DIVINE (Threeshoot 1-3)

Main Casts : All BTS member

Genre : Friendship

Rating : G

Length : Threeshoot

Author : gazehayu

Disclaimer :
Annyeong :D
Author kembali dengan ff baru yang akan jadi selingan selama ff 'Bloody Hill' belum di release^^ FF ini terinspirasi dari lagu terbaru nya SNSD noona yang berjudul Divine. Entah perasan author aja atau lagunya emang enak banget dan menyentuh banget :') yang jelas author sukaaaa banget sama lagu itu. Untuk cerita di ff ini terinspirasi dari MV Divine yang story version. Semoga readers semua suka ya^^

I own nothing except the storyline. All the casts are belong to God, their family, their management, and you as an A.R.M.Y. I recommended you to listen SNSD – Divine while you read this ff.

Last but not least, Happy reading ^^

.

.

.

.

.

Summary:

Apa yang akan kita katakan adalah tentang apa yang telah kita capai
Didepan ombak yang kembali berteriak
Kita akan menghadapi semua kesulitan in
Menghadapi dengan senyuman
Karena aku percaya
We can be divine!
Perasaan kita adalah satu

We can be divine….

Namja itu berjalan sepanjang lorong sekolah itu dengan kepala tertunduk. Bukan, dia bukanlah namja autis. Dia hanya seorang namja pemalu yang sedang berjalan di sepanjang lorong menuju kelas barunya. Namja dengan label nama "Jeon Jungkook" pada jas kuningnya adalah salah satu siswa beruntung yang bisa diterima di sekolah seni paling bergengsi di Korea, Seoul of Performing Arts High School atau disingkat SOPA. Pasalnya, untuk bisa menjadi salah satu murid di situ harus melewati audisi yang tentunya harus menunjukkan bakat di bidang seni. Dan untunglah kemampuan vocal Jungkook membuatnya lolos audisi dan diterima menjadi salah satu murid di situ.

Dia adalah namja yang pemalu. Kehadirannya di sekolah itu membuat seluruh yeoja di sekolah memperhatikannya, baik itu sunbae nya maupun teman satu angkatannya. Hal itu tak lain dikarenakan wajah Jungkook yang tampan. Namun, hal itu justru membuat dirinya semakin menundukkan kepalanya dan wajahnya menjadi merah padam karena malu. Dirinya terus berjalan menunduk, bahkan terlalu menunduk, sampai…

BRUKK! ADUUH!

Dia menabrak sesuatu yang membuatnya jatuh tersungkur di lantai dan dihujani buku – buku tebal. Juga terdengar suara "Aduh" yang sama pada sesuatu yang ditabrak Jungkook, menandakan Jungkook bukan menabrak rak buku melainkan manusia. Orang yang ditabrak Jungkook itu langsung menghampiri Jungkook dan berkata, "Ah, mianhae aku tidak lihat jalan. Gwaenchanayo?", sambil membereskan buku – buku yang berserakan di atas Jungkook. "Gwae…. Gwaenchana.", jawab Jungkook pelan. Selesai membereskan buku, orang itu, yang ternyata adalah seorang namja, membantu Jungkook untuk berdiri. "Aku belum pernah melihatmu sebelumnya. Apa kau murid baru?", tanya namja itu. Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban. Bukan, bukan karena dia marah pada namja itu, melainkan dia menyadari bahwa yang ditabrak adalah sunbae nya. "Ah, namaku Park Jimin. Aku murid kelas XI A. Siapa namamu?", tanya namja bernama Park Jimin itu dengan nada yang ramah. "Jo… joneun Jeon Jungkook imnida. Bangapseumnida s..sunbae..nim.", ujar Jungkook gugup sambil membungkukkan badannya 90°. Jimin tertawa melihat Jungkook. "Hahaha, kau tahu, kau lucu. Tidak perlu terlalu gugup begitu. Dan, jangan pernah memanggilku sunbae! Cukup panggil aku hyung atau panggil namaku saja kalau kau mau. Aku masih muda, Jungkook-ssi.", ujar Jimin dengan senyum di wajahnya sambil menepuk pundak Jungkook. Jungkook hanya bisa tersenyum canggung. "Ah, mian aku harus pergi. Aku harus membagikan buku – buku ini di kelas. Kalau kau butuh bantuan, kau tahu dimana kelasku. Annyeong, Jungkook-ssi.", ucap Jimin sambil berlalu pergi. Jungkook melihat punggung Jimin yang berlalu menjauh darinya.

'Andai aku bisa menjadi orang yang ramah dan friendly seperti Jimin sunbae… ani! Jimin hyung….'

Sudah 1 bulan sejak pertemuan Jungkook dengan Jimin di hari pertama Jungkook menjadi murid baru. Jungkook tetaplah menjadi anak yang pemalu. Temannya tidak banyak, hanya mereka yang duduk di sekitar tempat duduknya di pojok kiri belakang kelas. Dia bukanlah tipe anak yang mudah bergaul dengan orang lain.

Selama 1 bulan itu, Jungkook menemukan kegiatan baru. Selama 1 bulan, sekali dalam seminggu, Jungkook selalu mengintip ruang latihan dance yang terletak di lantai 2. Setiap ingin pulang, Jungkook selalu melewati ruangan itu. Di hari Kamis di minggu pertamanya, Jungkook mengintip kegiatan latihan di ruangan itu melalui kaca di pintu ruangan itu. Begitu seterusnya sampai 3 minggu selanjutnya.

Seperti sekarang ini, di minggu ke 4 dirinya di sekolah itu, dia kembali mengintip ruang latihan itu. Dia melihat bagaimana club dance itu, yang belakangan Jungkook ketahui merupakan club paling terkenal di sekolah melalui salah satu teman yeojanya, berlatih gerakan yang menurut Jungkook sangat keren sekaligus sangat sulit dilakukan. Dia melihat bagaimana mereka menari dengan sangat enerjik, bahkan melakukan beberapa gerakan yang berbahaya seperti salto, menendang, dan sebagainya. Dari ekspresi Jungkook, tampak dia sangat tertarik untuk melakukan hal yang sama. Dirinya keasyikan mengintip, sampai….

"Apa yang kau lakukan di sini?"
Jungkook dikejutkan oleh suara di belakang punggungnya, yang ternyata adalah suara Park Jimin. "Ah.. i..itu.. a..aku…." "Kau mengintip kegiatan kami?", tanya Jimin. Pertanyaan itu terdengar seperti menuduh bagi Jungkook, padahal Jimin menanyakannya dengan nada biasa saja. "Jeo.. jeongmal mianhae, h..hyung…", Jungkook tergugup sambil membungkukkan badannya 90°. "Aishh, sudah kubilang tidak perlu terlalu formal. Lagipula aku tidak marah, Jungkook-ah.", ucap Jimin. "Daripada kau mengintip kegiatan kami, bagaimana kalau kau bergabung dengan kami? Menjadi anggota baru? Apa kau mau?", tawar Jimin, tak lupa dengan senyum ramahnya. 'M..mwo?' batin Jungkook kaget. "Bagaimana? Apa kau mau?", ulang Jimin. Dan tanpa sadar, Jungkook menganggukan kepalanya. "Ah, bagus! Kajja!", dan tanpa permisi, Jimin langsung menarik pergelangan tangan Jungkook dan mengajaknya masuk ruangan itu.

"Chingu-deul! Aku membawa seseorang bersamaku. Katanya dia ingin bergabung dengan club ini", teriak Jimin ke seluruh member. Mereka semua berhenti dan menatap Jimin dan Jungkook kebingungan. "Jimin-ah, siapa itu?", tanya seseorang yang, menurut Jungkook, paling tampan di antara mereka. "Kajja! Perkenalkan dirimu.", kata Jimin kepada Jungkook. "Jo..joneun Jungkook… Jungkook imnida. Bangapseumnida", ucap Jungkook disertai dengan bungukkan 90° lagi. Kali ini suaranya bergetar bukan karena gugup, melainkan dia terlalu bergairah. Untuk bisa bergabung di club ini adalah impiannya. Untuk bisa berlatih dance adalah minatnya dari dulu, namun selalu ditentang oleh orang tuanya karena mereka beranggapan dance adalah buang – buang waktu. "Jungkook-ssi, kau tak perlu terlalu formal pada kami. Namaku Kim Seokjin, namun kau bisa memanggilku Jin. Yang berdiri di sebelah kiriku ini adalah Min Yoongi, namun kau bisa memanggilnya Suga. Yang di sebelahnya lagi itu Kim Taehyung, namun kau bisa memanggilnya V. Aku rasa kau sudah mengenal Jimin. Sementara yang berdiri di sebelah V adalah Jung Hoseok.", ucap namja tampan tadi yang bernama Jin. "Dan kami sangat terbuka padamu kalau kamu ingin bergabung dengan kami. Tak perlu berbakat dance yang penting kamu mau bekerja keras. Arra?", tanya namja bernama Suga. Jungkook menjawab dengan anggukan mantap. Entah kenapa tiba – tiba muncul kemantapan di dalam hatinya. "Dan, peraturan yang paling penting, tidak perlu memanggil kami sunbae. Karena kita adalah keluarga dan kau adalah anggota keluarga kami yang baru.", ucap V disertai senyum yang menurut Jungkook menyenangkan, sementara menurut yang lain adalah senyum yang bodoh. "Dan jangan takut gagal. Kami akan membantumu untuk berlatih dance, karena di sini yang terpenting bukanlah menunjukkan kemampuan, melainkan saling membantu satu sama lainnya.", ucap Hoseok. Entah kenapa Jungkook mulai merasa nyaman di sini.

"Baiklah, welcome to our club, Jungkook-ah.", ucap Jimin disertai senyuman tulus yang diikuti oleh member lain. Jungkook tak bisa menyembunyikan perasaan bahagianya sekarang. "Kamsahamnida telah menerimaku sebagai anggota baru kalian. Aku akan berusaha keras.", ucap Jungkook mantap. Dan semua yang ada di ruangan itu setuju, mereka melihat kepercayaan diri yang kuat dalam diri Jungkook ketika mengucapkan itu.

"Ngomong – ngomong, kemana Namjoon?", tanya Jimin pada yang lain. "Dia bilang dia ke toilet tadi, mungkin sebentar lagi dia kembali.", jawab V. "Nanti, kau akan bertemu dengan orang bernama Kim Namjoon, Jungkook-ah. Dia adalah leader kami di sini.", kata Jin pada Jungkook. Tak lama kemudian, datanglah seseorang yang menurut Jungkook bernama Namjoon itu. "Namjoon-ah, kita kedatangan anggota baru. Jungkook-ah, perkenalkan dirimu.", ucap Suga. "Annyeong, hyung. Jeon Jungkook imnida.", ucap Jungkook disertai bungkukkan 20°. Namjoon hanya melihat Jungkook dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik. Lalu dia berkata "Well, kita lihat saja nanti.", lalu dia berlalu ke sisi lain ruangan. 'Apa aku telah melakukan kesalahan?', batin Jungkook. Dirinya dikuasai rasa khawatir sekarang.

Dan mereka pun memulai latihan lagi, sementara Jungkook hanya duduk di belakang memperhatikan mereka. Terlihat mereka saling bertukar pikiran untuk menyempurnakan gerakan mereka. Kali ini, mereka sedang melakukan project 'Growl Dance Cover' yang nantinya akan mereka upload ke youtube. Terlihat mereka saling mengajarkan gerakan satu sama lain, meskipun kebanyakan Jimin dan Hoseok yang mengajarkan karena mereka yang paling bisa dance dibanding yang lain.

"Jungkook-ssi, bisa kita bicara berdua?"
Jungkook terkesiap ketika sang leader, Namjoon, mengajak mereka berbicara berdua setelah selesai latihan. Namjoon membawa Jungkook keluar ruangan, lebih tepatnya ke lorong sekolah. Jungkook mengikuti dengan perasaan yang tidak karuan. "Mianhae, tadi aku terlalu dingin padamu.", ucap Namjoon. 'M..mwo?' Jungkook kaget dibuatnya. Dia mengira dirinya akan ditolak untuk masuk club oleh Namjoon. "Aku perhatikan tadi kau memperhatikan kami dengan serius. Dan lagi, ketika kami belajar gerakan, aku melihatmu ikut menggerakan tubuhmu secara otomatis, bahkan sama persis dengan yang kami lakukan. Kami membutuhkan bakat sepertimu, Jungkook-ssi.", ucap Namjoon disertai dengan senyum yang menghancurkan first impression Jungkook pada Namjoon. "Kamsahamnida, hyung. Aku akan berusaha keras.", ucap Jungkook mantap. Tak ada lagi Jungkook yang berbicara tersendat – sendat. Jungkook dirasuki oleh kekuatan yang entah dari mana asalnya. "Well, selamat bergabung dengan kami, kalau begitu.", sambut Namjoon dengan senyum mengembang sembari menepuk pundak Jungkook mantap, membuat Jungkook ikut tersenyum karenanya.

Sudah 3 bulan sejak Jungkook bergabung dengan club dance itu. Jungkook merasa dia akhirnya benar – benar menemukan sebuah 'keluarga'. Sebelumnya, dia tidak pernah punya tempat untuk tertawa dan bercerita bersama. Dia belum pernah menemukan 'saudara' yang mampu memberinya kehangatan dan kenyamanan seperti sekarang ini.

Di sisi lain, member yang lain sangat bersyukur dengan kedatangan Jungkook di club mereka. Jungkook anak yang baik dan di balik sifat pendiamnya, dia cukup perhatian terhadap member yang lain. Di saat member yang lain tengah kelaparan, dia selalu datang dengan sekantung besar makanan di kedua tangannya. Dan juga dia anak yang rajin. Dia yang selalu datang lebih awal ketika latihan dan menurut Namjoon dan Jimin, yang selama ini selalu pulang paling akhir, Jungkook bahkan pulang lebih larut dari mereka berdua.

Suatu hari, mereka sedang beristirahat dan mengobrol seperti biasa. Keenam orang member yang lain bercerita pada Jungkook soal latar belakang keluarga mereka. Jin dan kedua orang tuanya membuka kedai kecil di rumah mereka. Suga yang hanya tinggal bersama appanya semenjak perceraian kedua orang tua mereka. Hoseok dan kedua orang tuanya membuka usaha toko di halaman rumah mereka. Namjoon berasal dari keluarga seniman, appanya adalah seorang pelukis dan eommanya adalah seorang penyanyi di gereja. Jimin berasal dari keluarga atlit, appanya adalah mantan atlit taekwondo sementara eommanya adalah mantan atlit renang, dan noona nya adalah atlit bulu tangkis sekarang ini. V tinggal hanya bersama pamannya, karena kedua orang tuanya dan yeodongsaeng nya meninggal karena kecelakaan ketika dia masih 10 tahun.

Sekarang giliran Jungkook untuk bercerita. Dia bercerita bahwa appanya adalah pemilik perusahaan hotel & resort terbesar di Asia, dan berencana akan membuka cabang di Eropa. Eommanya adalah pemilik salon kecantikan terbesar di Asia Timur. "Tapi, aku tidak pernah mendapatkan apa yang seharusnya aku dapatkan, sebagai seorang anak.", ucap Jungkook sedih. Tanpa perlu diucapkan, mereka tahu apa maksud Jungkook. V dapat merasakan kesedihan yang sama, karena dia juga tidak memiliki orang tua sejak kecil. Oleh karena itu, dia beranjak mendekati Jungkook, duduk di sebelahnya, dan berkata, "Kami mengerti, Jungkook-ah. Oleh karena itu, Tuhan mengirimkan kami padamu. Tuhan pasti sayang padamu, makanya Dia tidak ingin membiarkan kamu kesepian begitu lama. Kami akan selalu ada untukmu, Jungkook-ah.", ucap V. "Kita adalah sahabat, Jungkook-ah. Apa yang menjadi kesenanganmu, maka kami juga akan senang. Jika kamu bersedih, maka kami juga sedih. Semua susahmu adalah susah kami juga.", ucap Suga tulus. Member yang lain mengangguk menyetujui ucapan V dan Suga. "Dan kami tidak akan keberatan kalau kamu ingin mengungkapkan apapun pada kami, Jungkook-ah. Kapanpun kami siap.", tambah Hoseok. Dan Jungkook merasakan hatinya bergetar. Belum pernah dia merasakan perasaan aneh ini sebelumnya. 'Apa ini yang namanya kasih sayang?' batinnya. Dan kaca – kaca itu terbentuk di bola matanya.

"Gomawo, hyungdeul. Aku akan berusaha untuk menjadi adik yang baik untuk kalian.", ucap Jungkook disertai dengan senyum yang tulus. "Dengan kau hidup bahagia, maka kau sudah menjadi adik yang baik untukku. Untuk kami, Jungkook-ah.", ucap Jin. Dan, mungkin ini terdengar tidak pantas untuk dilakukan namja, namun percayalah, hal yang selanjutnya mereka lakukan adalah saling rangkul. Saling mengekspresikan kehangatan hati yang sedang mereka rasakan akibat rasa persahabatan yang memenuhi seluruh ruangan. Mereka semua percaya, mereka adalah satu.

We are always one…

Dalam hati, Jungkook pernah berjanji bahwa dia ingin membuat hyungdeul nya bahagia dengan caranya sendiri. Dan cara inilah yang terpikirkan dan yang hanya bisa dilakukan untuk saat ini. Di hari Jum'at di minggu awal bulan kelimanya di SOPA, Jungkook mengajak hyungdeulnya untuk main ke rumahnya.

"Kalian tunggu di sini sebentar. Aku akan berganti baju dan menunjukkan sesuatu yang mungkin bisa menghibur kalian.", ujar Jungkook sambil meninggalkan hyungdeul nya di ruang tamu. Dia berlalu menuju kamarnya di lantai 2, sementara kesemua hyungnya menatap seisi ruangan dengan terkesima. Ruang tamu itu sangat besar, bahkan Hoseok mengakui kalau ruang tamu itu dua kali luas tokonya. Dengan sofa berlapis kulit hewan, dan ornament – ornament seperti lemari kaca, jam dinding besar, dan meja yang semua terbuat dari kayu, serta pajangan – pajangan dari kaca dan kristal yang diletakkan di atas meja tamu dan di dalam lemari kaca, membuat ruangan itu terkesan mewah. Lampu chandelier yang terbuat dari kaca dan kristal itu menggantung dari langit – langit ruangan. Toples besar makanan yang terbuat dari kaca yang diletakkan di atas meja itu berisi Turkish Delight, sementara toples kecil di sekelilingnya berisi cokelat – cokelat beraneka rasa. Sungguh, mereka tidak pernah menyangka bahwa Jungkook tinggal di rumah sebesar ini.

V, yang memiliki sifat sangat penasaran, berjalan berkeliling rumah. V akui rumah itu sangat besar. Di salah satu lorong, dia menemukan berbagai macam lukisan, yang setelah V tanyakan kepada salah satu pembantu yang lewat, merupakan lukisan leluhur keluarga Jeon. Dilihat dari lukisannya, sejak dulu keluarga Jeon adalah keluarga yang terpandang di Korea Selatan. Dari segala kemegahan yang dia lihat, dia memiliki satu pertanyaan yang bersarang di otaknya.

'Kemana perginya orang tua Jungkook? Kenapa hanya ada pembantu – pembantu di sini?'

"Appaku sedang berada di Jerman, untuk mengurus cabang yang akan segera buka di sana. Sementara eomma sedang berada di Jepang, mengurus pembukaan cabang salonnya yang baru di sana.", ucap Jungkook. Tak ada nada kebanggaan dalam kata – katanya. Justru sebaliknya, dia terlihat seperti memendam kesedihan dan kesepian. "Jungkook-ah, gwaenchana?", tanya Jimin, orang yang pertama menyadari perubahan nada suara Jungkook. Seketika, Jungkook merubah ekspresi wajahnya. "Gwaenchana. Kajja! Aku akan tunjukkan sesuatu pada kalian.", dan mereka mengikuti Jungkook ke sebuah ruangan.

Dan sekali lagi, rumah Jungkook tidak berhenti memberikan kejutan kepada mereka. Bagaimana tidak? Jungkook menunjukkan pada mereka sebuah ruangan yang menurut mereka adalah surga. Isi ruangan itu adalah mesin games yang hanya akan mereka temui di pusat perbelanjaan. Lalu, di seberang ruangan ada sebuah pintu yang mengarah ke sebuah bioskop mini milik keluarga Jeon, lengkap dengan mini bar dan seorang pelayan di sana. "Enjoy yourself, hyung!", ucap Jungkook dan tanpa pikir panjang, mereka berenam berlari serabutan untuk menguasai ruangan itu.

Jungkook tidak bergabung dan hanya tertawa senang melihat mereka. Dia bahagia melihat V yang sedang dance battle dengan Jin di mesin permainan dance. Hoseok yang sedang terlibat kejar – kejaran dengan Jimin karena dia bermain curang pada game ding-dong bola basket, dan berakhir harus menghindari Jimin yang ingin melemparnya dengan bola basket betulan. Dan di ruangan bioskop mini, Namjoon dan Suga sukses membuat kelima member melotot tidak percaya. Pasalnya, mereka menonton film Miracle in Cell No. 7 sampai menangis dan berpelukan. Jungkook bahagia, dia bisa membagi sedikit dari apa yang dia miliki kepada sahabat – sahabatnya.

'Dan aku berharap kalian juga ikut merasakan kebahagiaan, hyung….'

Keesokan harinya, mereka berempat tanpa Jin, Suga, dan V, berkumpul di kantin sekolah. Jin dan Suga harus mengejar materi ujian akhir mereka sementara V entah kenapa belum terlihat sejak tadi. "Jimin-ah, kemana V? Kau kan sekelas dengannya.", tanya Hoseok. Jimin dan V memang sekelas. Namjoon, Hoseok, Jimin, dan V satu angkatan. Jimin dan V sekelas di kelas XI A, sementara Namjoon dan Hoseok di XI C. "Molla, aku tidak melihatnya sejak tadi.", jawab Jimin. "Eh, itu V hyung! Tapi, ada apa dengan wajahnya?", dan karena sepotong kalimat tanya itulah, Namjoon, Hoseok, dan Jimin segera melihat ke arah yang ditunjuk Jungkook. Dan, benar saja dugaan mereka, penampilan V tampak parah. Seluruh wajah dan punggung tangannya lebam, matanya bengkak, dan rambutnya tampak acak – acakan seperti habis dijambak. Hoseok langsung bangkit dan mempersilahkan V duduk di kursinya. "Lagi, V?", tanya Namjoon yang duduk di sebelahnya dengan khawatir. "2 kali", jawab V pelan. Lalu dia menceritakan, masih dengan suara pelan karena dia tidak bisa membuka mulutnya lebar – lebar, pamannya memukulnya semalam dan tadi pagi, dia memukulinya lagi.

"Itu sudah keterlaluan, Taehyung-ah! Dia melanggar hak mu sebagai anak. Ini tidak bisa dibiarkan!", seru Hoseok kesal. "Biarkan kami ikut pulang denganmu, Taehyung-ah! Biar kami hajar pemabuk sialan itu! Ini tidak bisa dibiarkan!", seru Jimin. Tidak ada lagi senyum ramah itu ketika dirinya sudah dilanda kesal. "Begini saja hyung, hyung tidak usah pulang ke rumah itu. Hyung bisa tinggal di rumahku, dan kami akan mengurus masalah ini bersama – sama. Bagaimana?", tanya Jungkook pada V. "Jungkook benar, V. Lebih baik kau tinggal dengan salah satu dari kami, dan kami akan menyelesaikan ini bersama – sama. Nanti, sepulang sekolah, kita ke kantor polisi. Lalu setelah semua selesai, kita akan membantumu pindah.", kata Namjoon. V menoleh ke arah Jungkook. "Apa aku tidak merepotkanmu, Jungkook-ah?" "Ani, hyung. Sama sekali tidak merepotkan. Kita akan hadapi ini bersama.", ucap Jungkook disertai senyuman yang mengembang di wajahnya. "Gomawo, kalian semua sudah mau merepotkan diri membantuku. Aku bahagia bisa bersahabat dengan kalian seperti ini.", ucap V. Sementara ketiga orang lainnya menatap Jungkook bangga. Jungkook yang dulu sangat pemalu, kini telah berubah.

Urusan kepolisian sudah selesai. Paman V sudah dipenjarakan karena kasus penganiayaan. Kini V tinggal bersama Jungkook. Orang tua Jungkook tidak keberatan, bahkan mereka juga akan membayar biaya sekolah V. Selain karena prihatin pada kondisi V, mereka senang karena itu berarti Jungkook memiliki teman. Karena selama ini, mereka melarang dan memastikan Jungkook untuk tidak keluar rumah. Takut dia diculik dan disakiti oleh rival bisnis appa, katanya.

Dan seminggu sejak kepindahan V ke rumahnya, Jungkook jadi memiliki aktivitas baru setiap pagi. Menghampiri kamar tamu yang sudah berubah menjadi kamar V, dan membangunkan makhluk abstract yang biasa Jungkook temukan sedang dalam posisi yang cukup memalukan untuk diketahui oleh orang lain.

"Hyung! Ppali ireona! Kau akan telat ke sekolah!"
"Sebentar, Jungkook-ah…. aku masih ingin bertemu yeoja cantik itu…."

Dan selalu seperti itu, Jungkook selalu mendapati V yang mengigau. Kemarin, dia mendapati V yang ingin bermain bersama beruang kutub. Lalu, kemarinnya lagi, dia mendapati V yang mengatakan "Apakah aku cantik dengan gaun ini?". Jungkook sama sekali tidak keberatan. Justru dia merasa sangat senang, setidaknya awal harinya tidak akan dimulai dengan kalimat "Air panasnya sudah saya siapkan, Tuan." atau "Tuan ingin sarapan apa?" atau "Apa Tuan sudah siap? Mari saya antarkan ke sekolah.". Awal harinya menjadi lebih berwarna semenjak V tinggal di rumahnya.

Dan kalau V sudah susah dibangunkan seperti ini, maka Jungkook memutuskan untuk menyerah dan menunggunya di ruang makan di bawah. Dan benar saja, ketika dia selesai sarapan dan sedang meminum segelas susunya….

"HUAA AKU KESIANGAN! KENAPA TIDAK ADA YANG MEMBANGUNKANKU?!"

…. membuatnya tersedak dan membuat susu itu membasahi jas sekolah dan juga meja makannya. "HYUNG! AKU SUDAH MEMBANGUNKANMU BERULANG KALI TAPI KAU TIDAK BANGUN! DAN… YA! KAU TAHU?! KAU BARU SAJA MEMBUATKU MENUMPAHKAN SUSU KE JASKU!", balas Jungkook. Sebenarnya Jungkook berbohong karena dia hanya membangunkan V satu kali."KAU TERLALU CEPAT MENYERAH JUNGKOOK-AH!", balas V dari lantai atas. Dan selanjutnya Jungkook mendengar langkah kaki yang terburu – buru, suara guyuran air di kamar mandi yang "asal-cepat-dan-selesai", dan ketika Jungkook sudah bersiap – siap menuju mobil yang akan mengantarnya, V menuruni tangga dengan tergesa – gesa, dan untungnya, sudah rapi.

"Kalau kau sangat lapar, bawa saja sarapan itu, hyung. Kau tahu kan letak tempat makan ada di mana?", tanya Jungkook ketika V menatap 2 daging asap dan telur mata sapi nya dengan pandangan "aku-tidak-ingin-meninggalkanmu.". V menjawab Jungkook dengan anggukan dan disertai cengiran yang, baru disadari Jungkook, terlihat bodoh. Dan setelah kehebohan di pagi hari itu, mereka berangkat bersama dan Jungkook berharap semoga mereka tidak terlambat.

"Chingudeul! Lihat ini!"
Suga memperlihatkan poster pada mereka berenam yang sedang berkumpul di ruang latihan. "Poster apa ini, hyung?", tanya Hoseok. "Ini, adalah poster perlombaan dance. Tadi ketika aku dan Jin berada di ruang kepala sekolah, beliau memberikan ini pada kami. Dia ingin meminta kita semua untuk mengikuti lomba yang akan diselenggarakan di Jepang ini. Ini perlombaan dance skala internasional. Seluruh negara di negara akan mengirimkan perwakilannya dan kita diminta oleh pemerintah untuk mengikutinya, setelah mereka melihat kita memenangkan perlombaan tingkat nasional beberapa bulan yang lalu. Bagaimana?", tanya Suga. Semua member mengangguk mantap dan merasakan optimisme merasuki diri mereka. Yaah, hampir semua, kecuali Jungkook yang mendadak menunjukkan ekspresi keraguan.

"Kenapa, Jungkook-ah?", tanya V.
Sebenarnya tanpa perlu dijawab pun, semua member tahu kalau Jungkook merasa pesimis. Biar bagaimanapun juga, dia baru bergabung dengan mereka belum genap 5 bulan dan wajar kalau dia merasa pesimis akan lomba dengan skala internasional seperti ini. Namjoon duduk menghadap Jungkook dan berkata "Tatap aku, Jungkook-ah." dan Jungkook menatap Namjoon. "Siapa yang memiliki jiwa besar untuk membantu V dan mengizinkan dia tinggal di rumahnya?", tanya Namjoon. "A..aku..", jawab Jungkook dengan ragu. "Siapa yang berhasil merubah dirinya yang tadinya pemalu, jarang tersenyum, dan pasif menjadi seseorang yang ceria, aktif, dan pemberani?", tanya Namjoon dengan intonasi yang semakin tegas. "Aku.", jawab Jungkook, dengan suara yang masih pelan namun perlahan tanpa keraguan. "Siapa, yang berlatih paling keras di antara kami, meyakinkan bahwa dirinya bisa, pantang menyerah, dan selalu bersemangat?!", tegas Namjoon. "Aku, hyung!", balas Jungkook dengan ketegasan yang sama. Mereka semua melihat tekad yang kuat dan kepercayaan diri pada Jungkook. Mereka telah berhasil membantu Jungkook untuk menggali hatinya sendiri.

"Kalau begitu, tidak ada alasan bagimu untuk tidak ikut lomba ini.", ucap Namjoon.
"Kita akan melewati ini bersama – sama, Jungkook-ah.", ucap Jin.
"Kami akan membantumu untuk menghadapi ini, Kook. Kamu tidak akan sendiri.", ucap Suga.
"Kita akan melakukannya bersama – sama. Karena tanpamu, kita tidak akan lengkap.", ucap Hoseok.
"Tanpamu, kita bukanlah apa – apa. Sadar atau tidak, kamulah sumber inspirasi kami untuk merubah diri kami. Kami salut akan semangatmu dan usaha kerasmu untuk memperbaiki apa yang ada pada dirimu.", ucap Jimin.
"Kita akan selalu bersama, menghadapi apapun bersama – sama. Menaklukan rintangan bersama – sama. Bersama, kita akan hebat. Karena kita…"
"…. akan selalu bersama.", ucap mereka bertujuh.

Divine adalah nama club mereka. Sesuai dengan nama mereka, menunjukkan bahwa mereka adalah kuat. Kebersamaan, rasa persaudaraan, dan cita – cita bersama untuk menjadi lebih baik telah menguatkan mereka.

Divine, bersama kita akan jadi hebat. Bersama, masalah dan rintangan hanyalah sebutir pasir di kaki kita. Itu semua tidak berarti, jika kasih sayang di dunia ini masih tercipta. Ketujuh namja itu telah membuktikan, bahwa kasih sayang dapat menguatkan mereka. Bahwa persatuan di antara mereka adalah segalanya. Bersama mereka kuat, karena mereka….

…. adalah satu

-TBC

Fiuhh akhirnya kelar juga chapter ini Ini pertama kalinya author nulis cerita genre friendship dan semoga readers suka :D Jujur aja, author ngerasa ini masih banyak kurangnya soalnya pertama kali nulis cerita genre begini oleh karena itu, mind to RnR? :D