Note: ini bisa dibilang sekuel I Addicted to You. Untuk pembaca baru, akan kujelaskan beberapa hal. Sakura dulu pernah meninggal karena terjun dari tebing, namun berhasilkan dihidupkan lagi oleh Sasuke dengan air penemuan Karin yang diberi nama Hydrophanelic. Namun air itu membuat tubuh Sakura melemah meski telah hidup kembali. Sasuke penderita Dedustus, penyakit psikologis yang kecanduan akan sosok seseorang, dan orang yang Sasuke candui adalah Sakura. Sharingan Sasuke disini kubuat menjadi kekuatan pengendali fikiran seperti fic I Addicted to You. Fic ini juga sekaligus memenuhi request dari anonymous reviewer yang bernickname: ME. Hope you like it ;)

Prologue:

Pria tampan dan pucat itu tertegun sejenak menatap si gadis kecil. Ia merasa tak yakin, tapi inilah waktunya.

'Saat kau bangkit, kau akan menghabiskan berliter-liter darah. Berhati-hatilah Sasuke, jangan sampai Sakura melihatmu ketika masa kehausan terparahmu itu. Kau akan bangkit ketika reinkarnasi Sakura di dekatmu sudah menginjak umur yang dirasa cukup kuat mentalnya. Mungkin sekitar dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun.'

Sasuke mengernyitkan alis mengingat apa yang pernah dikatakan Orochimaru dulu. Dokter senior yang ternyata berumur tiga ratus tahun itu memiliki banyak pengetahuan mengingat umurnya yang tidak wajar. Yang juga membuatnya berpindah-pindah dengan berbagai identitas.

Onyx kelam Sasuke menatap intens sosok mungil yang sudah ia ketahui bernama Sakura Senju.

Gadis ini…

Dia masih balita. Tidak mungkin kalau ini saatnya…

.

.

.

==00==00==00==

Darkest Blood © Kitty Kuromi

Naruto © Kishimoto Mashashi

Rated-T semi M.

SasuSaku/AU/OOC/OC/TYPO(s)/Sekuel I Addicted to You.

==00==00==00==

.

.

.

Gundukan tanah merah berhiaskan bebungaan itu di terpa jutaan tetes air hujan. Suasana berduka masih menyelimuti.

Sakura Uchiha. Nama itu tergores rapih pada batu nisan yang menyanggah tanah tersebut. Isak tangis mewarnai dan mengalun sendu di udara tempat pemakaman umum yang membumikan sosok berambut merah muda yang mereka kenal.

Sasuke Uchiha, dengan menopang tubuhnya menggunakan kedua lutut di atas tanah—terdiam. Tatapannya kosong, senyumnya miris dengan alis yang terangkat lemah. Air mata yang tersamarkan hujan dan peluh itu tengah membuat matanya perih dan kemerahan—tapi tak ia pedulikan.

Keramaian sekitar makam istri dari seorang Uchiha itu telah surut. Tinggal dua orang Uchiha dan satu pria tua yang berambut panjang dan berkulit pucat.

"Relakan dia, Sasuke." Dokter Orochimaru menepuk pundak pria berusia 24 tahun itu. Tangan ringkihnya ditepis kasar oleh pemuda yang ia panggil Sasuke.

"Kufikir ia bisa di hidupkan kembali seperti dulu. Ternyata air Hydrophanelic hanya menandaskan mimpi-mimpiku—untuk kedua kalinya." Ucapnya parau dengan suara yang sudah serak akibat menjerit tidak terima saat pertama kali mengetahui bahwa istrinya tak mungkin bertahan saat melahirkan.

Itachi memegang kedua lengan adiknya dan mencoba membantu Sasuke berdiri. "Semua sudah digariskan. Jangan membuat dirimu tersiksa, Sasuke."

Mereka pun pergi meninggalkan foto wanita berambut merah muda yang sedang tersenyum memamerkan sederet gigi-gigi kecil putih bersih dan rapihnya yang bersandar di batu nisan.

Air hujan masih setia menyirami mereka, namun telah mereda menjadi rintikan gerimis yang membuat Sasuke semakin merasa miris. "Kau tau, Nii-san?" Sasuke bergumam tanpa menoleh, pandangannya kosong jatuh keatas tanah di depannya. Ia masih berjalan dengan kedua telapak tangan Itachi di kedua lengannya. Itachi tak menyahut, ia sudah hafal tabiat adiknya. Apa pun responnya, sang adik akan terus berbicara sesuka hati, tak peduli dengan jawaban orang-orang yang meresponnya.

"Kalau Sakura meninggalkanku, aku harus mengejarnya—sampai ke ujung dunia."

Itachi tertegun dan menatap sekilas wajah pucat sang adik, kantung mata Sasuke mulai menebal dan menggelap, bibir tipis itu pucat kebiruan, sorot matanya tak bisa diartikan.

"Dia lari ke dimensi lain, akan kukejar ke dimensi tersebut." Lanjut Sasuke parau dan melangkah meninggalkan Itachi dan dokter Orochimaru yang membeku di tempat.

.

==00==00==00==

.

Tangisan bayi laki-laki itu pecah di pelukan Konan, istri Itachi Uchiha. Bayi laki-laki yang menangis begitu keras itu memiliki rambut hitam legam seperti ayahnya, Sasuke Uchiha, dengan iris hijau cermelang seperti almarhumah ibunya.

"Bagaimana ini, Itachi-kun. Keruno-kun tidak mau tenang." Ucap Konan gusar dan masih terus menimang-nimang bayi tampan di pelukkannya. Itachi hanya mengurut pangkal hidungnya seraya memejamkan mata.

"Berikan padaku." Suara baritone itu sontak membuat sepasang suami istri itu menoleh. Seorang pria dengan wajah pucat dan lingkaran hitam di sekitar mata onyxnya sedang menatap datar sosok mungil Keruno yang berada dalam dekapan Konan. Tangan besarnya pun terulur menyambut sodoran hati-hati dari Konan.

"Ssshhh…." Sasuke berbisik pada bayinya seraya menaik turunkan sedikit rengkuhannya. Perlahan tangisan itu meredam di gantikan dengan bisikan-bisikan parau dari Sasuke. "Diamlah, jangan menyusahkan Konan-basan dan Itachi-jisan."

Seolah mengerti ucapan ayahnya, Keruno terdiam tenang menatap onyx sang ayah. Bayi tampan itu bergerak pelan, tangannya meraih-raih hidung mancung Sasuke, seakan mengajaknya bermain. "Kau monster." Gumam Sasuke tiba-tiba menatap sinis bayinya sendiri. Membuat Itachi terkejut dan Konan merasa ngeri.

"Kau telah membunuh istriku." pekik tertahan Sasuke kini matanya menajam dengan iris yang berubah menjadi merah. "Seharusnya kau yang mati."

"Apa yang kau lakukan Sasuke!" teriak Itachi sementara Konan bersembunyi dibalik lengan suaminya. Sasuke menatap sekilas kakaknya, dan tersenyum sinis, kemudaian kembali menatap sosok mungil yang mirip dengannya itu.

"Membunuh." Jawab Sasuke datar. Iris merahnya kembali menyorot bayi tampan yang tidak berdosa itu. Tapi tidak ada respon berarti, bayi itu tidak menangis meski ayahnya berteriak… "KAU PEMBUNUH!"

"JANGAN! DIA ANAKMU, SASUKE!" seru Itachi dan mencoba merebut Keruno tapi segera di elak oleh Sasuke yang menatap tajam kakaknya.

"Kalau kau mendekat, akan kubanting anak ini!" bentaknya kasar, tapi bayi itu tidak menunjukan reaksi apapun atas kericuhan yang terjadi. Ia tetap tenang dalam gendongan ayahnya.

"Dia darah dagingmu dan Sakura!"

"DIA MONSTER!"

"Karena kau juga monster!" seru Itachi tidak mau kalah. Iris merah Sasuke perlahan meredup setelah mendengar bentakkan kakaknya. Pandangnnya sendu pada mata hijau emerald Keruno, yang mengingatkan dirinya akan almarumah istrinya tercinta.

"Kau monster dengan pengendalian fikiranmu, Sasuke. Tidak heran jika pertumbuhan dan pergerakan Keruno begitu kuat. Karena kaulah ayahnya. Pria penuh emosi dan menggunakan kelebihan sesuka hati." Ujar Itachi setengah sinis. Sasuke mengangguk perlahan menatap bayinya dengan senyum keputus-asaan.

"Kau dengar, Keruno? Kita monster. Itachi-jisan tahu pasti akan hal itu." iris onyx itu kembali memerah menatap tajam Keruno. "Karena itu…"

"Jangan bertindak bodoh!" Itachi memperingatkan.

"Aku harus menyingkirkan monster kecil ini…" Mata Sasuke semakin melebar memamerkan iris merahnya yang menyorot bayi kecil tersebut.

"Jangan!" Konan menjerit.

Emerald Keruno beradu ketat dengan iris merah ayahnya. Bayi itu tetap tenang dan mencoba meraih hidung sang ayah. Namun tangannya tiba-tiba berhenti meraih, mata mungil dengan iris hijau emerald bersar itu tidak berkedip. Perlahan warna hijau itu berubah menjadi merah.

KREKK!Sasuke merasakan ada sesuatu yang retak di lehernya.

"Argh" Tubuh Sasuke terlempar ke belakang, sedangkan Keruno terlempar ke depan. Konan menjerit melihat Keruno yang terjun bebas ke arah lantai, dengan sigap Itachi menangkap Keruno meski punggungnya menghantam keras sudut meja.

Konan segera menghampiri suaminya dan membantu Itachi bangun. Sepasang suami istri itu terkejut melihat iris Keruno berwarna merah, beberapa detik kemudian kembali hijau dan menangis keras.

Sasuke segera bangkit dan memegangi lehernya. Iris merahnya telah berubah menjadi onyx dan menatap tajam Keruno, Itachi dan Konan. "Bunuh monster itu, atau kalian akan mati." Ketusnya lalu melangkahkan kaki keluar.

Konan menangis dan memeluk Keruno berusaha menenangkan bayi tersebut. Sementara Itachi hanya mengelus dadanya.

.

==00==00==00==

.

283 tahun kemudian…

Seorang gadis kecil berambut merah muda dan bermata hijau cemerlang sedang berlari kecil menaiki tangga teras rumahnya. "Ojii-chan!" Serunya saat melihat pria tua sedang memegang tas kerja dan berpakaian rapih. "Jii-chan jangan lama-lama pulangnya ya, temani aku mainnn…" rajuk manja gadis kecil tersebut yang membuat sang kakek mencubit pipi tembamnya. "Iya, Sakura-chan. Jangan nakal di rumah ya, Rin akan menemanimu selama aku di kantor."

"U-um." Gadis itu mengangguk antusias.

"Direktur Senju, perwakilan perusahaan asing kemarin sore meminta kontak Anda." Ucap seseorang yang sedang berdiri di sebelahnya—asistennya.

"Baiklah, Sakura Senju. Jangan berbuat ceroboh yang akan menyusahkan Rin ya. Jaa…"

.

==00==00==00==

.

Hening malam ditemani suara burung hantu dan angin malam yang menderu tenang membuat dahan-dahan lemah pohon bergoyang. Di belakang rumah besar kediaman Senju terdapat sebuah taman kecil dan kolam renang jernih yang berkilauan karena sinar lampu dan efek marmer khusus dalam kolam tersebut.

Jauh kebelakang terdapat pohon-pohon besar dan rerumputan yang tidak terurus dan tidak mendapatkan cahaya lampu yang layak.

SRAK!

Sebuah tangan pucat keluar dari tanah basah berhiaskan rerumputan itu. Cahaya kilat menyinari disusul dentuman petir. Sosok itu pun merambat keluar dari tanah perlahan. Matanya merah menyala, kulitnya putih pucat, rambutnya hitam kebiruan. Terdapat dua taring yang terselip pada barisan giginya. Ia tidak memakai baju atasan dan hanya mengenakan celana hitam.

Iris merahnya memandang sekitar, ia tidak mengenal tempat ini. Tidak sama sekali.

"Grr…" setengah meraung dengan napas memburu, merasakan kehausan yang amat sangat. Tenggorokannya terasa tercekik kekeringan, tubuhnya bergerak melebihi kendalinya sendiri untuk berlari dan melompat kesana kemari. Hidung mancungnya mencium sesuatu.

Seorang perempuan bernama Rin yang sedang melintasi teras belakang rumah itu terkesiap saat tiba-tiba saja sesosok vampire tampan berdiri tepat dihadapannya. Tubuhnya gemetar saat tangan dingin vampire itu mencengkram kedua lengannya. Dan…

Jeritan kesakitan berkumandang di susul derasnya hujan…

.

==00==00==00==

.

Seorang pria berambut raven telah membersihkan diri dalam kamar mandi. Ia mengusap wajahnya yang penuh dengan darah di depan cermin westafel dengan air. Mata beriris merahnya mengerjap melihat bayangannya sendiri di cermin.

Matanya terpejam, alisnya mengkerut. Perlahan taringnya melesak hilang, matanya terbuka dan menampilkan sepasang iris hitam legam. Seringai menggores di wajah tampan dan pucatnya.

Setelah selesai membersihkan diri, ia keluar dari kamar mandi dengan lilitan handuk yang menutupi pinggangnya. Berjalan santai menuju lemari tanpa peduli satu mayat lelaki tua di atas ranjang besar itu, dan dua mayat berseragam satpam.

Setelah berhasil memilih pakaian yang dikiranya paling pas, ia pun mengenakannya dan keluar kamar berjalan melewati tumpukan mayat di ruang tengah lalu mencari-cari sesuatu dengan pandangan matanya. Setelah hampir menyusuri setiap sudut rumah, pria itu terhenti ketika menemukan sebuah pintu bercat pink dengan gantungan berhiaskan tulisan Sakura Senju.

Sekilas alisnya mengkerut lalu kembali menampakan ekspresi datar, perlahan ia membuka pintu itu, dan nampaklah ruangan gelap. Dalam samar, ia melihat siluet gadis mungil berumur empat tahun sedang terlelap tenang dalam selimut merah mudanya. Tangan pria itu meraba dinding dan setelah berhasil menemukan sesuatu, ia menekannya. Cahaya lampu pun menerangi. Dan tampak jelaslah rupa gadis mungil berambut merah muda yang nampaknya tak terusik sedikitpun itu.

Pria tampan dan pucat itu tertegun sejenak menatap si gadis kecil. Ia merasa tak yakin, tapi inilah waktunya.

'Saat kau bangkit, kau akan menghabiskan berliter-liter darah. Berhati-hatilah Sasuke, jangan sampai Sakura melihatmu ketika masa kehausan terparahmu itu. Kau akan bangkit ketika reinkarnasi Sakura di dekatmu sudah menginjak umur yang dirasa cukup kuat mentalnya. Mungkin sekitar dua puluh dua atau dua puluh tiga tahun.'

Sasuke mengernyitkan alis mengingat apa yang pernah dikatakan Orochimaru dulu. Dokter senior yang ternyata berumur tiga ratus tahun itu memiliki banyak pengetahuan mengingat umurnya yang tidak wajar. Yang juga membuatnya berpindah-pindah dengan berbagai identitas.

Onyx kelam Sasuke menatap intens sosok mungil yang sudah ia ketahui bernama Sakura Senju.

Gadis ini…

Dia masih balita. Tidak mungkin kalau ini saatnya…

.

==00==00==00==

.

Sepasang kelopak mungil terbuka dan memamerkan iris cemerlang hijau zambrud-nya. Iris itu bergerak menatap kesekitar. Ia tidak mengenali tempat ini.

"Kau sudah bangun, Sakura?" tepat di saat matanya mendapati sosok pria tampan berkulit pucat dan gaya rambut emo.

"Kau siapa?" tanya gadis kecil itu seraya bangkit untuk duduk di atas ranjang besar dan empuk ini. "Ini dimana?"

Iris besar yang mungil itu menyapu pandang sekitar. Mendapati ruangan bercat cokelat dengan pencahayaan yang tidak terlalu terang, jendela besar di sudut sana memberi pemandangan langit malam yang indah. Tentu ini bukan lantai dasar, karena di jendela yang seukuran pintu itu juga menampakan gedung-gedung lain.

"Aku Sasuke, Sasuke Uchiha." Ucap pria itu masih menatap si gadis kecil yang nampak kebingungan.

Gadis kecil berumur empat tahun itu nampak sangat cantik dengan mata bening beririskan kilauan hijau cemerlang. Hidung kecilnya yang mancung, juga bibir tipisnya yang basah dan berwarna pink. Helaian lembur rambut merah muda pucat sepunggung itu membingkai manis pipi tembamnya yang kemerah-merahan.

"Oji-san?" sapaan lembut itu agak mengejutkan Sasuke. "Sasuke-ji, kita berada dimana?"

Sasuke yang berada di samping Sakura kecil pun membuang muka sejenak, menutupi rahang yang mengeras dan iris memerah sekilas. Tanpa sadar kalau gadis kecil itu merangkak dan mencapai pangkuannya. "Sasuke-ji, siapa?" tanyanya dengan tatapan polos yang antusias pada wajah pucat Sasuke.

Melihat tatapan menggemaskan itu Sasuke langsung meluluh. Helaan napasnya memberat beberapa detik, tangannya meraih puncak kepala merah muda gadis kecil itu. "Panggil aku Sasuke-kun."

.

.

.

.

.

.

DELETE or LANJUT?

(Minder, kayanya delete deh Dx)

Leave your opinion here…

V

V