NO REGRET

Author : Na U-Young

Genre : Romance, Yaoi, Hurt-Comfort, Straight, Slice Of Life, Drama

Rate : M-NC

Status : Chapter 1 of ...

Main cast : Wu Yi Fan / Kris 24 y/o

Huang Zi Tao 20 y/o

Jung Nana 22 y/o

Other Cast : Kim Jaejong/ Jung Jaejong 36 y/o

Jung Yunho 36 y/o

Warning : Dont like dont read, no bash, no flame, no war.

Sinopsis : Kisah cinta segi tiga yang rumit, berawal dari persahabatan hingga tumbuh benih-benih cinta di antara Kris, Nana dan Tao. Namun masih ada saja yang belum menyadari dan tidak mengerti siapa sebenarnya yang mereka cintai hingga konflik rasa penghianatan, keegoisan yang ditanamkan pada pikiran realistis yang menjadikan kesengsaraan bagi ketiganya hingga harus ada satu pihak yang mengalah. Apakah mereka akan bahagia dengan rasa penyesalan atau bahagia tanpa penyesalan seumur hidup.

Gwangju, Mei 2014

Di kediaman keluarga Jung dengan rumah yang lumayan mewah dengan fasilitas lengkap semakin meyakinkan bahwa keluarga tersebut adalah keluarga terpandang. Terlihat dari bangunan yang kokoh bercat cream dengan pilar berwarna hitam, taman-taman yang indah tertata rapi. Semakin menambah point plus keindahan dari rumah megah tersebut.

"Bear, apa nana belum keluar dari kamarnya? Seharian ini ia mengurung diri dan tidak menyentuh makan siang dan makan malamnya." Tanya namja cantik pada suaminya saat makan malam telah usai.

"Hnn... aku sama sekali belum melihatnya keluar. Tadi sore saja aku sudah mencoba membujuknya untuk keluar dan memakan makan siangnya. Ya walau itu sudah sore hari." Ujar kepala rumah tangga bernama Jung YunHo.

"Aku khawatir dengan sikapnya hari ini, selama 10 tahun kita mengadopsinya baru kali ini aku melihatnya sekacau ini. Padahal anak kita adalah tipe anak yang periang." Keluh sang istri sambil menutup kedua wajahnya dengan tangannya yang bergetar karna menangis mengingat sikap anak adopsinya yang tidak biasa. Sang suami yang melihat istrinya merasa iba kemudian mendekap tubuh sang istri dan mengecup puncak kepala sang istri dan mengusap lembut punggung istrinya yang sudah ia nikahi 12 tahun yang lalu.

Jung YunHo, ia telah menikahi seorang namja cantik bernama Kim Jaejong yang sekarang sudah berganti marga menjadi Jung Jaejong. Mereka menjalin hubungan yang sangat susah diterima oleh pihak keluarganya. Namun, YunHo membuat kesepakatan dengan ayahnya apabila YunHo berhasil mengembangkan dan memajukan perusahaan Bakery hingga melebarkan cabangnya di beberapa wilayah yang ditentukan ayahnya sebagai target pemasaran dalam waktu maksimal 2 tahun. Maka ia mengizinkan YunHo menikah dengan Jaejong. Apabila tidak, YunHo akan dipindahkan ayahnya ke tokyo untuk melanjutkan kuliahnya dan segera menikah dengan wanita pilihan ayahnya. Namun dalam waktu 1 tahun 4 bulan YunHo mampu mengabulkan syarat yang di ajukan ayahnya. Hingga ia dapat menikah dengan sang pujaan hati sebulan kemudian setelah pesta keberhasilan perusahaan Bakery milik ayahnya. Dan YunHo di tugaskan ayahnya untuk menjadi pemimpin perusahaan sebagai penerus generasi keluarga Jung.

Saat 7 bulan setelah resmi menikah, Jaejong menginginkan seorang anak yang bisa diajaknya mengobrol, memasak dan melakukan aktivitas layaknya istri yang utuh yang berperan sebagai ibu dan istri bagi suaminya. Ia menginginkan anak dalam rumah tangga mereka sebagai pelengkap. Hingga akhirnya mereka mengadopsi Nana yang saat itu berumur 12 tahun. Ia sangat bersyukur Nana adalah kriteria anak idamannya. Jaejong sangat sayang dan peduli pada Nana. Ia sangat suka karna Nana itu bagaikan mood maker dalam keluarganya, penurut dan sopan. Ia tidak merasa aneh dan menerima dengan senang hati kalau ayah dan ibu angkatnya adalah namja. Dimana YunHo yang berperan sebagai ayah karna sikap dewasa, manly, bertanggung jawab, tegas dan penyayang keluarga kecilnya. Dan Jaejong berperan sebagai ibu karna memang jaejong memiliki wajah yang bisa dikatakan feminim walau ada sedikit terlihat bentuk wajah yang tegas. Sikapnya sensitif, penyayang, manja, dan hobby memasak makanan yang enak untuk suami dan anaknya. Dan saat itulah Nana merasa beruntung memiliki orangtua seperti ayah dan ibu angkatnya.

.

.

.

"Tao-ya... semoga kau tidak terlambat. Semoga kau bahagia... dengan orang yang kau cintai. Aku rela asal kalian bahagia. Aku... aku sangat menyayangi kalian... hiks..." tangis seorang gadis pecah saat menerima panggilan terakhir dari sahabat tercintanya.

.

.

.

Flasback on

"Yak! Oppa... kau hobby sekali membuat orang serangan jantung eoh. Entah menurun dari siapa sikap jahilmu tidak pernah hilang saat pertama kita berteman." Keluh yeoja cantik berambut panjang sambil mengelus dadanya akibat di kejutkan kakak sekaligus sahabat baginya.

"Hahaha... beruntung kau masih hidup Jung Nana. Aku hanya senang dan merasa puas bisa mengerjaimu. Kekeke..." tawa Kris sambil memegang perutnya karna geli melihat wajah kesal Nana yang menurutnya lucu.

"MWO! Jadi kau senang kalau aku cepat mati Wu Yifan yang terhormat! Aiishh... sebaiknya aku pulang." Nana berdiri dari duduknya pada salah satu bangku di kampus.

GREP

Kris yang melihat Nana beranjak meninggalkannya dan langsung menahan pergelangan tangan kiri Nana. Ia tahu kalau ia salah telah mengerjai sahabat tersayangnya.

"Tunggu... jangan begitu dong Nana, oppa minta maaf ne... please... oppa belikan ice cream yah terus oppa antar kau pulang ne. Oppa takut adik tersayang oppa dimakan orang."

"Yak! Oppa... aissh... iya... kau harus membelikanku ice cream kalau tidak aku adukan dengan eomma."

"Aiiihh... ne... ne... jangan marah lagi ya. Oppa akan membelikannya. Sini-sini oppa peluk." Kris lalu menarik tubuh mungil Nana yang tingginya hanya sebatas dada Kris. Dan tersenyum saat Nana mau memaafkannya.

"Ne..." jawab Nana menurut. Memang menjadi suatu kebiasaan apabila Kris dan Nana bertengkar dan pada akhirnya Kris akan membelikan apa yang disukai oleh Nana. Dan soal peluk-memeluk sudah jadi tradisi apabila mereka sudah berdamai.

.

.

.

"Na... kau tunggu disini, aku akan memesan ice creamnya." Ujar Kris dan berjalan meninggalkan Nana dibangku kedai ice cream. Beberapa menit kemudian, Nana memicingkan matanya saat ia menangkap sosok pria muda yang berdiri disebelah Kris. Dan mereka terlihat sangat akrab, terlihat dari cara bicara dan gelagat tubuh yang tidak menunjukkan kecanggungan. Hingga Kris menunjukkan ke arah Nana yang sedang duduk memperhatikan. Pria bermata panda dengan rambut hitamnya tersenyum dan membungkukkan tubuhnya terlihat ramah dan lumayan manis gumannya dalam hati.

"Er... Tao bagaimana kau bergabung makan ice cream bertiga dengan Nana. Dia akan senang memiliki teman baru." Tawar Kris karna saat itu Tao hanya sendirian.

"Apa tidak mengganggu kencanmu ge?" tanya Tao ragu dan tidak enakan.

"Aiisshh... ayo aku kenalkan dengan Nana, dia bukan kekasihku. Kami bersahabat sejak lama." Kris segera menarik tangan Tao dan menuju tempat yang telah ditempati Nana.

"Na... perkenalkan ini sahabatku, ia warga cina juga sama sepertiku... ayoo Tao.." suruh Kris sambil mendorong tubuh Tao kedepan.

"Ehemm... oppa... bisakah kau lepaskan tangan temanmu itu eohh... kasihan dia sampai malu seperti itu..." ucap Nana sambil menutup mulutnya menahan tawa adegan yang menurutnya cute itu.

"Ye... mianhae Tao..." Kris langsung melepas genggamannya pada lengan Tao.

"Ah... Aku Huang Zi Tao, bisa dipanggil Tao. Senang berkenalan denganmu."

"Aku Jung Nana, panggil saja Nana. Oh ya, ayo bergabung dengan kami, bukannya kau mau makan ice cream juga?" tawar Nana dengan senyuman ramahnya.

"Ne... baiklah." Ujar Tao dan segera mengambil tempat duduk yang bersebrangan dengan Nana. Sedangkan Kris duduk disebelah Nana.

Mereka memulai pembicaraan dari ice cream yang datang ke meja mereka hingga ice creamnya habis. Walaupun hanya pertemuan singkat tapi mereka sangat menikmatinya. Dan menjadikan mereka terlihat akrab satu sama lain terutama Nana dan Tao.

.

.

.

"Baru tahu kalau Tao satu kampus dengan kita. Dia ramah ya... tapi kenapa suka ngeblushing kalo oppa menggodanya." Tanya Nana saat ia mulai memasangkan seatbeltnya.

"Hahaha... Tao emang pemalu kalau bertemu dengan wanita. Apalagi wanita secantik adikku ini."

"Yak! Kris perhatikan jalan. Dasar ppabo. Dan memang iya aku cantik. Aku kan anak Jae eomma. Ya anaknya pasti cantik dong." Sepanjang perjalanan pulang Nana dan Kris tidak hentinya bercanda dan saling mengolok agar meramaikan suasana hingga sampai dikediaman keluarga Jung.

.

.

"Jae eomma, maaf ya aku membawa jalan anakmu. Dia memalakku untuk dibelikan Ice cream." Ujar Kris sambil memasang wajah memelasnya dihadapan eommanya Nana.

"Gwenchana... kau bawa pulang dan dijadikan istri pun aku tidak masalah." Canda namja cantik saat ia berhasil membuat wajah Nana memerah akibat ucapan ibunya.

"Aiishhh... tidak sudi aku jadi istrinya Kris. Bertemanpun aku sudah mikir keras. Hahaha..." tawa Nana saat ia berhasil memojokkan Kris.

"Yak! Kau tidak terpesona dengan ketampananku eoh?" kesal Kris namun ia memang tau kalau ibu dan anak yang ia ketahui bermarga Jung itu memang hobby bercanda.

"Sudah... oppa pulang sana. Nanti ahjussi marah liat anak tunggalnya belum pulang. Kekeke..."

"Aiishhh... ne... Aku pamit dulu Jae eomma. Titip salam buat YunHo ahjussi." Pamit Kris sopan dan berjalan menuju mobil hitamnya yang terparkir di halaman keluarga Jung.

.

.

"Kalian memang tidak pernah akur eoh? Eomma yakin suatu saat akan berubah jadi cinta... hihihi..."

"Eommaaa... aiihh... Aku mandi sajalah daripada memikirkan apa tuh... yang eomma sebut. Cinta ne... Nana menunggu pangeran kerajaan sajalah." Nana segera memutar tubuhnya acuh, karna bosan mendengar eommanya yang selalu bercanda. Jaejong menggelengkan kepala mendengar keinginan anaknya untuk menikah dengan pangeran. Pangeran yang mana tanyanya dalam hati. Mungkinkah ia bisa berjodoh dengan Kris. Karna ia sangat menyukai anak sebaik Kris.

"Ahh... aegya... popo dulu. Seharian eomma belum popo anak eomma." Jaejong segera mencegat langkah Nana untuk menuju kamar kemudian mengecup kening dan kedua pipi anaknya secara bergantian.

.

.

GREP...

"Ommo... Jung. Jangan kebiasaan mengejutkanku saat memasak. Bagaimana kalau tanganku benar-benar berdarah." Keluh Jaejong pada suaminya yang hobby dengan back hugnya saat sang suami pulang dari kantor.

"Kalau tanganmu berdarah aku bersedia menghisapnya. Fiuuhh... aku mengingkanmu malam ini chagi..." YunHo mulai bertindak genit terhadap istrinya dan meniup daun telinga kanan sang istri. Hingga istrinya merasa geli dan mencoba melepaskan diri.

"Pervert! Lepas tidak? Kalau tidak, aku tidak akan memberi jatah sebulan." Ancam Jaejong dan mengeluarkan smirknya.

"MWOYA!" Seketika YunHo segera melepas pelukannya pada tubuh istrinya.

"Tapi tidak malam ini." Ujar Jaejong mengacuhkan tindakan protes sang suami dan kembali mengupas buah apel yang sempat terhenti.

"Jae... ayolah... aku..." YunHo kembali menyentuh dan mengguncang pundak Jaejong untuk membujuknya melakukan aktivitas malam.

"Sekali sentuh jatah sebulan melayang." Jaejong kembali mengancam. YunHo tertunduk takut dan cepat-cepat menjauhkan tangannya dari pundak istrinya hingga ia menyadari ada seseorang yang memeluknya dari belakang.

"Appa... malam ini eomma tidur denganku. Aku meminta hak ku sebagai anak."

"MWOYAA! Jung Nana... kau sudah besar. Aiihh... Jae... ini akibat kau Nana jadi ketergantungan denganmu."

Jaejong dan Nana tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi ayah satu anak ini.

"Sudah... kalian cepat duduk di kursi makan. Aku akan menyiapkan makan malam." Jaejong cepat menyela perkataan yang hendak YunHo lontarkan.

"Ne..." ucap ayah dan anak serempak.

.

.

.

"Ngghh... ah... ah... Yun... su.. daahh... aku lelah." Ujar namja cantik dengan napas yang terengah-engah akibat ulah suaminya yang tanpa henti merasukinya.

"Yunnhh... Aaargghh... jangan digigit." Protes Jaejong saat YunHo dengan gemas mengigit dadanya yang terlihat sintal meninggalkan jejak merah yang sangat kentara dengan cap gigi yang tercetak di dada Jaejong.

"Engghh... enak bboohh... ah..." YunHo tidak perduli dengan protes yang ditunjukkan Jaejong. Ia tetap memajukan pinggulnya untuk memperdalam hujaman pada titik ternikmat istrinya.

"Aku... sam... paii boohh... aarrgghh..." YunHo menyemburkan cairan berwarna putih kental pada bagian bawah tubuh istrinya. Dan segera mengeluarkan miliknya dan terbaring lemas disamping Jaejong sambil mengatur napasnya.

"Aku lelah bear... hnn..." ujar sang istri yang masih terengah mengatur napasnya.

"Ne... tidurlah sayang. Aku mencintaimu." YunHo segera menutupi tubuh polos mereka berdua dengan selimut tebal berwarna merah dan memejamkan mata untuk tidur. Walaupun usia suami-istri ini sudah tidak muda lagi, namun kemesraan dan kewajiban layaknya suami-istri tidak mengurangi apapun karna mereka berjanji tetap seperti ini, menjaga hubungan agar tetap mesra.

.

.

.

"Sudah pukul 7, appa eomma belum bangun jugaa. Aiih... sebaiknya aku makan di kampus saja. Bisa terlambat kuliah kalau menunggu eomma bangun dan buat sarapan." Kesal Nana dan ia melangkahkan kaki ke kamar orangtuanya yang berada di lantai 2.

Tok... tok... tok...

"APPA... EOMMAA... Ironaaa... APPAA!" Saking kesalnya tidak ada jawaban dari orangtuanya, tidak ada cara lain dengan berteriak dan menggedor pintu.

"Yunn... cepat bangun buat sarapan buat Nana. Aku masih ngantuk... yunn..." Jaejong merasa tidurnya terusik membangunkan suaminya untuk bangun dan membuat sarapan.

"APPA... EOMMA... Aku tidak sarapan dirumah. Aku makan di kantin kampus saja. Aku berangkat. Annyeong..."

"Yak! Nana... Aishh... yun gara-gara kau Nana tidak sarapan. Ayah macam kau eohh." Marah jaejong sambil melepas pelukan sang suami dari pinggangnya.

"Nana sudah berangkat boo... biarkan aku tidur sebentar lagi..." YunHo langsung merengkuh tubuh istrinya kembali, mempererat pelukannya tanpa ada protes dari istrinya yang memang sangat mengantuk.

.

.

.

"Hnn... aku terpaksa mencari taksi. Dasar Appa eomma... suka sekali buat anaknya susah. Huh..." keluh Nana sambil berjalan kaki siapa tau jam sepagi ini ada taksi. Dan alasan mengapa ia tidak mengunakan mobil, Jung Nana tidak bisa sama sekali bagaimana cara menyetir mobil. Poor Jung Nana.

TIN... TIN...

"Jung Nana... mengapa kau berjalan kaki eoh. Apa appa mu tidak mengantarkan kau ke kampus?" Tanya namja bermata panda yang diketahui namanya Huang Zi tao.

"Ye... Tao... ne... umm Appa eomma masih tidur, ya... akhirnya aku jalan kaki saja mencari taksi." Keluh Nana sambil memutar tali tas selempangnya yang berwarna merah, berdiri disamping mobil audi hitam Tao.

"Masuklah... kita sama-sama saja kalau begitu. Ayo... tidak usah sungkan." Tawar Tao dengan menggerakan kepalanya sebagai isyarat untuk menyuruh Nana masuk ke dalam mobilnya.

"Ne... gomawo Tao... hehehe." Nana langsung masuk dan memposisikan dirinya duduk disamping bangku kemudi Tao.

.

.

.

"Gomawo Tao... untung ada kau, aku sempat masuk kelas pagi ini. Umm Tao... aku duluan yah. Annyeong..." pamit nana dan mulai membuka pintu mobil ingin keluar.

GREP...

"Tunggu... umm jam berapa kuliahmu berakhir Na?" Tanya Tao yang masih menggenggam lengan kanan Nana dan menghentikan langkah Nana untuk keluar.

"..."

"Umm... mian, maksudku... kau bisa aku antarkan pulang hari ini. Sungguh tidak menyusahkan kok." Ajak Tao meyakinkan Nana agar ia bisa mengantarkan pulang teman barunya.

"Baiklah kalau begitu... jam 2 siang aku sudah selesai kuliah. Aku pamit ne. Gomawo..." Nana sudah keluar dari mobil audi hitam Tao dan menyisakan Tao yang tersenyum memandangi Nana yang berjalan keluar. Terlihat ia sangat senang pagi ini setelah ia berhasil membujuk Nana untuk pulang bersama.

.

.

.

"Astaga... bagaimana bisa aku menghubungi Nana kalau nomor ponselnya saja aku tidak punya. Iissh... ppaboo..." Tao mengumpat sambil memukul jidatnya akibat keteledorannya tidak meminta nomor ponsel yeoja yanga akan diantarkannya pulang bersama.

"Ah... sebaiknya aku minta dengan Kris gege saja." Tao segera mengetik pesan singkat pada Kris untuk meminta nomor ponsel sahabat temannya itu.

To : Kris

Text : Ge... bolehkah aku meminta nomor ponsel Jung Nana? Karna aku berjanji padanya akan mengantarkannya pulang setelah ia selesai kuliah. Dan aku tidak bisa menghubunginya.

Tidak beberapa lama ponsel Tao bergetar menandakan bahwa Kris telah membalas pesan singkatnya.

Sender : Kris

Text : 08xxxxxxxxx. Kau ada dimana sekarang Tao-er? Nana jam berapa selesai kuliah?

Setelah mendapatkan nomor ponsel Nana, Tao langsung menyimpan dan segera mengirim pesan singkatnya dan kemudian ia membalas pesan dari Kris.

To : Kris

Text : Mungkin sebentar lagi Nana selesai. Aku duduk di gazebo kampus.

Dua menit kemudian Tao menerima pesan dari Kris yang menyuruhnya untuk tetap berada ditempatnya karna Kris akan segera menemuinya. Tanpa banyak bertanya Tao hanya menuruti saja sampai ia tersadar bahwa Nana berjalan kearahnya dengan senyum yang menurutnya sangat manis.

"Tao jadi pulang sekarang?" tanya Nana yang ikut menduduki kursi disebelah Tao.

"Iya, tapi kata Kris ge. Kita disuruh menunggu sampai ia datang."

"Hnn... memang dia ada perlu apaaaa... aaaa... yak! Oppa!"

DUK...

Nana yang terkejut langsung memukul kepala Kris dengan tasnya.

"YAK! Jung Nana sakit... iissh... jidatku perih..." Kris kali ini benar-benar kesakitan lihat saja jidat memar. Nana hanya tertawa saja melihat wajah kesakitannya Kris dan acuh tanpa ingin membantunya untuk meringankan rasa sakit di jidat Oppa tersayangnya.

"Hnn... makanya ge... jangan iseng. Ini akibatnya sikap jahilmu dari kecil tidak pernah hilang. Sini mana yang sakit." Tao yang merasa simpati langsung berdiri dan mengusapkan pelan jidat Kris yang memerah.

DEG...

Kris yang terkesima saat Tao tiba-tiba berdiri dan mengusap keningnya dengan penuh perhatian membuatnya terdiam sejenak menikmati. Tao... semakin hari wajahnya semakin cute saja kalau dilihat dari dekat gumamnya dalam hati.

"Oppa!" Teriak Nana menginterupsi pikirannya saat ini.

DEG...

"YAK! MWOYAA... Tao... kenapa kamu pegang-pegang wajahku. Aiisshh..." Kris yang merasa malu segera menyingkirkan tangan Tao di keningnya.

"Ah... Ge... mian aku lancang, aku hanya membantumu meringankan jidat mu yang memar. Aiih... dasar tidak tahu terimakasih." Kesal Tao dan segera mendekati Nana dan langsung menggandeng lengan Nana hendak mengajaknya pulang.

"YA... YA... Tao pelan-pelan. Aiih... Oppa kami duluan ne." Pamit Nana pada Kris karna Tao dengan seenaknya menarik Nana untuk meninggalkan Kris sendirian. Entah apa yang ada dipikiran Tao. Kenapa ia berani melakukan acara usap-mengusap jidat Kris. Aiih... Ppaboya! Gerutu Tao.

"Tao... Kenapa kau masih menyembunyikan perasaanmu padaku. Seandainya kau berani jujur, maka aku akan jujur padamu. Aku... aku... mencintaimu Huang Zi Tao."

TO BE CONTINUE...

Wanna Review? Jika berkenan mohon direview dan beri komentar yang positif serta dukungannya agar chapter berikutnya semakin baik. Thank you...^^v