7 Days

By : Chocoalte Bubbletea

Naruto © Masashi Kishimoto

Cast : Uchiha Sasuke, Haruno Sakura (main)

Genre : Fantasy, Romance, Drama

Warning : AU, OOC, Typo, more

oOo

DON'T LIKE DON'T READ

oOo

What would you do i you were being told that you only have seven days left to live?

oOo

Deru kendaraan yang saling hilir mudik entah menuju kemana, derap langkah orang-orang yang berlalu-lalang kesana kemari entah akan kemana -hanya mereka dan tuhan yang tahu- memenuhi gendang pendengaran Sakura. Angin di awal musim semi membelai lembut surai merah jambunya, memberikan sensasi dingin menusuk pada tengkuknya.

Kenapa aku bisa sampai lupa memakai syal sih?

Sakura merutuk dirinya sendiri karena pagi ini ia lupa memakai syal. Jika saja ia tidak bangun kesiangan karena alarmnya yang tiba-tiba mati mungkin saja ia tidak akan pulang dari kampusnya dengan keadaan menggigil seperti ini. Tapi toh nasi sudah menjadi bubur, waktu tidak akan berputar mundur hanya untuk keegoisan kecilnya saja.

Dan sepertinya pemilihan pakaian Sakura pada hari ini pun sangat salah. Bayangkan saja, Sakura hanya memakai rok pendek coklat di atas lutut dipadu dengan kemeja lengan panjang berwarna putih yang hanya dibalut oleh jaket tipis berwarna pink yang ia ambil begitu saja dari gantungan jaketnya. Sepatu boots coklat dan kaus kaki putih panjangnya pun sama sekali tidak membantu menghangatkan kedua kakinya.

Sakura mengusap-usap kedua telapak tangannya, berusaha mencari sedikit kehangatan dari hal tersebut. Sesekali ia meniupnya menimbulkan uap putih yang menghilang dengan cepat di bawah langit keoranyean.

Jika boleh jujur entah mengapa hari ini Sakura merasakan perasaan tidak nyaman. Seperti ada seseorang yang tengah mengawasinya namun ia tidak tahu siapa orang itu. Sakura tidak pernah berhasil menemukan siapa orang yang tengah mengawasinya tersebut. Bahkan hari ini pun di saat Sakura mulai berjalan di jalanan yang cukup sepi, Sakura masih merasakan ada seseorang yang terus mengawasinya tepat di belakangnya. Hal itu membuat bulu kuduknya sedikit berdiri.

Sedari dulu ia tidak pernah percaya pada hantu atau sejenisnya. Sakura selalu menganggap bahwa makhluk halus itu hanya halusinasi yang dibuat oleh imajinasi otak manusia. Tapi perasaan takut dan tidak nyaman ini terlalu nyata untuk halusinasi belaka.

"Meow."

Tanpa sadar Sakura menjerit begitu mendengar eongan kucing kecil yang kini tengah menatapnya dengan dua pasang mata hijau besarnya. Sakura mengelus dadanya, sepertinya ia terlalu terfokus pada ketakutannya hingga ia tidak sadar akan menginjak sang anak kucing jika saja anak kucing itu tidak mengeong.

Sakura berjongkok di depan anak kucing dengan bulu coklat keoranyean dan garis putih di seluruh tubuh mungilnya.

"Apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" tanya Sakura sembari mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala sang anak kucing namun tanpa disangka-sangka, sang anak kucing justru menjauh dan berlari ke arah jalanan besar.

"Hei tunggu!"

Sakura berusaha mengejar sang anak kucing yang masih berlari dengan cepat menuju ke jalan besar. Seolah ia tengah berlari ketakutan akan sesuatu. Anak kucing itu terus berlari hingga ia sampai ke tengah jalan besar tersebut. Saat itu lampu penjalan kaki tengah menyala merah dan sebuah mobil melaju dengan cepat ke arah anak kucing tanpa menyadari kehadirannya.

Tanpa pikir panjang Sakura segera berlari ke arah anak kucing itu dengan sekuat tenaga. Meraih tubuh mungil sang anak kucing dan memeluknya dalam dekapannya. Tak ada waktu baginya untuk berlari menjauh dari mobil itu ketika ia merasakan tubuhnya terpental.

Sakura menatap ke arah anak kucing yang masih meringkuk dalam dekapannya. Ia tersenyum simpul karena anak kucing itu masih selamat tanpa terluka sedikit pun. Sakura merasa sangat lega dan perlahan ia pun mulai kehilangan kesadarannya.

oOo

Sakura berusaha membuka kedua kelopak matanya yang terasa begitu berat. Cahaya yang begitu terang langsung menyerang indra pengelihatannya dan membuatnya semakin kesulitan untuk membuka matanya. Sakura berusaha menyesuaikan pengelihatannya dan ia mulai dapat melihat sekelilingnya.

Dinding bercat putih gading, sebuah infus yang melekat di tangan kanannya, dan ia yang kini tengah tertidur di sebuah ranjang dengan bau obat dan bunga lavender yang bercampur menjadi satu menyeruak melewati indra penciumannya. Hanya satu yang terlintas dalam pikirannya.

Rumah sakit.

"Sakura! Akhirnya kau bangun juga!" teriak seorang gadis dengan rambut pirang di ikat satu dengan senangnya.

Sakura ingin mengatakan pada sahabat bersurai pirangnya itu jika suara melengkingnya itu menyakiti gendang telinga Sakura. Tapi kepalanya yang terasa begitu berat dan sakit membuatnya tak dapat berbuat apapun. Sakura hanya berusaha untuk tetap bertahan hingga Ino menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padanya.

"Di... mana aku?"

Sakura berusaha mengeluarka suaranya yang terasa serak. Sejujurnya hal itu sungguh menyakiti tenggorokan Sakura, tapi ia harus bertanya.

"Kau ada di rumah sakit. Kau mengalami kecelakaan dan sudah satu hari penuh kau tertidur . Doktor mengatakan bahwa kau sungguh beruntung karena tidak ada luka serius tapi kau masih harus tetap diam di rumah sakit sampai setidaknya pemeriksaan lanjut besok."

Aah... kecelakaan itu ya?

Sakura tidak tahu apakah ia harus bersyukur atau tidak karena ia masih bisa terbangung. Bukannya apa, hanya saja Sakura saat ini sedang tidak memiliki uang banyak untuk membayar biaya rumah sakit yang pastinya akan sangat mahal. Jangankan untuk membayar rumah sakit, membiayai hidupnya saja sudah cukup sulit.

Melihat kekhawatiran di wajah sahabatnya itu, Ino langsung berkata. "Tenang saja, orang yang menabrakmu itu akan membayar semua biaya rumah sakitmu sebagai permintaan maaf."

Dengan seketika raut wajah Sakura berubah lega. Dengan begini aku tidak harus menyerahkan semua uang tabunganku untuk membayar biaya rumah sakit.

"Kau ini ya! Masih saja memikirkan uang. Harusnya kau berterima kasih pada tuhan karena masih bisa hidup." Terang Ino tegas.

"Memangnya salah? Aku kan hanya mencoba memikirkan masa depanku jika aku menghabiskan seluruh uangku untuk membayar semua biaya rumah sakit ini."

Tiba-tiba Sakura merasakan kepalanya kembali berdenyut-denyut. Selain itu tenggorokannya pun terasa sakit. Sepertinya tindakan Sakura untuk menyuarakan protesnya tadi adalah hal yang salah.

"Kalau kau mati, tidak akan ada masa depan untukmu nona Haruno Sakura." Sindir Ino sarkastis.

Sakura ingin menjawab tapi seperti apa yang disebutkan tadi, kepalanya yang pening dan tenggrokannya yang sakit menghentikan itu semua. Ia harus benar-benar mengistirahatkan tubuhnya saat ini.

"Sakura, aku akan pulang sekarang. Aku tidak bisa menemanimu di sini karena aku masih ada beberapa urusan. Istirahat yang banyak agar kau cepat sembuh!" lalu Ino pun berjalan meninggalkan ruangan Sakura.

Mencoba mengikuti apa yang sahabatnya katakan, Sakura pun mulai kembali memejamkan matanya. Berusaha menyelami dunia mimpinya. Berharap sang bunga mimpi mampu membawanya pergi dari dunia fana ini ke tempat yang menyenangkan.

oOo

Sakura terbangun dari dunia mimpinya ketika ia merasakan rasa dingin yang begitu menusuk kulit hingga ke tulang-tulangnya. Seingat Sakura rumah sakit yang ia tempati ini memiliki penghangat ruangan tapi mengapa rasanya ia seperti tengah berada di dalam badai salju. Apa mungkin penghangat ruangannya rusak?

Sakura berusah mendudukan tubuhnya yang masih terasa sakit itu. Ia melihat ke sekeliling ruangan dimana ia di rawat. Tipikal ruangan orang biasa. Hanya ada ranjang tempat ia tertidur, infus, meja kecil dengan vas berisi bunga lavender, dan tirai yang membatasi ranjang kosong di sebelahnya.

Sakura berusaha mencari tombol untuk memanggil suster bahwa penghangat ruangannya mati, namun gerakannya terhenti saat ia melihat sosok bayangan seseorang tepat di depan jendela. Berdiri dan menatapnya.

Dilihat dari postur tubuhnya Sakura yakin bahwa orang itu adalah seorang pria namun ia tidak dapat melihat wajahnya. Cahaya rembulan yang menyamarkan sosok misterius di depannya. Jubah hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya terkecuali bagian bawah wajahnya pun sama sekali tidak membantu Sakura melihat siapa sosok bayangan tersebut.

Dalam pikirannya Sakura berusaha meraih tombol lampu di mejanya namun entah mengapa Sakura merasa bahwa sosok misterius itu kini tengah menatapnya dengan intens. Sakura tidak mengerti mengapa ia merasakan bahwa di balik jubah hitam itu ia merasakan kedua iris sosok misterius itu tengah menatapnya tepat pada kedua iris emeraldnya. Seolah memaku pandangan Sakura hingga ia tidak dapat bergerak.

Sosok itu perlahan melangkah ke arahnya. Sakura hanya mampu menggerakan matanya mengikuti kemana sosok misterius itu bergerak. Ia tidak dapat mengeluarkan suaranya. Ia pun tidak dapat menggerakan tubuhnya, seolah sosok misterius yang tengah berdiri tepat di sampingnya itu mengontrol seluruh bagian tubuhnya.

"Haruno Sakura." Suara dingin bak es di musim dingin itu membuat seluruh bulu kuduknya berdiri. Keringat dingin pun mengalir di pelipis Sakura.

Di balik jubah itu, sebuah tangan pucat pasi menyentuh pipinya. Rasanya begitu dingin bagai orang mati dan harus Sakura akui ia sangat ketakutan saat ini. Terlebih saat tangan dingin itu mengelus pipinya halus.

Dengan tekad yang kuat dan perasaan takut yang bercampur aduk menjadi satu, Sakura akhirnya mampu mengeluarkan suaranya. "Siapa kau?"

Sosok itu tak bergerak dari tempatnya. Ia melepaskan tangannya dari pipi Sakura dan kembali menatap Sakura dari balik jubah hitam yang ternyata memiliki corak angka romawi. 'XIII' dengan seekor ular yang membelit angka romawi tersebut.

"Haruno Sakura." Lagi-lagi sosok misterius itu memanggil namanya yang entah ia ketahui dari mana. "Kau hanya memiliki waktu satu minggu untuk tetap hidup."

Sakura membulatkan kedua iris emeraldnya. Ucapan sosok misterius ini sama sekali tidak menunjukan sedikit pun candaan di dalamnya. Tak ada keraguan saat ia mengucapkan satu per satu kata tersebut.

Apa maksudnya aku hanya memiliki waktu tujuh hari?

"Apa maksudmu? Siapa kau?" tanya Sakura dengan suara bergetar. Ia takut dan baru kali ini benar-benar merasa sangat ketakutan seperti ini. Ia tidak pernah merasa setakut ini bahkan saat ia hampir saja tenggelam saat liburan musim panas tahun lalu bersama Ino dan teman-temannya yang lain.

"Aku adalah seseorang yang akan mengambil jiwamu."

Jika bisa mungkin Sakura akan kembali membulatkan matanya. Apa mungkin maksud orang ini adalah bahwa ia ini seorang dewa kematian?

"Apa mak-" belum sempat Sakura melanjutkan ucapannya, Sakura mencium bau mawar yang begitu menyengat dan merasakan ia kepalanya kembali tersa sangat berat. Seolah tengah di timpa oleh batu yang sangat besar.

Pandangan Sakura mulai kabur dan ia pun kembali kehilangan kesadarannya.

oOo

Perlahan Sakura membuka kedua matanya. Cahaya matahari yang menyinari seluruh ruangannya melalui kaca jendela yang terbuka membuatnya kesulitan menyesuaikan pengelihatannya.

Rasa hangat yang menyelimuti seluruh tubuhnya menyadarkan Sakura akan satu hal. Apa yang aku alami semalam hanya mimpi belaka?

Tapi entah mengapa rasa dingin yang menusuk hingga ke tulangnya itu telalu nyata hanya untuk sebuah bunga mimpi. Rasa dingin saat tangan pucat itu mengelus pipinya terlalu membekas hanya untuk sebuah halusinasi pikirannya belaka. Dan rasa takut yang masih terus mengalir dalam darahnya tak dapat ia katakan sebagai efek mimpi buruk.

Semua itu terlalu nyata. Terlalu nyata hingga membuat Sakura merasa tidak nyaman.

"Apa benar waktuku hanya tersisa tujuh hari?"

oOo

TBC

oOo

a/n : Yeaah... finally i publish this fic. Sebenernya saya masih punya hutang di fandom sebelah sih tapi saya gak sabar aja pengen publish ini fic.

Ngomong-ngomong ini kali pertamanya saya publis fic di fandom ini jadi saya sedikit takut juga sih. Dunno why. Dan saya bikin fic pair kesukaan saya sepanjang masa. Sasusaku XD (walaupun masih belum ada sih interaksinya) tapi saya yakin pasti udah pada bisa nebak Sasuke ntar jadi apa, habisnya idenya gampang ditebak sih -_- but i don't care anyway. Sebenarnya ide ceritanya itu dari game yang pernah saya mainin, cuma saya lupa judulnya apa (apa ada yang pernah main?). Tapi jangan khawatir, alur ceritanya bakal beda dong. Kalo sama itu nama plagiat and i hate it.

Oke! Saya rasa cukup curcolnya. Supaya saya lebih semangat buat lanjutin ini fic, so...

For last

If you don't mind

Review please?