Desclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto
Warning: OOC, ide mungkin pasaran, typo, AU.
It's difficult! © Kumi Usagi
Chap 1
SABAKU GAARA menjahili adiknya –Sabaku Sakura-. Lagi.
Sasori Pov
Hei. Aku Sabaku Sasori, umurku 13 tahun. Aku memiliki dua adik; yang satu bernama Sabaku Gaara yang berumur 9 tahun dan satu lagi Sabaku Sakura yang masih berumur 7 tahun.
Kami lahir dari keluarga terpandang, dan memiliki otak yang cukup jenius. Namun walaupun umurku masih 13 tahun, aku selalu menjadi orang yang melerai masalah kedua adikku.
Cih.
Bahkan pelayan-pelayan di rumah tidak berhasil mengatasi sifat Sakura yang cengeng, cerewet dan manja dan Gaara yang sifatnya jahil dan pemalas. Tidakkah mereka mengikuti satu saja sifatku!? Aku ini kan rajin, mandiri dan yah mungkin bicara hanya seperlunya -sebut saja talkless atau irit bicara- tapi berbeda kasusnya jika sedang melerai kedua adikku. Aku akan menjadi cerewet! Uh, setidaknya bisakah mereka sehari saja membuat keadaan rumah tenang? Setiap hari rumah kami selalu –terlalu- berisik.
Kalian mungkin bertanya-tanya di mana orang tua kami. Dan jawabannya adalah mereka bekerja di luar negeri untuk mengurusi bisnis, tapi, setiap 3 bulan sekali mereka pulang dan menghabiskan waktu bersama kami selama seminggu. Kami senang sekali jika bisa menghabiskan banyak waktu dengan Okaa -san dan Otou –san. Tapi—
Greb.
" –!?"
"HUAAAA SASORI NII -CHAN! GAARA NII -CHAN MUTUSIN KEPALA BARBIE KESAYANGAN SAKURA!" Sakura menangis meraung-raung padaku sembari menarik-narik kaus berwarna hitam -yang sedang kukenakan- dengan sangat kencang. Astaga. Ya, ya, aku tahu Sakura masih kecil, tapi…, jika dia sudah marah hingga menangis seperti ini…,
Glek!
Aku pun berjongkok untuk mensejajarkan diri dengan Sakura -yang cengeng- satu ini. Dan mencoba menenangkannya –kalau bisa-.
Aku menghela nafas berat.
"Iya, iya, tenang dulu Saku -chan. Berhenti menarik baju nii -chan, nanti bisa robek." Ujarku datar.
Sungguh aku paling benci keadaan seperti ini. Membujuknya untuk melepaskan tangannya dari bujuku saja susah, apalagi membujuknya untuk berhenti menangis.
Jika sudah selesai menenangkan adikku yang satu ini, akan ku cekik si Panda Merah itu! Aku yakin sekarang dia sedang tertawa terpingkal-pingkal.
Normal Pov
Pagi yang cerah diiringi dengan burung yang berkicau merdu. Hari ini Hari Senin. Rata-rata orang sibuk dengan aktifitasnya masing-masing. Terlihat dari jalanan Tokyo yang ramai dengan pejalan kaki mulai dari pekerja kantoran, mahasiswa hingga anak sekolah dan suara klakson mobil yang nyaring karena terjebak macet. Yah, wajar saja jika sebagian jalanan besar di Tokyo sudah terkena macet diPagi Hari.
Namun jika melihat keadaan sebuah rumah megah keluarga Sabaku di kawasan perumahan elite ini, sepi sekali. Walaupun penghuni di sana lumayan banyak dengan adanya; 2 orang Supir, 5 orang Pelayan, Seorang koki dan 3 Bocah Sabaku.
Menurut pengamatan para warga –tetangga- di kawasan nan elite itu, jika diPagi Hari keluarga Sabaku memang lebih sering terlihat damai. Yah tentu saja. Dikarenakan Bocah Sabaku belum terkumpul nyawanya dan setengah nyawanya masih di alam mimpi. Namun jika sudah memasuki jam pulang sekolah, pasti akan terdengar kicauan si Trio Sabaku.
"Nona Sakura, ayo bangun. Anda harus sekolah." Ujar sang pelayan yang bernama Shizune sembari mengguncang-guncangkan gumpalan selimut berbentuk oval.
Hooo. Rupanya Sakura kesal karena tidur nyenyaknya diganggu, sehingga ia makin merapatkan selimut bermotif barbienya sehingga apabila dilihat dari jauh terlihat seperti bola.
Shizune menghela nafas frustasi. Sudah 12 tahun ia bekerja di Keluarga Sabaku dan mengurusi Bocah Sabaku yang susah sekali diatur. Mereka memang hanya paling dekat dengan Shizune dikarenakan dia berniat mau mengurus, sabar dan baik. Tidak dengan pelayan lain, yang berfikir 'lebih baik mengurus pekerjaan rumah daripada mengurus bocah susah diatur—'
BRAK!
Pintu kamar Sakura dibanting dengan sangat kencang oleh—
"Shizune!" teriak Gaara sembari menarik-narik seragam maid Shizune.
-seorang bocah berambut merah.
Sekali lagi Shizune menghela nafas.
"Ya? Ada apa, Tuan Muda Gaara?"
"Ao kenapa, sih? Kok tumben dia nggak mau keluar dari kandang?" amuk Gaara karena kesal anjing kesayangannya tidak mau menuruti si bocah berumur 9 tahun ini.
"Mungkin dia lelah karena terlalu lama bermain dengan Nona Muda Sakura, kemarin. Tapi itu hanya asumsi saya, sih." Jawab Shizune.
Setelah diberitahu begitu, Gaara langsung loncat ke tempat tidur adiknya –Sakura-.
"Bangun Sakura!" teriaknya dekat buntalan selimut yang berisi bocah berusia 7 tahun itu.
Akhirnya Sakura bangun sembari mengkucek-kucek matanya dan berkata "Ada apa sih, Nii –chan?" tanya Sakura dengan tampang innocent.
"Kemarin, kau apakan Ao sampai dia nggak mau keluar dari kandang hari ini!?" tanya Gaara galak.
"Oh, mungkin Ao kekenyangan. Karena kemarin Sakura kasih Ao biskuit cokelat punya Sakura. Biskuitnya enak lho Nii –chan makanya dihabisin sama Ao." Jawabnya panjang lebar dan dengan polos tentu saja.
"NA- NANII!?" Gaara berteriak kencang.
"ANJING PASTI NGABISIN MAKANAN YANG MAJIKANNYA KASIH, LAH, SAKURA! GAK MUNGKIN DIA PILIH-PILIH." Teriak Gaara frustasi
Tiba-tiba muncul lagi seorang bocah dengan rambut merah dan mengenakan seragam sekolahnya. Rapi.
"Apa sih pagi-pagi udah ribut?" tanya Sasori gusar dan menatap kedua adiknya dengan tatapan datar.
"Sakura juga nggak tahu, tiba-tiba Gaara nii –chan teriak-teriak di kamar Sakura."
"Itu gara-gara ulahmu, tahu! Masa anjing dikasih makan biskuit! Pantas saja Ao nggak mau keluar dari kandang, mungkin aja dia sekarang lagi sakit perut!" jawab Gaara. Marah.
"Sudah, Tuan Muda. Sekarang sudah jam 7 lewat sedangkan Nona Muda Sakura belum apa-apa. Lebih baik Tuan Muda Sasori dan Gaara turun kebawah, sarapannya sudah siap." Shizune pun mengusir Gaara dan Sasori yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya dari kamar Sakura.
Gaara pun hanya bisa nurut karena jika ia melanjutkan kemarahannya pada adiknya, ia akan memperlambat adiknya yang memang lambat karena belum mandi. Bisa-bisa dia terlambat ke sekolah.
Namun jika dipikir lagi, Gaara yakin pasti ia akan terlambat ke sekolah. Bayangkan saja, sekolah masuk jam 07.30 tapi sekarang sudah jam 07.15 dan Sakura belum mandi dan sarapan.
'Apalagi si Pinkie itu kan kalau sarapan lamban kayak bangsawan atau versi jeleknya: nenek-nenek yang udah nggak punya gigi. Mengunyahnya lamaaaaa sekali.' Gerutu Gaara dalam benaknya.
Waktu berjalan begitu cepat. Dan benar saja, ketiga Bocah Sabaku itu terlambat masuk. Perkiraan Gaara memang tak pernah meleset.
Yoorappa Gakuen. Sekolah Internasional yang memiliki gaya ala Eropa dan mencakup beberapa unit pengajaran dari yang Dasar, Menengah Pertama, hingga Menengah Atas. Hanya anak orang-orang kaya serta pintar yang bisa masuk ke sekolah ini. Biaya masuknya saja miliaran. Ditambah lagi tes masuk akademik dan non-akademik yang begitu sulit. Sekolah ini juga tidak akan menerima siswa/i yang hanya mengandalkan harta, namun dilihat juga dari sisi kepintarannya. Karena jika bersekolah di sini, pasti akan terjamin masa depannya.
Dengan segenap kekuatan, mereka berlari menuju gerbang besar bercat putih yang hampir tertutup.
Dan….., mereka pun berhasil melewatinya. Walaupun mendapat deathglare dari si security penjaga gerbang.
Tok Tok
Sasori perlahan membuka pintu kelasnya. Dan merutuki dirinya karena sudah terlambat.
"Excuse me, Sir—"
"Come too early hm, Mr. Sabaku?" sindir salah satu guru yang paling dibenci Sasori.
"I'm sorry, Sir. I'll promise to never repeat it." Setelah berkata begitu, Sasori pun diperbolehkan duduk.
"Pssstt." bisik teman sekaligus sahabat Sasori yang berambut pirang panjang. Deidara.
Karena merasa terganggu oleh makhluk kuning di sebelahnya yang terus menyenggolnya, Sasori mendelik dan balik berbisik "Apa?" jawabnya datar. Saaangat datar. Bahkan Sasori tidak menoleh. Ia hanya melihat Deidara lewat ekor matanya.
"Tumben kau terlambat. Ada masalah?" tanya si rambut pirang penasaran. Atau jika dikaitkan dengan bahasa gaul, Deidara tuh kepo.
Sasori memutar bola matanya. "Ya. Sakura dan Gaara dalangnya."
Deidara terkekeh melihat tingkah sahabat merahnya. "Sepertinya kedua adikku si Naruto dan Ino akur-akur aja, tuh. Kasihan sekali kau, Kepala Cabai."
Deidara langsung dihadiahi deathglare mematikan dari Sasori.
TENG TENG TENG
Akhirnya bel pulang pun berbunyi. Dengan gesit, Sasori segera membereskan buku-buku dan alat tulisnya ke dalam tas hitam miliknya kemudian keluar dari kelasnya. Rasanya ia ingin cepat-cepat pulang. Karena ia selalu diledek oleh sahabatnya, Deidara. Dan tentu saja sekarang ia sedang bad mood.
Namun tiba-tiba ada tangan kecil yang menariknya pelan. Sasori pikir itu adalah ulah Sakura, adiknya. Tapi yang dilihatnya malah Konan, teman sekelasnya. Dengan wajah yang menunduk dan terlihat ada sedikit semburat merah dari pipinya, Sasori heran, 'Ada apa sih sama gadis ini?' gerutunya dalam hati.
"Sasori –kun, ada yang ingin kubicarakan denganmu." Ujarnya dengan suara yang terbilang kecil.
"Hn. Katakan saja sekarang." Balasnya datar.
Kemudian Konan melirik ke kanan, ke kiri dan ke belakang hanya untuk memastikan bahwa di lorong hanya mereka berdua.
"….Daisuki!" cicit Konan.
Sasori membelalakan matanya. 'Apaan sih gadis ini? Kita kan masih di tingkat 2 jhs.'
"Maaf. Aku belum memikirkan hal semacam itu." Jawab Sasori datar dan dingin. Kemudian ia berjalan menjauhi gadis yang terisak karena ditolak cintanya.
Sasori sih berharap tidak ada yang melihat kejadian barusan, tapi sayang…ternyata ada yang melihatnya dan sedang tersenyum setan.
Ketika Sasori membuka pintu mobil berwarna hitam mewah milik keluarganya, Sakura langsung teriak-teriak.
"Nii –chan lama sekali, sih! Sakura sama Gaara nii –chan daritadi nungguin, tahu." Omelnya sembari menggembungkan kedua pipi bakpaunya yang merah karena marah.
"Tau, nih. Yang habis ditembak seharusnya tau waktu, dong! Kami kan tidak suka menunggu." Ejek Gaara.
Sasori membelalakan matanya. Lagi. Berfikir 'Bagaimana dia bisa tahu!?' Kemudian sebelum membalas ejekan adiknya ia segera memasuki mobil dan duduk di sebelah Sakura.
"-!? Oi, itu kan kalimatku." Balasnya jengkel. Adiknya yang satu ini memang ingin sekali dicekik, ya.
"Masa bodoh." Balasnya sembari tersenyum setan.
Hooo. Rupanya yang melihat –mengintip- pernyataan cinta Konan kepada Sasori tuh Gaara.
Jika diibaratkan di anime, Sasori dan Gaara akan terlihat saling menatap –melotot- dan ada petir menggelegar antara mata Gaara dan Sasori.
"Hueeee! Sasori nii –chan habis ditembak? Berarti Sasori nii –chan terluka, dong?" jerit Sakura dengan pandangan yang berubah menjadi sedih.
Sungguh. Saking pintarnya Sakura, ia jadi memiliki asumsi bahwa Sasori habis ditembak memakai senjata, seperti pistol misalnya.
"Bukan. Bukan begitu Saku-chan. Nii –chan tidak apa-apa, kok." Sasori sweatdrop melihat adik pink-nya.
"Trus maksudnya gimana?" Tanya Sakura lagi dengan berlinang air mata.
Gaara terkekeh, dan melihat pemandangan jalan raya dari jendela mobilnya.
Rasanya Sasori ingin menjitak Gaara saking kesalnya. Tapi tidak bisa karena Sakura sedang merengek meminta penjelasan padanya.
Yah, tampaknya hari ini Sasori memang sial. Sudah terlambat kesekolah, diledek sahabat dan adiknya, dan Sakura merengek padanya. Astaga. Sudah badmood tambah badmood.
'Lihat saja nanti, heh, Panda Merah. Kau memang kelewat usil.' Gerutu Sasori. Lagi.
Sudah berapa kali ia menggerutu dalam sehari?
Gaara PoV
'Pfft. Mukanya Sasori udah kayak orang lagi nahan pup. Pasti lagi mikirin sesuatu buat ngebales, deh. Tapi sorry aja Brother, otakku ini jauh lebih cerdik daripada otakmu.' batinku sembari tersenyum licik.
To Be Continued
A/N: Hai Minna –chan! :D /tersenyum sumringah.
Ini adalah fanfiksi pertamaku. Harap dimaklumi.
Tadinya aku pikir bakalan jadi reader aja, tapi tiba-tiba ada keinginan untuk menulis di sini! Hehehe.
Maaf kalo banyak –buanget- kekurangan di fanfic ini, aku terima kritik membangun dari para senpai, tapi aku gak terima kalo dikasih flame dengan bahasa yang tentunya rata-rata tidak sopan. Setidaknya, hargai author yang sudah berjam-jam mengetik demi meluncurkan sebuah fanfic.
Terimakasih sudah membaca! ^w^ tunggu kelanjutannya ya gimana kehidupan Keluarga Sabaku!
Author sengaja memberi judul It's difficult! soalnya fanfic ini menyeritakan tentang kehidupan Keluarga Sabaku yang nggak pernah tentram, selalu ribut dan lain sebagainya. Dan berusaha untuk membuat Keluarga itu tentram ataupun akur. Tapi, itu ketika mereka masih bocah,sih. Nanti ketika mereka udah mulai dewasa, arti dari judul It's difficult! bakalan beda. Itu tentang gimana susahnya saudara melepas kepergian saudaranya. Bukan berarti meninggal lho -_- tapi kayak jadwal yang membuat mereka makin sibuk, dan jarang kumpul bersama trus akhirnya memiliki jalannya masing-masing untuk menggapai cita-cita mereka, dan kemudian ketika umurnya udah mateng mereka mempunyai pasangan sendiri dan menikah. Disitu baru The End of Storynya~
Hehehe.
Mohon direview, ya! Aku pingin liat tanggapan kalian kayak gimana. Semoga tanggapan yang membangun!^^ Review kalian sangat membantu seorang Author Amatiran sepertiku ini! Tapi bukan berarti aku beranggapan Review adalah segalanya, dan ingin agar populer. Sama sekali bukan.
Paling tidak, beritahu letak kesalahan yang ada di fanfic ini, seperti tanda koma, ejaan, huruf kapital, tanda seru dll :)
Salam Peluk,
Kumi Usagi ~(^.^)~
~05-06-13~
