Gadis Lampion

Disclaimer: Masashi Kishimoto

OOC, Typo, Bad FF, dll

Rated: T

Okelah, pertama Ran mau minta maaf buat para reader yang menunggu fanfic Tell Me. Ran udah merasakan sedikit feel kok buat ff itu. Jadi mohon bersabar ya ^0^. Dan untuk ff ini , seperti biasa fanfic baru dengan alur hancur dan tittle seadanya XD Tadinya Ran mau bikin one-shoot. Tapi nggak tau kenapa malah jadi multi-chapter. Mungkin Ran fikir akan terlalu panjang kalo di jadiin one-shoot :D. Dan anggap aja ini ff buat memperingati ultah Neji *telat bet lu Ran* XD. Okelah nggak mau banyak cincong, baca aja. Wajib review dan Ran harap nggak ada yang namanya flame si sini ;))

Rutinitas sebagian orang setiap pagi memang berbeda-beda. Beberapa orang mungkin bisa sedikit lebih santai jika pekerjaan mereka hanyalah sebagai karyawan. Tapi berbeda dengan Hyuuga Neji. Pemilik tunggal Hyuuga Corp itu selalu memiliki kesibukan di setiap paginya. Tentu saja sebagai Direktur utama ia harus sigap dalam menghadapi masalah. Barang kesalahan kecil saja, terkadang ia harus turun tangan sendiri menanganinya. Maklum, ia khawatir perusahaan yang di dirikan mati-matian oleh mendiang Ayahnya akan hancur jika ia lengah sedikit saja. Di era Ayahnya dahulu, masih sedikit perusahaan yang mendirikan mall. Dengan kata lain, hanya Hyuuga Corp lah yang memiliki ide cemerlang itu. Tapi sekarang, di satu tempat yang sama bisa ada dua mall dari perusahaan yang berbeda. Sangat menggelikan bukan?

Khusus hari ini dan hanya hari ini, Neji bisa sedikit santai karena pekerjaan yang ia emban telah selesai. Hari ini bukan hanya hari libur baginya. Hari ini adalah hari minggu, semua pekerja libur dan menikmati waktu luangnya bersama keluarga mereka. Mungkin mereka akan pergi ke taman hiburan atau jika ingin lebih irit, mereka bisa pergi ke festival lampion yang selalu di adakan 6 bulan sekali di pinggiran Tokyo. Tapi Neji? Dia tidak memiliki siapapun untuk menemaninya ke tempat-tempat itu. Bukannya Neji tidak laku, banyak puluhan bahkan ratusan karyawan dan anak-anak dari relasinya menggilai dirinya. Namun sejauh ini satupun tidak ada yang menarik minatnya. Putri para relasinya cantik-cantik, mereka berkelas dan juga sangat menawan. Namun sayang, gadis manja seperti mereka yang hanya tau menghabiskan harta orangtua bukanlah tipe Neji. Lalu karyawan-karyawannya. Jika Neji mau, ia bisa dengan mudah menikahi gadis-gadis tersebut yang bahkan mungkin rela untuk di madu demi bersanding dengan dirinya. Tapi sekali lagi mereka bukanlah tipe Neji. Sederhana, Neji tidak terlalu muluk-muluk untuk kriteria gadisnya. Baik, memiliki senyum yang bisa membuatnya terbang ke surga, dan yaah- sedikit sifat bad girl akan membuat hidupnya terasa lebih seru.

Baiklah, sudah selesai basa-basinya. Kini Neji benar-benar tidak tau harus apa. Di rumah sebesar ini hanya ada dirinya dan 2 orang pembantu serta seorang sopir pribadi juga 1 penjaga rumah. Apa yang bisa ia lakukan? Ia bisa kerumah Hinata sepupunya. Tapi, dia pasti sedang bersenang-senang bersama suami dan anaknya. Neji tidak sejahat itu mengusik hari libur yang Naruto rasakan bersama keluarganya. Hanabi? Akhir-akhir ini santer terdengar sepupunya yang beranjak remaja itu berkencan dengan cucu pejabat dari klan Sarutobi. Entah kabar itu benar atau tidak. Yang jelas, saat terkhir ia bertemu dengan Hanabi, ia memakai sebuah kalung emas putih berbentuk burung merpati yang katanya pemberian dari laki-laki yang ia ketahui bernama Konohamaru.

Ting tong..

Bel rumahnya berbunyi nyaring. Neji yang duduk di sofa ruang keluarga segera berjalan menuju pintunya. Sesaat ia melihat pembantunya berlari hendak membuka pintu. Namun Neji melarangnya hanya dengan isyarat. Setelah pembantunya pergi, ia segera membuka pintu dan melihat seorang bocah kecil perempuan berdiri di sana dengan nafas tersengal-sengal. Kedua tangannya mengapit tumpukan kertas yang tidak Neji ketahui kertas apa itu.

"Bagaimana kau bisa masuk?" Tanya Neji heran sembari menatap pagar kokoh di depan rumahnya.

"Maafkan aku Nii-san, aku melompati pagarmu tadi. Sebab sejak tadi aku berteriak tidak ada satu orang pun yang menjawab." Jelasnya sedikit takut.

"Baiklah. Sekarang apa tujuanmu datang kemari?"

"Aku hanya ingin memberikan ini." Katanya memberikan secarik kertas pada Neji. "Datanglah ke festival lampion malam ini. Hari ini adalah hari pertama dan di jamin kau akan terhibur di sana." Imbuhnya setelah Hyuuga itu menerima kertas pemberiannya.

Pria itu tertawa geli. Sementara sang bocah hanya diam menatap Neji yang tidak juga berhenti tertawa.

"Kau sampai melompati pagar rumahku hanya untuk memberikan ini padaku? Kau sangat hebat." Puji Neji mengusap kepala bocah itu.

"Aku melompati semua pagar rumah di komplek ini untuk memastikan kertasku sampai di depan pintu rumah dan kertasku tidak tertiup angin. Maka dari itu aku membawa sekantong kecil batu." Jelasnya sembari menunjukkan kantong kain kecil berwarna hijau tua.

"Berapa bayaran yang kau terima setiap kau mengantarkan semua ini?" Neji mengayunkan kertas genggamannya di udara.

"Setiap satu lembar kertas itu bernilai 10 sen untukku. Jadi jika aku berhasil mengedarkan 2000 lembar kertas, aku akan mendapat 20.000 dan untuk sangat lumayan untukku." Jelasnya riang penuh senyuman.

Neji terperanga melihat senyum manis bocah itu. Satu kriteria Neji ada pada bocah ini. Tapi apa masuk akal jika seorang pria berusia 24 tahun menikahi gadis yang sepertinya baru berusia 10 tahun itu. Bisa-bisa ia akan di cap sebagai pelaku pedofil oleh orang-orang di sekitarnya.

"Nii-san, datanglah kesana. Aku jamin pasti menyenangkan. Banyak orang, banyak makanan. Dan juga lampion-lampion itu, mereka sangatlah..."

Neji jongkok dan menatap lurus bocah di hadapannya. Seketika sang bocah terdiam melihat tatapan teduh pria dewasa di hadapannya. "Aku akan pergi asal kau yang menemaniku." Kata-kata dari Neji sukses membuat bocah itu terkesiap.

"Nii-san..."

"Well, kau datang di saat yang tepat. Saat aku merasa jadi pengangguran, kau memberiku brosur ini. Dan aku tidak memiliki siapapun untuk kuajak kesana. Jadi bagaimana, kau mau?"

"Nii-san, kau yakin akan mengajakku? Teman-temanku bilang aku ini bocah nakal dan tukang makan. Kau masih mau mengajakku?" Katanya polos.

"Akan kutanggung resikonya." Balas Neji cepat.


Malam Festival Lampion

"Kun-nii, aku membawakan sesuatu untukmu!" Seru suara cempreng masuk kerumah doyong yang luasnya tak lebih dari 5 meter persegi.

Si pemilik nama yang tadinya meringkuk di atas kursi bambu yang di lapisi kain kumal segera turun dan menatap seorang gadis yang ia kenal mendekatinya dengan membawa serta beberapa kantong plastik di tangannya.

"Apa itu makanan? Tepat sekali. Dari tadi perutku meronta kelaparan." Tukas bocah bernama 'Kun' itu dengan mata berbinar.

"Tentu saja. Berkat festival lampion malam ini, aku mendapatkan banyak penghasilan." Katanya duduk di samping Kun.

"Berapa orang? Apa mereka kaya?"

"Hm, kira-kira 7 atau 8 orang. Dari penampilannya mereka terlihat biasa saja. Tapi ketika kudapatkan dompetnya, tidak ada yang buruk." Ujarnya kemudian terkekeh.

"Lalu, apa kau baik-baik saja?"

"Tidak ada yang tau. Situasinya aman dan aku baik-baik saja." Jawabnya sumringah.

"Setelah makan, apa aku boleh ikut mencopet bersamamu?" Tanya Kun ragu.

"Tentu saja. Tapi kau harus hati-hati dan waspada. Banyak sekali aparat yang berjaga di tempat festival. Mereka memperketat pengamanan lebih ketat dari tahun lalu. Huuh, bagi pekerja lepas sepertiku, mereka sangat merepotkan." Keluhnya menatap pintu reot yang masih terbuka dengan tatapan malas. "Lagipula, kita harus gencar mencari uang agar aku bisa mengiklankanmu di surat kabar. Dengan begitu kau bisa secepatnya bertemu dengan orang tuamu." Gadis itu mengulas senyum pada Kun.

"Ehmm, soal itu..."

"Sudahlah jangan di pikirkan lagi. Cepat habiskan. Sepertinya acara lampion akan di buka lebih awal karena prediksi cuaca yang sepertinya akan turun hujan. Kita harus sigap dan tidak boleh lengah."

"Aku tau, Tenten Nee-chan."

oOo

Neji berjalan beriringan dengan seorang bocah perempuan kecil yang ia gandeng sejak turun dari mobil. Setelah gadis itu memberikan brosur dan menyetujui untuk ikut dengannya, Neji segera mengajak bocah tersebut untuk membeli pakaian yang pantas untuk bocah itu kenakan pada malam ini. Dan pilihan bocah tersebut jatuh pada sebuah kimono berwarna merah terang berhiaskan bunga-bunga berwarna kuning dan oranye. Sedangkan untuk rambutnya, pelayan di rumah Neji menyarankan agar rambutnya di gelung lalu di tusuk dengan sebuah benda yang mirip sumpit. Pelayan Neji berkata 'Gadis kecil akan terlihat manis jika menggunakan kimono dan memamerkan leher jenjangnya.' Jadilah penampilan gadis kecil yang Neji temui dalam keadaan kusut menjadi gadis kecil manis dan sangat lucu.

"Ngomong-ngomong, aku belum tau siapa namamu?" Tanya Neji merunduk.

"Namaku Tenichi."

"Aku Hyuuga Neji." Kata Neji tersenyum.

"Aku tau. Pelayan di rumah tadi memanggilmu 'Neji-sama'." Kata Tenichi membuat Neji diam sesaat.

"Baiklah. Sekarang apa yang ingin kau lakukan?"

"Aku tidak tau. Biasanya aku akan membagikan selebaran pada para pengunjung untuk datang lagi ke festival lampion besok malam. Tapi dengan pakaian seindah ini, kurasa aku tidak akan melakukannya."

"Untuk malam ini, kau akan melihat lampion-lampion indah di kursi paling depan."

"Benarkah?" Tanya Tenichi dengan wajah berbinar.

"Tentu saja setelah aku membeli tiket masuknya." Jawab Neji menarik Tenichi menuju loket.

Baru saja tangan Neji hendak meraih dompet di saku belakangnya, tanpa di sadari seseorang menabrak punggungnya dari belakang. Meski menggunakan topi, namun Neji tetap tau bahwa yang menabraknya adalah seorang gadis. Terlihat dan bulu matanya yang lentik dan juga iris hazelnya ketika bertemu dengan mata lavendernya.

"Maaf." Katanya singkat lalu berlalu tanpa menunggu Neji membuka mulut.

"Nii-san, kau baik-baik saja?" Tanya Tenichi memandang Neji yang masih terpaku pada gadis tersebut yang semakin menjauh.

"Aku baik-baik saja Tenichi." Neji beralih pada Tenichi.

Telapak tangannya merogoh saku belakangnya. Alangkah terkejutnya ketika Neji tidak mendapati benda berbalut kulit itu tidak ada di sana. Matanya mendelik terkejut dan segera merogoh dompet di saku yang lainnnya. Nihil. Dompet yang ia beli dari Belgia tersebut tidak ada di sana.

"Neji-nii..." Lirih Tenichi.

'Gadis itu.'

TBC

Keep or Delete?

RnR Minna-san \(^-^)/