OH MY GOD!

Title : Oh My God!

Main Cast : Kim Mingyu and Jeon Wonwoo

Support Cast : Others SVT members

Genre : Romance, school life, a lil bit humor

Rating : T

Length : Chaptered

Disclaimer : Mereka sendiri, orang tua mereka, Pledis Entertainment, dan Tuhan Yang Maha Esa, kecuali Wonwoo yang hanya milik Mingyu. Saya hanya meminjam nama dan karakter mereka untuk kepentingan cerita gaje bin absurd ini. Cerita murni dari pikiran saya sendiri. Jika ada kesamaan tokoh, karakter, tempat, dan jalan cerita itu hanya kebetulan saja.

Warning : Yaoi, OOC, bahasa tidak baku dan tidak sesuai EYD, cerita abal-abal, humor receh, typo(s), dll

Happy Reading! ^^


Kriiiing kriiing kriiiing.

Terdengar deringan keras dari jam weker yang terletak diatas nakas samping tempat tidur seorang pemuda berkulit pucat. Sedangkan sang pemuda berkulit pucat yang bernama Wonwoo itu, perlahan membuka matanya yang masih terasa berat.

"Hoaaahm... Ck, dasar jam weker sialan. Kau mengganggu acara tidur tampanku tau." Dengus Wonwoo sambil menatap sebal ke arah jam wekernya.

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"SIALAN, UDAH SIANG!" Wonwoo kaget bukan main setelah melihat angka yang tertera pada jam weker berwarna merah tersebut. Jam 8.00 am, itu berarti ia sudah terlambat setengah jam. Matanya kini terbuka lebar. Heol, kenapa bisa kesiangan sih? Oke, sepertinya Wonwoo lupa mengatur alarm pada jam wekernya. Seharusnya itu adalah alarm untuk hari minggu kemarin, karena memang sudah menjadi kebiasaan bagi Wonwoo untuk bangun siang di hari Minggu. Dengan cepat, ia bergegas dari kasurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tidak perlu berlama-lama, Wonwoo sudah keluar dari kamar mandi dan segera memakai seragam sekolahnya.

"Kau benar-benar ceroboh, Jeon Wonwoo. Kenapa kau bisa bangun kesiangan di hari pertamamu sekolah, huh?" Wonwoo merutuki perbuatan cerobohnya itu. Perlu diketahui, Wonwoo tidak pernah terlambat sebelumnya. Karena terlambat itu tidak ada di didalam kamus besar Jeon Wonwoo.

"Kemana Appa dan Eomma? Apa mereka sudah tidak menyayangiku lagi? Kenapa mereka tidak membangunkanku?!" Wonwoo masih setia bermonolog ria. Wonwoo menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa seusai mandi dan berpakaian. Ia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mencari apapun yang bisa dimakan. Tiba-tiba, matanya menangkap secarik memo yang tertempel di kulkas.

To: Jeon Wonie.

Wonie sayang, maafkan Appa dan Eomma yang pergi mendadak. Kami berdua pergi ke China untuk urusan bisnis dan baru bisa pulang besok. Sebenarnya Eomma sudah membangunkanmu jam enam tadi, tapi kau tetap tak kunjung bangun. Ah, maafkan Eomma juga karena tidak sempat membuatkanmu sarapan. Kau bisa membelinya disekolah, kan? Semangat untuk kegiatan masa orientasimu. Dan sepulang sekolah nanti jangan lupa untuk menata barang-barangmu, karena besok kau akan mulai tinggal di asrama. Jaga dirimu baik-baik ya, Wonie sayang. Kami menyayangimu :*

Love, Eomma.

Mata Wonwoo membulat sempurna setelah membaca kertas kecil berwarna merah muda yang dihiasi sebuah kecupan dari bibir sang eomma dengan lipstick yang cukup cetar dan berwarna ngejreng. Mereka benar-benar tega karena telah pergi ke luar negeri tanpa pamit kepada anak semata wayangnya yang tampan terlebih dahulu. Ter-la-lu!

Wonwoo melirik kearah meja makan yang berada didepannya. Ternyata memang benar tidak ada makanan sama sekali.

"Aish jinjja," Wonwoo yang sudah tidak peduli dengan keadaan perutnya yang meraung-raung kelaparan itupun mulai beranjak meninggalkan rumah dan menuju halte yang ada didekat rumahnya.

Sesampainya di sekolah, Wonwoo merasa sedikit lega karena pintu gerbang sekolahnya ternyata masih terbuka. Ia berlari menuju ke aula dan ia bisa melihat banyak calon siswa kelas 10 yang tengah berbaris rapi didalam ruangan tersebut. Sial, ia juga baru ingat kalau ada upacara pembukaan masa orientasi siswa! Sepertinya kau mulai pikun, Jeon Wonwoo.

Wonwoo berlari untuk segera menempatkan dirinya dibarisan paling belakang dengan nafas yang terengah-engah. Keringat yang bercucuran pun turut membanjiri wajah tampannya.

Soonyoung membalikkan badannya untuk melihat siapa siswa yang baru hadir diacara penting seperti ini. Itu adalah perbuatan yang nekat dan ekstrim sekali, man!

"Wonwoo? Kau kenapa? Kau terlihat lelah sekali. Apa kau habis dikejar anjing milik tetanggamu? Atau jangan-jangan, kau habis dikejar kenangan masa lalu?" Tanya Soonyoung dengan maksud sedikit menggoda Wonwoo.

"Kurang aj—" Belum sempat Wonwoo menyelesaikannya, perkatannya terpotong oleh suara lantang yang bersumber dari depan barisan para siswa.

"Anak-anak, harap tenang! Saya disini akan membagi kalian menjadi beberapa kelompok saya juga akan membacakan kelas sementara untuk kegiatan masa orientasi siswa kalian." Ucap seorang pria paruh baya yang menjabat sebagai kepsek di Seoul Senior High School.

"Kelompok A yang akan dibimbing oleh Choi Seungcheol dan Yoon Jeonghan dengan sementara berada dikelas 10-1, beranggotakan Boo Seungkwan, Chwe Hansol, Hong Jisoo, Jeon Wonwoo, Kwon Soonyoung, Lee Jihoon, bla bla bla. Kelompok B dengan bimbingan dari Wen Junhui dan Lee Seokmin dikelas 10-2, beranggotakan Lee Chan, Xu Minghao, bla bla bla. Kelompok C, bla bla bla. Kelompok D, bla bla bla. Dan yang terakhir adalah kelompok E yang beranggotakan bla bla bla." Mr. Park —sang kepsek— menjelaskan secara panjang lebar.

"Ingat, kelas kalian yang saya bacakan tadi hanyalah sementara. Sedangkan, daftar kelas tetap kalian akan ditempel di papan pengumuman sekolah besok pagi. Oh iya, besok siang sepulang sekolah kami juga akan membagi kamar asrama kalian. Siapa pun teman satu kamar kalian, kalian harus menerimanya dan tidak ada kata protes!" Tambah Mr. Park dengan menekankan beberapa kalimat terakhir.

Terdengar suara riuh para calon siswa kelas 10 yang menggema di aula. Ada yang setuju, ada yang tidak setuju, dan ada pula yang penasaran dengan teman sekamar mereka besok.

"Hey Soonyoung, kau berharap bisa satu kamar sama siapa?" Bisik Jisoo.

"Tentu saja dengan my baby Jihoon! Kalau aku sekamar sama Jihoon, aku akan melakukan 'itu' dengannya setiap hari." Soonyoung menyeringai.

Wonwoo yang tidak sengaja mendengar pembicaraan kedua sahabatnya itu langsung bergidik ngeri dan merasa kasihan pada Jihoon.

"Baiklah semuanya. Kalian bisa memasuki ruang kelas sementara kalian dengan bimbingan dari para sunbae masing-masing. Dan yang terlambat, diminta agar tidak memasuki ruang kelas terlebih dulu untuk membersihkan lingkungan sekolah." Kini giliran Jang Seonsaengnim —guru matematika yang juga merangkap sebagai ketua kedisiplinan siswa— yang berbicara.

"Maaf bro, kami masuk kelas duluan. Oh iya satu lagi, kalau mendapat hukuman itu kerjakan dengan ikhlas!" Soonyoung menjulurkan lidahnya tepat didepan wajah Wonwoo.

"Yup. I agree with you, Mr. Soonyoung. Dan aku paling benci saat melihat Wonwoo menggerutu, you know that his face looks uglier than usual. Ah, sebaiknya kita segera masuk ke kelas karena aku sudah tidak tahan untuk mengistirahatkan bokongku yang mulai pegal." Timpal Hansol yang langsung menggandeng bahu Soonyoung dan mengajaknya pergi.

"Yang sabar ya, Wonwoo." Jihoon tersenyum kepada Wonwoo.

"Wonwoo-ya fighting!" Seungkwan mengepalkan kedua tangannya guna menyemangati Wonwoo.

Ah... Ingin sekali rasanya Wonwoo melemparkan sepatu yang ia pakai tepat ke arah wajah sahabat-sahabat gilanya itu —terkecuali Jihoon dan Seungkwan yang sudah menyemangati dirinya.

Wonwoo menengok ke samping kanan kiri dan mendapati beberapa siswa yang bernasib sama seperti dirinya. Wajah mereka terlihat tidak jauh berbeda dari wajahnya yang tak bersemangat sama sekali. Ia menghela nafasnya pasrah lalu beranjak mengambil peralatan kebersihan yang sudah disiapkan oleh tukang kebun sekolah.

-ooo-

Sudah hampir dua jam Wonwoo menghabiskan waktunya untuk membersihkan kamar mandi, itupun juga baru selesai. Ia melirik jam tangan hitam yang menggantung dipergelangan tangannya, sudah jam 10.45 am. Sepertinya ia bisa kembali ke kelas sekarang.

Braaakkk!

Saat Wonwoo akan melangkahkan kakinya keluar, tiba-tiba seseorang menabrak tubuhnya dari belakang hingga menyebabkan dirinya jatuh dengan tidak elitnya.

"Aww bokongku sakit sekali, sepertinya punggungku juga encok. Yak! Kau harus bertanggung jawab!" Wonwoo meringis kesakitan sambil memegangi bokongnya.

"Mian, aku terburu-buru." Jawab namja yang menabrak Wonwoo.

Belum sempat Wonwoo melihat wajahnya, namja itu sudah pergi dan meninggalkan Wonwoo tanpa menolongnya terlebih dahulu. Namun, Wonwoo dapat melihat bahwa namja yang menabraknya tadi bertubuh tinggi dan berambut abu-abu.

"Aigoo, embernya!" Wonwoo menatap shock pada ember yang terguling didepannya. Air sisa yang digunakan Wonwoo untuk mengepel tadi tumpah dan mengotori lantai. Sepertinya keinginan Wonwoo untuk segera mengistirahatkan tubuhnya dikelas harus tertunda, karena ia perlu membersihkan ulang lantai yang kotor tersebut. Sabar ya Wonwoo.

-ooo-

Wonwoo kini sudah mendudukkan dirinya dibangku yang terletak nomor 3 dari depan. Sekarang sudah jam istirahat, tapi ia lebih memilih untuk mengistirahatkan tubuhnya yang lelah daripada harus pergi ke kantin.

"Hahahahaha. Lihatlah wajahmu yang seperti baju kusut, Wonwoo-ya." Soonyoung tertawa terbahak-bahak melihat wajah Wonwoo yang agak dekil.

"Diam kau, Kwon Soonyoung. Aku sedang tidak mood berbicara, apalagi berbicara denganmu." Wonwoo mendengus, moodnya benar-benar buruk hari ini.

"Hari ini sepertinya aku sedang sial, Soonyoung-ah. Mulai dari bangun kesiangan, orang tuaku yang pergi ke China tanpa pamit, dan yah— aku baru saja mendapat hukuman gara-gara keterlambatanku. Lalu yang paling buruk adalah aku berada dikelas yang sama lagi denganmu." Wonwoo berkata dengan lesu sembari menopangkan dagu diatas kedua tangannya.

"Malang sekali hidupmu, Won. Kau tahu pepatah 'sudah jatuh tertimpa tangga'? Itu sepertinya sangat cocok untuk menggambarkan keadaanmu saat ini. Dan... Hey, apa-apaan dengan kalimatmu yang terakhir itu?!" Soonyoung tampak tak terima.

"Hehe aku hanya bercanda." Wonwoo tertawa dengan tangannya yang membentuk huruf V, tanda bahwa ia memang sedang bercanda. Walaupun terkadang sahabat-sahabatnya itu menyebalkan, tapi Wonwoo sangat menyayangi mereka. Wonwoo sudah menganggap mereka seperti saudaranya sendiri.

"Hey, kalian mau dengar berita hangat?" Seungkwan berkata dengan antusias setelah kembali dari kantin.

"Kau seperti gadis-gadis rumpi saja, Seungkwan. Apa kau tau, ngerumpi itu tidak baik karena— mmpphh!" Soonyoung membungkam mulut Jihoon dengan telapak tangannya sebelum kekasihnya itu menyelesaikan kalimatnya.

"Memangnya ada berita apa?" Soonyoung yang kelewat penasaran menatap Seungkwan dengan pandangan penuh tanya.

"Apa yang kau lakukan, bodoh! Kau ingin aku kehabisan nafas, hah?!" Jihoon mendelik kearah Soonyoung.

"Mian baby, tapi aku sangat penasaran dengan gosipnya." Soonyoung nyengir dengan perasaan tanpa dosa yang menghiasi wajahnya.

"Hmm, terserah kalian sajalah. Tadi ketika aku tidak sengaja mendengar yeoja-yeoja yang sedang menggosip dikantin, katanya ada seorang murid tampan yang juga mendaftar disekolah ini. Kalau tidak salah ciri-cirinya bertubuh tinggi, berkulit tan, bersurai abu-abu, tatapannya sangat tajam, dan senyumnya sangat mempesona. Saking tampannya dia, sampai-sampai membuat para gadis klepek-klepek. Aku juga tidak tahu apakah ini benar atau tidak. Ah, aku jadi penasaran setampan apa wajahnya." Seungkwan terlihat bersemangat saat menyampaikan hot news(?) darinya itu.

"Ah, itu mereka saja yang lebay. Is there anybody in this world that have a handsome face like me? Bitch please, ketampananku ini sudah diuji dibeberapa laboratorium ternama di Korea Selatan, man!" Hansol menanggapi perkataan Seungkwan dengan tingkat kenarsisan yang tinggi. Sedangkan Jisoo dan Soonyoung tampak berface palm ria atas jawaban Hansol.

"Oh ya? Memangnya dia siapa, Seungkwan-ah?" Tanya Wonwoo yang ikut-ikutan penasaran. Entah kenapa, Wonwoo jadi teringat namja yang menabraknya di kamar mandi tadi. Rambut abu-abu dan tubuh tinggi. Bukankah ciri-cirinya sama seperti namja yang menabraknya tadi?

"Katanya sih namja tampan itu sekarang berada dikelas 10-4, tapi sialnya mereka tidak menyebutkan nama namja itu." Seungkwan menjawab pertanyaan Wonwoo.

"Wow, wow, wow. Bagaimana kalau my baby Jihoonie akan terpincut dengannya nanti? Andwae! Memikirkannya saja sudah cukup membuatku gila." Soonyoung menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tenang saja, Jihoon itu orangnya setia kok." Jisoo yang sedari tadi diam, kini terlihat meyakinkan Soonyoung dan ditanggapi dengan helaan nafas lega dari si pemuda berambut pirang itu.

-ooo-

"Aku pulang." Teriak Wonwoo setibanya dirumah. Sekarang jam sudah menujukkan pukul 8.00 pm. Hening, tidak ada jawaban. Wonwoo —lagi-lagi— lupa kalau tidak ada orang dirumah. Orang tuanya pergi ke China dan juga Bibi Jung sedang cuti bekerja karena sakit.

Sesampainya dikamar, Wonwoo teringat akan sesuatu hal. Ia harus menata barang-barangnya karena mulai besok ia akan tinggal di asrama sekolah.

"Huft, hari ini melelahkan sekali." Wonwoo merebahkan tubuhnya di atas kasur berukuran King Size miliknya seusai menata barang-barangnya. Tubuhnya terasa makin lelah setelah 4 jam bermain playstation di rumah Soonyoung. Tanpa sadar, Wonwoo sudah berada di alam mimpinya.

-ooo-

Wonwoo membuka matanya saat ia merasakan silau dari sinar matahari yang mulai menerobos masuk melalui celah-celah tirainya. Ini masih pagi, jadi Wonwoo tidak terlalu terburu-buru untuk berangkat ke sekolah. Wonwoo terduduk dikasur empuk miliknya dengan mulut yang menguap lebar.

Wonwoo tersenyum kecil ketika teringat mimpinya semalam. Ia memimpikan seseorang berkulit tan, seseorang yang selalu menemani hari-harinya dulu dengan tawa dan senyuman, seseorang yang bisa membuat jantungnya berdegup lebih cepat. Ya, Wonwoo sangat merindukan —mantan— kekasih kecilnya yang bernama Mingyu. Setelah tersadar dari lamunannya, ia segera mandi dan membuat nasi goreng kesukaannya sebagai sarapan.

Sesampainya disekolah, Wonwoo berlari kecil menuju papan pengumuman yang terdapat di sebelah ruang guru karena hari ini adalah hari pembagian kelas tetap.

Berdesakan, hanya itu kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan saat ini. Para calon siswa kelas 10 berdesakan untuk melihat daftar kelas tetap mereka yang tertera pada kertas putih yang tertempel diatas papan.

Wonwoo bergidik ngeri memandang keramaian yang ada didepannya itu. Ia tidak mungkin nekat menerobos ditengah-tengah mereka karena ia masih ingin hidup. Bagaimana kalau ia terinjak-injak dan— ah sudahlah.

"Hey Wonwoo!" Chan berteriak memanggil Wonwoo dengan tangan melambai ke arahnya. Sontak saja Wonwoo langsung menolehkan kepalanya.

"Kalian kemana saja, huh? Apa kalian sudah melihat daftar kelas tetapnya?"

"Tentu saja sudah. Jangan bilang kau belum melihatnya?" Kali ini giliran Soonyoung yang berbicara.

"Belum hehe." Wonwoo menjawab pertanyaan Soonyoung dengan cengiran khasnya dengan hidung yang berkerut lucu.

"Hmm, sudah kuduga. Kau, Aku, Hansol, Seungkwan, Jihoon, Chan, Minghao, dan Jisoo berada dikelas yang sama. Ah~~ Senangnya bisa sekelas lagi bersama Jihoon sayang." Ucap Soonyoung yang langsung dihadiahi death glare oleh kekasih mungilnya.

"Tapi, kita juga satu kelas dengan seseorang yang namanya sudah tidak asing lagi..." Wonwoo terlalu senang saat mengetahui bahwa ia satu kelas dengan sahabat-sahabatnya itu, sampai-sampai ia tidak menghiraukan perkataan Jihoon.

"Selamat pagi anak-anak! Saya disini sebagai wali kelas kalian. Kalian pasti sudah mengenal saya kan?" Terlihat seorang pria berseragam rapi baru saja memasuki kelas 10-1. Jang Yeonsoo, atau biasa lebih akrab dipanggil Jang Seonsaengnim yang juga menjabat sebagai ketua kedisiplinan siswa.

Mereka tidak salah lihat kan? Jang Seonsaengnim menjadi seorang wali di kelas 10-1? Daebak. Jang Seonsaengnim itu orangnya galak, disiplin, dan sangat tegas. Sedangkan, murid-murid di kelas 10-1 rata-rata bersikap bandel dan susah diatur. Seketika atmosfer didalam kelas 10-1 berubah menjadi hening dan agak mencekam. Soonyoung saja yang kecerewetannya tidak mengenal tempat, kini tidak berani untuk membuka mulutnya.

"Saya akan membagikan buku paket matematika kepada kalian. Setelah itu, kerjakan halaman 5 hingga 10. Saya kira, saya tidak perlu mengajarkan materi ini kepada kalian. Karena kalian semua pasti sudah pernah mempelajarinya saat duduk dibangku sekolah menengah pertama. Dan satu lagi, tugasnya dikumpulkan nanti sepulang sekolah!" Perintah Jang Seonsaengnim.

"What the hell. Yang benar saja, baru hari pertama masuk sekolah sudah dikasih tugas?" Hansol berbisik ke arah Wonwoo.

"Permisi tuan Chwe, saya mendengarkan perkataanmu tadi. Kalau kau tidak mau mengerjakannya, silakan keluar dari kelas saya."

Wonwoo dan Hansol membulatkan matanya. Bagaimana bisa Jang Seonsaengnim mendengarnya? Padahal tadi Hansol berbisik dengan nada yang cukup pelan.

"N-nope. I'm sorry saem, saya minta maaf atas perkataan saya tadi. I'm just kidding." Hansol meminta maaf kepada Jang Seonsaengnim yang langsung dibalas dengan anggukan dari kepalanya.

Teng teng teng!

Terdengar suara bel istirahat yang memecah suasana keheningan dikelas 10-1 yang tercipta selama 2 jam pelajaran tersebut.

"Baiklah anak-anak, kita teruskan nanti setelah istirahat." Jang Seonsaengnim merapikan buku-bukunya dan mulai beranjak dari tempat duduknya.

"Ne." Para siswa membungkuk ke arah Jang Seonsaengnim.

"Ah, perutku lapar sekali akibat terlalu keras memikirkan tugas Jang Seonsaengnim tadi." Minghao mengelus perutnya yang sedari tadi berbunyi dengan tidak merdu.

"Kayak pernah mikir aja." Wonwoo berkata seraya membersihkan buku dan barang-barangnya yang berserakan diatas meja.

"Tentu saja aku pernah, Jeon! Seperti memikirkan Jun hyung misalnya." Minghao senyum-senyum sendiri saat dirinya teringat wajah sunbae sekaligus kekasihnya yang bernama Jun itu.

"Cih, dasar gombal. Kalau begitu, kajja kita ke kantin." Ucap Wonwoo yang langsung diangguki oleh sahabat-sahabatnya.

Mereka kini tengah duduk dikantin dan sibuk dengan aktivitas masing-masing. Wonwoo, Minghao, dan Jisoo sedang menikmati makanan mereka dalam diam. Hansol dan Chan sedang sibuk berkutat dengan ponsel pintar mereka untuk bermain game. Seungkwan asyik mengerjakan tugas matematika dari Jang Seonsaengnim tadi yang belum selesai. Sedangkan Soonyoung dan Jihoon? Tidak perlu ditanya karena saat ini mereka sedang berlovey-dovey ria.

Mereka memasuki kelas saat mendengar suara bel yang berbunyi —lagi—, namun kali ini bedanya adalah bel tersebut menandakan bel masuk ke kelas masing-masing.

Tanpa mereka sadari, Jang Seonsaengnim memasuki ruang kelas 10-1 dengan diikuti oleh seorang namja dibelakangnya.

"Mohon perhatiannya anak-anak! Kelas kita ketambahan seorang siswa. Majulah ke depan dan perkenalkan dirimu, nak." Jang Seonsaengnim memerintahkan siswa baru tersebut untuk memperkenalkan dirinya.

"Hai. Namaku Kim Mingyu, kalian bisa memanggilku Mingyu. Aku adalah siswa lulusan dari Pledis Middle School di New York. Pasti sebagian dari kalian bertanya-tanya, kenapa aku baru masuk dikelas ini setelah jam istirahat, kan? Itu karena aku habis dihukum gara-gara terlambat."

Suasana kelas mendadak ramai setelah sesi perkenalan dari seseorang yang bernama Mingyu. Semua siswa yeoja maupun namja tak henti-hentinya berdecak kagum akan wajah tampan milik siswa tersebut.

T-tunggu, sepertinya ada yang aneh... Siapa namanya tadi? Mingyu? Kim Mingyu?

Wonwoo mengalihkan pandangannya dari buku paket matematika miliknya menuju ke arah namja yang sedang berdiri didepan kelas. Matanya membulat sempurna saat melihat wajah pemuda tinggi itu. Wajah itu... Wajah yang membuat detak jantung Wonwoo bekerja lebih cepat. Wajah yang selalu membuat Wonwoo tersenyum kala ia mengingatnya. Wajah yang selama ini sangat ia rindukan. Dan wajah yang tadi malam menghiasi mimpinya...

"Baiklah Mingyu, kau bisa langsung duduk dikursi paling pojok belakang." Jang Seonsaengnim menunjuk kursi yang berada tepat dibelakang Wonwoo.

"Ah, ne. Gamsahamnida saem." Mingyu tersenyum lalu membungkuk kepada Jang Seonsaengnim.

Wonwoo tidak berani untuk sekedar menolehkan kepalanya kearah Mingyu yang kini sudah mendudukkan diri dibelakang bangkunya. Otaknya masih belum bisa mencerna tentang kejadian ini. Ia tidak salah lihat kan? Ia tidak sedang bermimpi kan?

"Halaman berapa yang harus dikerjakan?" Mingyu bertanya kepada Wonwoo.

"E-eh itu, em... A-ada di halaman 5 sampai 10." Wonwoo menjawab tanpa menatap ke arah Mingyu. Jantungnya berdetak cepat saat mendengar suara Mingyu yang berubah menjadi lebih berat, sangat berbanding terbalik dengan suaranya dulu.

"Ah, gomawo."

Apa ini? Apa Mingyu sudah tidak mengenaliku? Kenapa ia tidak menyebut namaku? Wonwoo bertanya kepada dirinya sendiri.

"Hah, akhirnya aku berhasil menyelesaikan tugasnya!" Soonyoung berkata dengan bangga.

"Apa yang kau maksud 'menyelesaikan', Soonyoung? Bukankah kau hanya menyalin pekerjaan milik pacarmu?" Chan menanggapi perkataan Soonyoung dengan tangan yang masih sibuk menyalin pekerjaan milik Jihoon.

"I-iya sih, hehe. Tapi kan Jihoon tidak merasa keberatan sama sekali, benar kan baby?" Soonyoung menaik turunkan alisnya dan hanya dibalas dengan endikan bahu dari Jihoon. Soonyoung yang merasa dicueki oleh kekasihnya itupun menangis terguling-guling dipojokan.

"Kalian bisa langsung mengumpulkan tugas kalian kalau sudah selesai. Ah, saem hampir lupa. Setelah kalian mengumpulkan tugasnya, jangan langsung pulang dulu karena saya akan membagikan kunci kamar asrama kalian." Ucap Jang Seonsaengnim.

"Hanya dibagikan kuncinya saja saem? Kenapa tidak dibuatkan daftar sekalian agar kami bisa mengetahui teman sekamar kami masing-masing?" Kata Minghao dengan mengacungkan tangannya yang langsung diangguki oleh teman-temannya.

"Aish, kalian ini bisa tidak sekali-sekali menerima peraturan sekolah dengan apa adanya?! Kalian kebanyakan protes dan mengeluh." Jang Seonsaengnim memijat-mijat kepalanya saat menanggapi keluhan dari anak-anak didiknya.

"Saya akan mulai membagikan kuncinya dari nomor absen 1, Amber Liu diharap maju ke depan." Lanjut Jang Seonsaengnim.

"... absen 10, Jeon Wonwoo harap maju kedepan."

Kini giliran Wonwoo maju ke depan untuk mengambil kunci kamarnya. Nomor 17. Ia penasaran dengan teman sekamarnya nanti. Semoga ia tidak sekamar dengan orang-orang freak, mesum —pengecualian bagi Soonyoung—, ataupun orang-orang yang merasa terganggu dengan ketampanannya :')

"Bagi yang sudah menerima kunci kamar masing-masing, diperbolehkan untuk pulang ke rumah untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa ke asrama. Asrama akan dibuka pukul 5 sore nanti. Saya akhiri pelajaran saya sampai disini, sampai berjumpa dilain waktu."

"Ne. Gamsahamnida, saem." Para siswa kelas 10-1 membungkuk hormat kepada Jang Seonsaengnim yang mulai meninggalkan kelas.

"Jihoon sayang, kau dapat kamar nomor berapa?" Soonyoung bertanya kepada Jihoon yang sibuk memasukkan buku-bukunya kedalam tas berwarna hitam.

"18."

"Benarkah? Hey, itu artinya kita sekamar baby!" Mata Soonyoung berbinar saat mengetahui kalau ia sekamar dengan kekasihnya sendiri. Seringaian tipis pun muncul dari bibirnya. Sedangkan Wonwoo, Jihoon, dan Jisoo hanya bisa mengheningkan cipta massal. Sepertinya kau benar-benar dalam bahaya, Jihoon-ah.

"Oke, sepertinya aku harus menyiapkan mentalku matang-matang saat sekamar denganmu nanti, Hansol-ah. Huft, dan juga sepertinya aku harus tahan dengan suara dengkuranmu yang sangat keras itu." Ucap Chan yang kini terlihat pasrah.

"Huh? That's not true, man! Aku tidak pernah mendengkur seperti yang kau katakan itu. And for your information Lee Chan sayang, kadar ketampananku ini meningkat saat aku sedang tidur tau."

"Cih, mulai lagi. Memangnya ketampananmu itu meningkat seberapa banyak ketika tidur, Hansol?" Jisoo memutar bola matanya bosan mendengar perkataan Hansol yang dianggapnya kelewat narsis.

"Ah, itu sekitar 75%? Ah bukan-bukan, tapi 90%. Atau mungkin 45% saja ya? Maksudku... Ah nevermind, aku tidak mau membahasnya lagi. Lagipula kau kan sudah tau kalau ketampananku itu 100% mutlak, Mr. Jisoo. Let's go home, because i haven't prepare anything yet." Ajak Hansol kepada sahabat-sahabatnya.

Wonwoo diam-diam melirik ke arah Mingyu yang sedang membereskan buku-bukunya. Ingin sekali ia menghampiri Mingyu dan bertanya "kau dapat kamar nomor berapa, Mingyu-ya?" kepadanya. Namun, tentu saja Wonwoo tidak segila itu.

-ooo-

Setelah mencari selama sekitar 10 menit, akhirnya Wonwoo menemukan kamar dengan nomor 17 yang terukir dibagian pintunya, kamar yang akan ia tinggali mulai sekarang.

Wonwoo membuka pintu dengan kunci yang ia bawa sedari tadi.

Cklek.

"Annyeong, apa ada orang?" Wonwoo mengedarkan pandangannya ke arah ruangan yang baru saja ia masuki ini. Hening, tidak ada jawaban. Sepertinya teman sekamarnya itu belum datang.

Oh everytime i see you

Geudae nuneul bol ttaemyeon jakku gaseumi tto seolleyeowa

Nae unmyeongijyo sesang kkeutirado jikyeojugo sipeun dan han saram~

Saat akan menata barang-barangnya, Wonwoo mendengar sebuah suara —atau lebih tepatnya nyanyian— yang berasal dari dalam kamar mandi. Wonwoo yang penasaran pun langsung mendekat menuju sumber suara tersebut.

"Hey, apa ada orang didalam?" Wonwoo sedikit berteriak.

Masih tidak ada respon. Padahal ia dapat mendengar dengan jelas suara air keran yang dihidupkan dari dalam kamar mandi tersebut. Ah sepertinya teman sekamar Wonwoo ini mempunyai masalah pendengaran agak serius. Tidak tidak, Wonwoo tidak mau sekamar dengan orang yang bolot.

Cklek.

Tiba-tiba pintu kamar mandi didepannya terbuka dan menampilkan seorang namja yang err— sexy. Badan yang tinggi dan tegap, kulit tannya yang eksotis, abs yang tercetak sempurna dibagian perut, air yang menetes dari rambut basahnya, dan ditambah namja itu hanya memakai bathrobe berwarna putih yang sangat cocok dipakai olehnya. Namun bukan hal-hal nista itu yang membuat Wonwoo terkejut, melainkan karena sosok namja yang ada didepannya ini...

"M-Mingyu?"

.

.

To Be Continued.


A/N :

Huaaa akhirnya selesai juga nulis chapt 1 /.\

Maafin kalo ceritanya (agak) gaje dan gak nge-feel soalnya ini fanfic pertamaku ;A;

Buat chapt pertama ini aku emang sengaja bikin karakter Mingyu cuman nongol dikit doang. But, don't worry! Ntar di next chapt bakal full Meanie kok^^

Btw, chukkae buat uri sebongies yang udah menang di show champion! :')

Sumpah ya, kemarin pas liat mereka nyampein pidato rasanya aku terharu banget. Ya pokoknya campur aduk lah, antara terharu sama pen ngakak gegara liat wajahnya ajeng, didin, ochi, aming, sama wonu wakakak XD

Sekali lagi, congrats oppadeul!

#SEVENTEEN1stWin

#PrettyU1stWin

Lastly, kalo jumlah review di chapt awal ini lumayan banyak (min. 5 keatas), aku bakalan cepet update lanjutannya wqwq. So, please review biar aku tambah semangat buat nulis next chapt-nya^^

Thankchu!

—Meanie Trash—