"Hei Sakura, apa benar gosip itu, eum, kau itu penyuka sesama jenis ya?" Cukup. Itu adalah pertanyaan sama yang ke-sepuluh yang menghantuiku hari ini. Aaargh… Dari mana mereka tahu gosip murahan itu? Walaupun sebenarnya… itu benar sih. Aku memang akhir-akhir ini memang merasakan hal aneh itu. Sebut saja Hinata, teman sekelasku, yang sering membuatku merasa tidak normal. Dia begitu manis. Pintar, namun pemalu. Ah, benar-benar tipeku. Aku masih bisa menyembunyikan perasaanku sampai akhirnya, seminggu lalu, aku ketahuan menyimpan foto Hinata sekaligus surat cintaku untuknya oleh si biang kerok, Karin.
My Pretty Little Boy © Suekko No Iteza
Naruto © Masashi Kishimoto
I don't take any credit of Naruto and it's character
Warning : OOC-ness, gajeness, typo, dll-ness
Rate : T
Don't read if you don't like.
.
.
.
.
.
.
Flashback
"Hei, pinjam tugas matematikamu dong!" hardik Karin pada Sakura. Tanpa babibu Karin langsung menarik buku itu. Seketika sebuah foto dan sebuah surat terjatuh dari balik lembarannya.
"Wah, apa itu," dipungutnya dua benda itu. Dengan wajah terkejut yang sangat dibuat-buat itu Karin berkata pada Sakura, "Hah? Kau menyimpan foto Hinata Hyuuga? Dan surat," dibukanya amplop pink yang melindungi segenap perasaan Sakura dengan kasar," ini surat cinta! Wah! Kau menyukai Hinata?" Sakura yang panik cuma menunduk dalam. Tangannya meremas ujung buku yang sedang ia baca. Sementara teman-teman sekelasnya mulai mengerubungi keributan yang telah dibuat oleh Karin.
"Waaah… Ada yang tidak normal di kelas kita! Hei! Hyuuga! Ini fotomu, disimpan oleh Sakura!"
"Hah? Fotoku? Kenapa ada padamu, Sakura-chan? Ini kan foto yang kucari-cari dari kemarin…" tanya Hinata pada Sakura. Lagi-lagi Karin mengejek Sakura.
"Berarti, foto itu kaucuri dari Hinata kan? Wah, wah… Ini benar-benar gosip!" Sakura mulai meneteskan airmata karena takut. Takut dijauhi Hinata, takut dijauhi teman-temannya…
"Hei Karin! Apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain menghina orang?" kata Ino yang baru saja datang dan melihat sebagian peristiwa itu.
"Kenapa masih disini? Pergi! Jangan mengerubungi Sakura!" hardik Ino. Karin dan yang lain akhirnya beranjak ke tempat duduk masing-masing. Hinata juga.
.
.
.
.
.
"Sakura, kau baik saja kan?" tanya Ino kepadaku. Entahlah, setelah peristiwa tadi aku makin menyadari kalau aku memang tak normal. Akhirnya aku hanya bisa menggeleng. Ino menghela napas.
"Ceritakan yang sebenarnya," katanya. Memang sih, biasanya kalau aku sedang begini pasti aku cerita pada Ino.
"Sepertinya aku menyukai Hinata," kataku. Ino terkejut. "Entah kenapa saat melihat dia, sepertinya ada rasa bahagia dihatiku. Ini aneh kan?"
"Memang… Tapi, kau pasti bisa sembuh kok! Ah, kukenalkan saja kau pada teman lelakiku di club cosplay, mau?" Aku tidak yakin ini berhasil sebenarnya. Tapi, apa salahnya mencoba.
"Ya, bolehlah,"kataku akhirnya.
.
.
.
.
.
"Sakura, ini teman-temanku," kata Ino.
"Pein."
"Konan."
"Zetsu."
"Kau pasti sudah kenal aku kan, Sakura?" kata kakak Uchiha-senpai, Itachi-senpai. Dan beberapa teman-teman lainnya juga diperkenalkan Ino kepada Sakura.
"Jadi kau hari ini akan latihan?" tanya Sakura.
"Ya, untuk pertunjukkan di Univesitas S," katanya. Sakura mengangguk.
"Ya sudah Sakura, kami akan latihan. Duduk saja disini ya," ujar Ino. Tiba-tiba seorang wanita berkostum Sailormoon masuk. Dan mulai mengambil alih.
"Hi everyone! Ayo kita mulai latihan sekarang. Pertama-tama kita pemanasan dulu!" Wanita itu sepertinya adalah ketua klub Ino. Dia mulai melatih mereka.
.
.
.
.
.
Tidak! Kenapa tidak ada satupun dari pria yang dikenalkan Ino tadi yang menarik? Mereka semua terlihat sama. Malah sekarang aku lebih berkonsentrasi melihat ketua klub yang berpakaian Sailormoon itu.
Dia kurus, sepertinya sama tinggi denganku, kulitnya sewarna bronzer yang dipakai ibuku setiap akan pergi. Seperti emas! Rambutnya panjang dan pirang… Dia… Ya ampun, tidak, tidak! Jangan perhatikan dia lagi!
"Saku, kau kenapa?" tanya Ino. Aku tersadar, lalu menggeleng. Ino tersenyum.
"Sudah selesai?" kataku.
"Sudah. Eh, ini, kau belum kenalan dengan ketua klab kan? Naruto-senpai, ini Sakura, temanku," ujar Ino. Lalu wanita yang ternyata bernama Naruto itu menjulurkan tangan kanannya untuk bersalaman.
"Aku Naruto, salam kenal, Sakura-san," ujarnya. Hah? Kenapa suaranya jadi berat begitu? Aku terpaku memandang wanita itu.
"Sakura, sakura!" kata Ino menyoel-nyoel pipiku. Aku sadar, lalu gelagapan.
"Eh, eh, aku, Sakura Haruno, 17 tahun. Salam kenal, Senpai!" tiba-tiba aku berdiri sambil memegang tangannya. Lalu kubungkukkan badanku.
"Ya… Sakura-san." Katanya tersenyum. Ya ampun, manis sekali senyuman itu! Dia… benar-benar cantik!
"Eh, sudah sore, sebaiknya kita pulang, Saku! Ayo," kata Ino," bye Senpai," ujarnya lagi. Aku lalu membungkukkan badanku lagi.
.
.
.
.
.
"Naruto-senpai cantik ya, Ino," ujarku. Wajah Ino mengkerut heran.
"Dia laki-laki, Sakura."
"Hah? Tidak mungkin!"
"Iya, dia itu laki-laki. Dia pakai wig karena mendalami perannya di drama kami." Ya ampun.
.
.
.
.
.
'Sakura, aku begitu mencintaimu. Kau mau jadi kekasihku kan?' Hah? Naruto-senpai minta aku jadi pacarnya?
'Tentu Naruto-chan… aku mau kok!' Akhirnya kami berpelukan. Wajah kami semakin mendekat… semakin mendekat…
"Sakura, bangun!" kata Ino. Segera Sakura terbangun dari mimpinya. Wajah Naruto-senpai yang cantik itu terus mengganggunya.
"Ino, aku mau kok kalau kau menjodohkanku dengan pelatihmu," ujar Sakura tiba-tiba.
Ino terkejut.
TBC
A/N : Huaaaaaah! Capek! Sebenernya males banget kalo udah ngerjain fic multichap. Liat aja dua fic author yang terbengkalai karena mati ide, tapi masi aja nekat ngerjain multichap. Tapi author jamin yang ini pasti bersambung –kalo ga lupa—selamat menikmati aja deh readers. Jangan lupa review yah. Daaaa~~
Ps. Garis yang diatas itu abaikan aja ya. Author salah ketik terus lupa cara ngebenerinnya :P bye see ya!
