Hola, readers 8D kangen sama saya? #ENGGAAAKK #plak
Yaudah kalo enggak. Tapi saya kangen TwT #cieee #dor
Oh ya, ngomong-ngomong, selamat Idul Fitri ya bagi yang merayakan! XD minal aidzin, minna!
Oke, stop babbling about it. Kali ini saya mau bahas fanfic abal Hetalia yang sebenernya merupakan OTP saya sejak lama dari jaman kapan tau #okesip.
Saya masih agak-agak bingung juga yah sama alurnya. Pokoknya gitulah. Ikutin aja deh TwT #dodol
Happy reading all!
Cinta.
Walau dibenci tapi suka. Jadi yang benar itu yang mana?
Gadis berambut platinum blondedengan pita putih, bermata biru, berbibir tipis merah muda dan berkacamata itu melanjutkan jalannya di koridor Hetalia Gakuen yang panjang. Sesekali pandangannya tertuju pada gadis-gadis yang tengah tertawa-tawa dengan wajah tersipu-sipu. Dengan ekspresi seperti itu, siapapun tahu bahwa para gadis itu tengah membicarakan sesuatu yang bernama cinta barusan. Terkadang Natalia tak mengerti dimana letak logis dan baiknya dari hal yang bernama cinta itu. Bukannya memusingkan harus mengerti kedua hal yang sangat bertolak belakang dalam sekali waktu?
"Waah, lihat tuh. Arlovskaya memegang buku pelajaran pada jam istirahat begini," bisik seorang perempuan berambut cokelat dengan bunga merah muda disisi rambutnya.
"Iya, ya. Kelihatannya dia sama sekali tidak punya masalah dalam pelajaran!" komentar seorang gadis berambut hitam dan dikuncir dua sambil setengah berbisik pula.
Natalia Arlovskaya—gadis paling dingin dan pintar di seluruh penjuru Hetalia Gakuen tercinta kita. Parasnya sangat cantik, namun acuhnya luar biasa. Sifatnya yang seperti itulah yang membuatnya terlihat misterius, serius dan sangat kaku. Pandangannya menusuk dan tajam dibalik kacamata tebal miliknya. Tak sembarang orang berani dekat-dekat dengannya.
Namun diluar dugaan semua orang, Natalia Arlovskaya sangat penasaran dengan sesuatu yang bernama cinta. Makanya itu dia menyembunyikan komik shoujoyang selalu dibacanya dibalik buku pelajarannya yang tebal-tebal itu. Natalia tidak akan mengakuinya didepan semua orang, tentu saja.
Dan kenapa Natalia tertarik pada cinta dan seluk beluknya?
Karena hanya cintalah yang tidak bisa dimengerti olehnya melalui belajar.
"Uuuh, Hell! Ruang guru dimana sih!" seorang pemuda berkacamata texas, berambut dirty blondedengan jaket coklat dan menenteng tas hitam terlihat menggerutu didepan sebuah kelas. Natalia yang baru pertama kali melihatnya, langsung mengerjap. Sepertinya dia anak baru.
"Kamu anak pindahan?" Natalia akhirnya bertanya dengan wajah dinginnya seperti biasa, apalagi dengan mata birunya itu malah semakin menambah kadar tajamnya pandangan nanar Natalia yang kini tertuju pada pemuda tadi. Natalia mendapati pemuda tadi sangat tampan—dengan tinggi kira-kira 177 cm, apalagi wajahnya yang lugu dan cengiran yang langsung menghiasi wajahnya, seolah tidak gentar menatap tatapan dingin Natalia.
"Oh! Iya. Dimana, ya? Aku tersesat, nih." Katanya. Natalia mengangguk mengerti namun tetap tak mengerti pada senyuman khas pemuda itu yang begitu khas dan lugu.
"Kuantar."
Kelas awalnya tampak biasa-biasa saja sampai bel tanda berbunyi masuk. Natalia seperti biasa langsung mengambil bangku paling depan agar mengerti pelajaran lebih mudah dan berkomunikasi dengan guru lebih mudah. Ada kalanya kau harus membaca komik, ada juga kalanya kau benar-benar harus membaca buku teks setebal delapan sentimeter. Prinsip yang tidak bisa semua orang pegang, sih. Tapi Natalia berhasil menganut prinsip itu dan menjalankannya dengan baik sekali.
"Anak-anak, mohon perhatiannya!" Heracles, si guru dari Yunani mengetuk-ngetuk papan tulis dengan spidol yang dia bawa membuat keributan yang tadi sempat terdengar menjadi sunyi senyap.
"Hari ini kita kedatangan murid baru. Alfred, masuklah." Dan sosok yang dipanggil Alfred tadi memasuki kelas dengan cengiran lebar tetap pada bibirnya. Beberapa anak cewek memekik sambil tertawa-tawa genit menatap Alfred yang melambai pada mereka. Natalia sedikit membulatkan matanya. Lho, itu kan…
"Aku Alfred F. Jones! Pindahan dari New York City, USA. Kau bisa memanggilku Alfred atau Hero! Mohon bantuannya, ya! Ahahahaha~" Alfred kini menyunggingkan senyum lima jarinya dengan ceria.
"Kyaa! Tipeku nih! Kuincar, ah!" Sey, si gadis dari Seychelles memekik genit saat Alfred memperkenalkan diri tadi.
"Hus, Francis gimana tuh? Yang ini buatku saja," sikut Lien Chung, seorang cewek dari Vietnam dengan nada yang sama genitnya dengan Sey tadi.
"Yak, Natalia. Tolong bantu dia, ya." Heracles tentu saja akan memilih murid terbaiknya untuk membimbing anak baru yang diketahui bernama Alfred tadi. Natalia seperti biasanya hanya berdiri dan mengangguk penuh rasa formal,
"Baik."
"Ah!" Alfred secara kontan menunjuk Natalia yang kini berjalan kearahnya untuk menunjukan bangku yang akan Alfred duduki. Natalia mengangkat kedua alisnya dengan sikap acuh,
"Cewek ramah yang tadi menolongku 'kan!" Alfred menunjuk Natalia dengan semangat menggebu-gebu. Natalia mengerjap lalu mengangguk, "Ya."
"Salam. Jangan malu kalau mau bertanya yang tidak dimengerti." Natalia mengulurkan tangannya. Alfred sedikit memudarkan senyumnya dan menunjukan senyum simpul. Didalam benaknya menari-nari pertanyaan, mengapa gadis ini begitu dingin dan kaku? Seolah-olah pertolongannya tadi hanyalah igauan yang tak disengaja dan konyol.
"Hmm, tadi… terima kasih, ya!" Alfred menerima uluran tangan Natalia namun bukannya langsung melepaskannya, dia malah menarik tangan Natalia ke hadapan wajahnya dan mengecup tangan putih dan halus Natalia,
JEDERRR!
Dan disambut teriakan dari cewek-cewek,
"Gyaaa! Lihat!"
"Asik amat sih jadi Natalia!"
"Ahahahaha~ aku ini gampang tersesat sih! Mana tadi kamu langsung pergi tanpa menyebutkan nama!" seru Alfred tambah ceria tanpa mempedulikan Natalia yang syok berat dengan arwah yang nyaris melayang dari tubuhnya karena kaget.
"Oke, deh. Mohon bantuannya… Natie!" Alfred mengedipkan sebelah matanya dan…
GUBRAK!
"N-Natalia!"
"Natalia! Hoi, jangan pingsaaan!"
Dan Natalia dengan sangat OOC-nya malah pingsan karena kaget dengan ciuman ditangannya tadi.
"Tidak awesome!" yah, anda tahulah ini komentar siapa.
…
…
…
Wangi ini…
"Natalia, da?" suara khas seseorang yang sangat dia kenal tiba-tiba menyadarkannya. Natalia membuka sedikit matanya dan mendapati langit-langit biru. Oh. Kamarnya.
"Apa… yang terjadi?" tanya Natalia sambil memegangi kepalanya sendiri yang terasa sakit. Pria bongsor dengan rambut serupa dengannya tersenyum seperti biasanya,
"Kau pingsan, da."
"Oh ya, dan selamat atas ciuman pertama, Nata-chaa~an!" tiba-tiba wanita berdada besar, berambut pendek dengan bando dan jepit memasuki kamar Natalia dengan sup borsch(1)di tangannya. Senyumnya tersungging lebar-lebar. Mengingatkan Natalia pada—
Alfred! Orang itu!
"A-apa? Itu hanya ciuman ditangan, kak Yekaterina!" bantah Natalia dengan wajah memerah. Ivan Braginski, si laki-laki bongsor tadi hanya tersenyum-senyum dengan tanda tanya diatas kepalanya.
"Tetap saja itu dicium kaaaan~ kau mengingatkanku pada masa muda, deh jadinyaaa~" Yekaterina menari-nari dengan sangat lebaynya sehingga membuat Natalia sweatdrop terkecuali Ivan yang sudah biasa melihat kakaknya—Yekaterina, yang sangat ceria dan adiknya, Natalia—yang sangat dingin. Kadang dia bingung, apa benar mereka semua dari gen yang sama?
"Sestra, kalau kau menari-nari begitu nanti supnya tumpah, da." Ivan menggelengkan kepalanya dan mengambil sup borsch yang ada ditangan Yekaterina, menaruhnya lalu berpaling pada Natalia.
"Istirahatlah sejenak, sestra. Kau butuh itu." Ivan memberi saran dengan senyuman terkembang dibibirnya, menyeret dengan halus Yekaterina yang masih menari-nari dengan lebaynya dari kamar Natalia.
Natalia tertegun menatap kepergian kedua kakaknya. Ah, Ivan sama sekali tidak ingin menemaninya, ya? Padahal Natalia lebih membutuhkan kehadiran kakak laki-laki yang disayanginya itu daripada tidur dan istirahat seperti perintahnya tadi.
Natalia menggoreskan pensil yang ia pegang diatas kertas HVS menggambar sebuah denah sekolah yang akan diberikannya pada Alfred. Tiba-tiba tangannya tertuju pada punggung tangannya.
Ctik.
Fokus, Natalia! Lupakan saja!, Natalia menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah sedikit memerah.
Hari itu sudah malam, namun tetap saja Natalia tidak bisa mengembalikan fokusnya untuk hari esok demi mengajarkan bermacam-macam pada pemuda Amerika yang sukses membuatnya kelinyengan dan sukses membuatnya pingsan pula. Natalia bukan gadis yang mudah gugup, tentu saja. Dia sudah sering lomba pidato, puisi dan apapun yang tampil didepan umum.
Namun mengapa Alfred membuatnya gugup bukan main hanya karena ciuman... di tangan lagi!
Natalia menggelengkan kepalanya. Terkadang didunia ini ada hal yang tak bisa dimengerti oleh berbagai macam materi yangt dikuasainya seperti rumus-rumus Fisika...
Sekolah sudah terang benderang dipagi hari yang lembab ini. Natalia Arlovskaya menjejakan kakinya sambil memanjangkan leher mencari sesuatu—atau seseorang—yang sedang ia cari. Pandangannya tertuju pada dua orang laki-laki teman sekelasnya, Arthur Kirkland—si gentlemen dari Inggris dan disebelahnya, Francis Bonnefoy—si mesum dari Prancis. Tumben mereka bisa akrab begitu, biasanya mereka berdebat (baca: adu bacot) mengenai hal-hal tidak penting.
"Permisi," Natalia menghentikan langkah mereka membuat Arthur dan Francis berhenti didepan gadis cantik-tapi-dingin itu.
"Ada apa, Natalia?" tanya Arthur dengan sikap gentlemen-nya seperti biasa. Sementara Francis langsung nyengir mesum pada Natalia yang tidak dipedulikan oleh Natalia.
"Apa kalian melihat Alfred?" tanya Natalia dengan gaya kakunya seperti biasa membuat kedua personifikasi Inggris dan Prancis itu saling melirik kaku lalu berkata dengan nada kaku juga, "W-wah, tidak tahu tuh, iya 'kan, git?" senggol Arthur pada rusuk Francis,
"I-iya, mon ami, nggak lihat tuh." Francis meringis kesakitan saat rusuknya disodok dengan penuh rasa yang sangat tidak berperikemanusiaan. Lalu dia melotot pada Arthur,
"Apa-apaan sih kau! Bagaimana kalau pesonaku jadi rusak gara-gara senggolan nggak pentingmu tadi?" Francis berkata dengan wajah dan nada yang sama—sewot.
"Bloody hell! Mana ada yang peduli sama pesonamu! Dasar pedofil mesum!"
"Setidaknya aku bukan tsunderegagal sepertimu, dasar bodoh!"
"Kau yang bodoh, dasar bloody idiot!"
"Apa katamu?"
"Mau kuulangi, heh? Kau ini sudah mesum, bolot lagi!"
Dan Natalia langsung meninggalkan pasangan yaoi(?) tadi mencari Alfred sendirian. Daripada buntut-buntutnya dia nggak menemukan Alfred melalui orang-orang nggak berguna tadi, mending dia cari sendiri. Dan dari kejauhan tempat Francis dan Arthur tadi, terdengar bak-buk-bak-buk yang lumayan kencang. Yah, anda bisa menebak apa yang terjadi 'kan?
"Hai, Natalia." Tiba-tiba Sey dan Lien Chung mendatangi Natalia. Kedua tangan mereka terlipat didada. Wajah mereka menampakan kesinisan namun tak berani terang-terangan menunjukannya pada gadis yang terkenal dingin itu.
"Aku kaget kemarin kau pingsan begitu. Kau tidak apa-apa 'kan?" tanya Sey dengan nada khawatir yang dibuat-buat. Natalia tampaknya tidak sadar akan hal itu lalu mengangguk, "A-aku tidak apa-apa." Jawabnya gugup mengingat kejadian memalukan kemarin.
"Hey, pada Alfred lebih baik hati-hati, deh!" kata Lien Chung tepat ditelinga Natalia membuat gadis itu melirik dengan tatapan bertanya,
"Iya. Kau tahu 'kan kebudayaan di Amerika itu sangat easy-going. Ciuman di tangan saja dianggapnya salam!" kata Sey menambahkan dengan nada yang sangat meyakinkan seolah-olah dia emaknya kebudayaan Amerika atau semacamnya,
"Oh!" Natalia membelalak tertarik. Pertama kali didengarnya kebudayaan negara yang begitu unik. Sey dan Lien Chung lalu saling melirik dan tertawa-tawa meninggalkan Natalia yang masih 'takjub' dengan pengetahuannya yang baru.
Aku tidak berpikir begitu, batin Natalia sambil tersenyum-senyum dan berjalan melanjutkan pencariannya pada Alfred,
Di dunia ini penuh dengan berbagai macam kebudayaan, suku dan bangsa 'kan!, Natalia manggut-manggut sendiri mendengar dialog dalam hatinya sambil memejamkan matanya. Tanpa berpikir keras,
"Hmm, bagiku… tindakan seperti itu dapat dianggap kurang sopan di Belarussia." Gumamnya tanpa sadar,
"Hello!" dan suara super-ceria itu mengagetkan Natalia. Gadis itu segera membuka matanya dan bertabrakan dengan wajah tampan Alfred TEPAT didepan wajahnya sambil nyengir seperti biasanya.
"A—Alfred! Lama sekali!" protes Natalia setelah suaranya kembali keluar. Dia memundurkan sedikit posisinya. Menjaga jarak dengan pemuda Amerika itu. Alfred mengangkat sebelah alisnya,
"Natie menungguku? Senangnyaaaaaaa~ ahahahahahaha~!" dan lagi-lagi tawa itu menghiasi penjuru telinga Natalia yang hanya bisa menghela nafas. Tumpukan kertas ditangannya segera diberikannya pada Alfred,
"Ini. Berbagai panduan mengenai sekolah ini." Lagi-lagi nada kaku dan datar itu. Alfred mengambilnya dengan senyuman tipis,
"Jangan kaku begitu dong, Natie. Just relaaax…" katanya sambil mengedipkan sebelah matanya. Natalia menahan nafasnya agar jantungnya tidak meloncat keluar saat menatapnya,
"A-aku tidak—"
"Hmmm?" Alfred malah semakin mendekatkan wajahnya pada gadis Belarussia itu membuat Natalia gelagapan menatap wajah it udari jarak sedekat ini. Pasti selanjutnya, Alfred akan—
"A-aku permisi!" Natalia membungkukan badannya dan berlari kecil meninggalkan Alfred yang cengo mendapat respons seperti itu.
Dengan cengiran khasnya, Alfred terkekeh, "Sangat menarik. Natalia Arlovskaya, kau membuat Hero ini penasaran! Ahahahaahha~"
Natalia berlari di koridor sekolah dengan wajah horor. Bukannya dia habis melihat hantu. Tapi dia deg-degan setengah mati melihat Alfred sedekat tadi. Astaga. dosa apa sih dia? Kenapa dia harus selalu kehilangan imej-nya dihadapan laki-laki Amerika berkacamata itu?
Bukankah dia menyukai kakaknya, Ivan, dan bukannya si bodoh yang selalu ceria itu? Tapi kenapa jantungnya juga seolah berkhianat melihat senyuman seorang Alfred F. Jones yang jelas-jelas orang baru dalam kehidupannya?
Dan Natalia hanya menghela nafasnya saat tak menemukan jawabannya.
*TBC*
Ket : (1) Sup Borsch : Sup kubis merah dari Russia.
Selesai deh chap 1 nya. Kependekan? Iya. Gak niat? Iya. #PLAK
Sebenernya saya ngasal aja loh nama Viet disini. Kenapa? Karena saya mencurinya dari informasi mbah gugel yang bilang kalo namanya itu Lien Chung. Agak aneh juga yak namanya =w= #komentar terus #plak.
Terus masalah diksi dan beberapa paragraf, beberapa dibantu oleh RussianSniper17! Arigatou! X3
Tapi fic ini tetap bergaya "saya" kok. #PLAK
Oke, Review, please? :3
NO FLAME. Kritik yang membangun dibutuhkan~ X3
