"

Ucapku secara tiba-tiba. Eh ? Kenapa Labrador ? Tapi nama itu manis. Pada awalnya aku tau itu adalah nama sejenis anjing yang sangat jinak dan bersahabat. Entah kenapa, nama itu cocok untuknya yang lembut.

"Mulai sekarang, namamu Labrador !"

Ucapku seraya memeluknya kedalam pelukanku. Andai ada orang dirumah ini selain aku, aku pasti sudah dianggap orang gila karena sudah bicara kepada boneka.

TBC