Konnichiwa, minna-san... Snow baru pertama nulis disini dan fanfic pertama yang ditulis Snow dengan serius. Maaf ya kalo misalnya jelek TT^TT.
Snow menerima review yang membangun, jangan flame ya.. hehehe... mohon bantuannya senpai semuanya..
Maaf untuk fansnya Yuki, Snow suka banget sama Yuki x Kiyo cuma kan kasian Kiyo kalo dibilang pervert dan pedofil. Jadi Yuki diubah jadi wanita 23 tahun dalam tubuh anak 9 tahun. heheheh... Semoga banyak review yang membangun.
Warning: OOC, Typos, gaje, PUANJANG, Rate bisa berubah.
Rate: T
Disclaimer: Vocaloid punya om Yamaha dan Keluarganya
Ide cerita fanfic : punya Snow
SELAMAT MEMBACA
"Sekolah baru lagi... Hahh..." batin Yuki sembari menghela nafas. "Ini sudah keberapa kalinya aku pindah sekolah ya? Sudah gak terhitung berapa sekolah dan kota. Lagi-lagi jadi siswi kelas 5 SD, padahal usiaku kan 23 tahun. Semua terjadi gara-gara orang-orang berengsek itu, untung saja aku bisa kabur. Tapi aku jadi repot begini, dan paling parah merepotkan kepala yayasan," ungkap Yuki dalam hati. "Ya sudahlah, lebih baik aku masuk saja daripada terlambat."
.
.
.
"Hiyama-sensei, begini, hari ini akan ada murid baru di kelas Anda. Saya harap Anda bisa membimbing dia dengan baik. Masalahnya adalah, dia ini yatim piatu, dia di bawah pengasuhan yayasan milik teman baik saya jadi saya harap Anda lakukan yang terbaik demi nama baik sekolah kita dan saya sendiri," ucap Sang Kepala Sekolah mengakhiri ucapannya.
"Tentu saja, Kamui-san, saya akan lakukan yang terbaik, itu sudah menjadi kewajiban saya sebagai seorang guru. Ehm.. nama murid baru itu siapa ya?" tanya Hiyama-sensei.
"Oh iya, hampir saja lupa, namanya Kaai Yuki, ini biodata mengenai dia yang diberikan dari yayasannya. Bisa kau pelajari nanti," ucap Kamui, "Ada apa Hiyama-sensei? Kenapa mukamu terlihat aneh."
"Oh tidak apa-apa, saya hanya merasa de javu mendengar nama tersebut, sepertinya saya pernah mendengar nama tersebut jauh sebelum sekarang ini," jawab Hiyama-sensei.
"Hahahaha... Itu paling hanya perasaanmu saja. Oh ya satu lagi, agak sedikit keluar topik, nanti malam datang ke tempat biasa ya. Ada acara kumpul-kumpul dengan teman-teman lama," jawab Kamui-sempai merespon reaksi Hiyama-sensei. "Astaga, sudah jam segini sebaiknya Hiyama-sensei cepat-cepat ke kelas, sebentar lagi pelajaran dimulai, memalukan bukan bila seorang guru teladan datang terlambat?"
"Astaga, saya harus segera bergegas. Saya permisi dulu, Kamui-san," jawabnya sambil bergegas keluar dari ruangan.
.
.
.
"Eh, siapa itu? Jangan-jangan murid baru yang dikatakan Gakupo-kun lagi?" batin Hiyama-sensei.
"Selamat pagi nak, apakah kamu yang bernama Kaai Yuki?" sapa Hiyama dengan ceria disertai senyum lembutnya.
Anak itu menoleh sembari menjawab, "Ya benar.." sesaat anak itu seperti terkejut dan berkata, "Kau.. Kiyoteru-chan?"
"ehh.." reflek Hiyama bereaksi terhadap ucapan anak tersebut sambil bengong karena terkejut.
"Eh, bukan apa-apa sensei, bukan apa-apa, sensei guru disini ya? Sensei tahu arah ke kelas 5-1?" jawab Yuki dengan suara nyaring dan terburu-buru hingga menyadarkan Hiyama-sensei dari keterkejutannya.
"Eh.., Oh, saya Hiyama Kiyoteru walikelas 5-1. Mari sensei antar dan perkenalkan kamu ke teman-teman barumu di kelas," Jawab Hiyama-sensei.
"Aku tidak menyangka bertemu bocah yang satu ini disini. Dia sudah tumbuh dewasa dan keren. Bocah ini ternyata hebat juga bisa menjadi seorang guru. Dia pasti sudah lupa denganku padahal aku memakai nama asliku disini, yah tidak ada yang menyalahkannya sih, terakhir bertemu sudah belasan tahun yang lalu. Lagipula bila dia tahu juga akan sangat repot, walau sesungguhnya hanya dia dan Iroha yang tidak pernah kulupakan dari masa laluku itu," batin Yuki dalam hatinya.
.
.
.
Jam istirahat dimulai, Yuki yang tidak tertarik terhadap apa yang dilakukan teman-teman sekelasnya segara ke atap untuk menyendiri. Dari luar dia terlihat seperti anak yang polos dan ceria, mungkin itu memang sosok Yuki di masa lalu ketika dia benar-benar berusia 9 tahun, tidak seperti sekarang ini sebagai seorang wanita 24 tahun dalam tubuh abadi anak 9 tahun.
"Hah.., sungguh membosankan, aku ingin cepat pulang. Apa tidak ada yang menarik ya? Tidak kusangka Kiyoteru-chan, tetanggaku yang polos itu bisa jadi seorang guru, tapi sepertinya dia masih tidak berubah, polos seperti dulu. Dasar bocah." ungkap Yuki terhadap dirinya sendiri.
"klek" bunyi pintu terbuka, Yuki spontan menoleh. Terlihat Hiyama Kiyoteru, sang walikelas membuka pintu atap.
"Lho, Kaai-chan, kenapa bisa disini, berbahaya pergi ke atap seperti ini," ucap Hiyama-sensei.
"Tidak apa-apa, bukan urusanmu," jawab Yuki dengan tatapan dan suara dingin sembari turun ke bawah tanpa memperdulikan Hiyama yang terkejut melihat reaksi dinginnya tersebut.
"Astaga, apa yang terjadi dengan anak itu hingga jadi seperti ini. Pasti hal yang berat untuk anak seusianya," batin Hiyama-sensei iba.
.
.
.
"Hei, Kiyo-senpai, kenapa bengong? Ayo minum! Tidak biasanya kau seperti ini," tegur Kamui Gakupo. Ya, Kamui-san, si kepala sekolah, yang ternyata adalah junior Hiyama Kiyoteru semasa SMA.
"Ah.. ah.. tidak apa-apa, Kamui-san, saya tidak apa-apa," sahut Kiyoteru sambil mengibas-ngibaskan tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya dengan gugup.
"Hei! Bukankah sudah kukatakan jangan berbicara formal begitu bila sedang tidak bekerja. Padahal dulu juga biasanya memarahiku dan memanggilku dengan sebutan Gaku-kohai, atau bahkan BaKamui. Yah, walaupun sendirinya juga polos. Hahaha...," goda Gakupo.
"Dasar kau ini, entah apa yang dikatakan orang-orang disekolah kalau tahu kelakuan aslimu seperti ini. Dasar aktor!" sahut Kiyoteru yang pasrah melihat kelakuan Gakupo yang bisa di bilang pecicilan padahal belum ada tanda-tanda mabuk sama sekali.
"Sudahlah, ngomong-ngomong, ada apa denganmu Kiyo-kun?" ungkap Megurine Luka, tunangan Gakupo. "Dan dimana kak Iroha?"
"Iroha-chan, aku tidak tahu, sudah 5 tahun tidak bertemu dengannya, lagipula dia suka sekali menggangguku dari dulu. Tapi dia orang baik sih, kabar terakhir dia sedang di Australia. Kau tahukan dia itu penggila kucing, isunya sih dia jadi sukarelawan di salah satu penampungan kucing disana dan sedang belajar supaya membuka satu disini. Aku heran saja dia bisa membagi waktu antara kerjaannya dan hal tersebut," jawab Kiyoteru.
"Soal yang aku pikirkan, kau tahu Gakupo, ini soal anak baru itu," jawab Kiyoteru lesu sambil termenung menatap cangkir berisi sakenya yang dari tadi sudah diincar oleh Meiko.
"Kau masih kepikiran soal de javu-mu itu? Hahaha... Sudah itu paling hanya perasaanmu saja." ujar Gakupo sambil bercanda, namun melihat reaksi Kiyoteru yang tidak bergeming dia merasa canggung dan merasa telah berbuat kesalahan.
"Bisa gak jangan asal bunyi bodoh!" teriak Luka sambil menjitak Gakupo, "Lihat situasi sedikit dong! Kau ini keren kalau lagi serius, tapi kalau sisi aslimu ini keluar benar-benar menyebalkan!"
"Sebaiknya kau abaikan junior sekaligus atasanmu yang bodoh itu, Kiyo-kun. Ceritakan saja pada kami, siapa tahu bisa meringankan persaanmu," Luka berbicara sambil tersenyum manis kepada Kiyoteru yang membuat Gakupo sedikit cemburu dan cemberut.
"Kaai Yuki, siswi baru di kelasku, yah memang pas Gaku-kohai menyebut namanya pertama kali entah kenapa aku merasa pernah mengenal nama tersebut jauh sebelumnya dan merasa sangat dekat, tapi bukan itu yang jadi pemikiranku. Dia... Sangat aneh. Dia terlihat ceria dan sangat manis, namun ketika berbicara berdua denganku dia terlihat sangat berbeda, tidak seperti anak kecil, dan berbicara dengan nada datar dan dingin terhadapku. Padahal dia berbicara dengan sangat tidak sopan terhadapku sebagai walikelasnya tapi entah kenapa aku terdiam dan tidak bisa menegur atau memarahi muridku satu itu seperti aku memarahi murid yang lain. Aku khawatir, karena dia yatim piatu hal tersebut meninggalkan beban atau semacamnya padanya," ucap Kiyoteru panjang lebar.
"Heh? Yang benar saja kau ini, kau tidak mabukkan? Masa anak sekecil itu bisa berkelakuan seperti seorang yang berkepribadian ganda seperti itu?" Ungkap Kaito kaget.
"Mana mungkin bodoh, lagian aku belum minum daritadi, kau lihat sendiri," ucap Kiyoteru memprotes Kaito, "karena itu Gaku-kohai, aku ingin mengawasi dia secara spesifik, tapi bila aku tidak mendapat ijin darimu sebagai kepala sekolah dan dari temanmu sebagai walinya ya aku gak bisa berbuat apa-apa.", katanya sambil menoleh pada Gaku
"Terserah kau saja Kiyo-senpai, lagipula bukankah memang itu tugasmu," ucap Gakupo sambil tersenyum lembut, "Kalau perlu kau boleh berkunjung ke yayasan tersebut pada akhir pekan, itu juga baik untukmu, mungkin kau bisa lebih mudah menghadapinya bila begitu, lagian aku yakin, Prima dan Tonio, sebagai pemilik yayasan tidak akan keberatan."
"Ya sudah, sekarang waktunya kita bersenang-senang, bersulang!" teriak Gakupo yang disusul oleh teman-temannya yang lain.
"BERSULAAAAANNNGGGG !" sahut yang Luka, Meiko, Kaito, dan Kiyoteru.
Huehhhhhhh... Panjang banget ya -_-a. Maapin Snow-chan kalo ceritanya rada ngebosenin dan terlalu panjang. Snow bingung gimana nge-blend idenya.
Chapter 2 is on progress :D tapi yah panjang dan masih ngebosenin, terlalu banyak "noise" dalam otak yang bikin pusing.
Dimohon review ya, tapi jangan flame okay? ;)
Thanks for reading :)
