HULLLLAAAAA.. hai hai minna-san! *lebay* ahirnya ran bailk lagi/? Ahahaha.. kali ini saya mau lanjutin fanfic saya yang judulnya "Move On? Can I?" karena ada beberapa reviewer yang bilang ceritanya kurang puuaaanjang, dan katanya perlu pake sekuel nih.

Well, menurut saya juga gitu sih *cengengesan* okee, yang gatau cerita awalnya, bisa baca di fic saya yang "Move On? Can I?" itu yaaw! –Arigatou!

"How Can I Move On?"

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : SasuSaku/GaaSaku

Rated : T

Genre : Romance,Hurt/Comfort

Warning : Typo(s), Gaje, OOC, Cerita pasaran, Alur cepat dan sebagainya

.

.

.

*Sakura POV*

Hubungan ku dan Sasuke sekarang, telah meninjak satu setangah tahun. Sepanjang hubungan ini, aku tidak menemukan masalah yang berarti –yaa kalian tahu, seperti bertengkar yang serius, yaa hal-hal jelek yang biasanya terjadi pada pasangan muda lah.

Tapi…

Entahlah, aku hanya merasa bosan dengan hubungan kami ini –bukan berarti aku tidak mencintai Sasuke. Tidak, bukan itu yang ku maksud. Hanya saja, aku merasa bosan yaa, aku sendiri juga bingung kenapa bisa begini.

Aku hanya ingin break, kalian tahu? Istirahat sejenak, menenangkan diri.

Akhir-akhir ini aku kelelahan karena tugas kampus ku yang menumpuk. Mulai dari penelitian, observasi ke luar kota, hingga ujian pembedahan. Semuanya berlangsung serentak di minguu ini, dan aku merasa sangat… lelah.

Ditambah lagi dengan kesibukan Sasuke dengan masalah skripsi nya. Huh, lengkap sudah penderitaanku. Ini minggu ke dua aku tidak bertemu dengannya, dan aku makin kesal karena itu. Huh! Apa sih susahnya menghubungiku, setidaknya kan memberiku kabar.

Aku berusaha menyibukan diri lagi agar tidak teringat akan hubungan kami yang merenggang selama dua minggu ini. Entahlah, aku hanya merasa ada jarak yang jauh dengan Sasuke.

Oke, aku sudah menelponnya berkali-kali, mencoba untuk mengajaknnya berbicara sebentar, tapi dengan santainya dia bilang…

"Ne, Sakura aku sedang sibuk sekarang. Aku harap kau tak keberatan kalau aku mengerjakan tugasku dulu," aku sangat geram sebenarnya, tapi apa yang bisa ku perbuat.

"Hhhh… baiklah, maaf mengganggu mu lagi. Semoga hari mu menyenangkan Sasuke-kun" ucapku pasrah.

Dan sambungan telepon pun kuputus, ini terjadi beberapa hari yang lalu.

.

.

.

*Normal POV*

"Saki!" merasa dirinya terpanggil, dengan cepat Sakura membalikan tubuhnya.

"Ne, Ino! Apa yang kau lakukan disini? Ku pikir kau hendak berlibur?" ucap Sakura sambil mengernyitkan dahinya bingung.

"Hahaha… aku memang hendak berlibur. Aku kesini untuk pamit denganmu," jawab Ino sambil menyengir pada Sakura.

"Oooh, begitu rupanya! Iya, berliburlah! Rilekskan dirimu yaa!" ucap Sakura penuh semangat sambil menepuk kedua pipi sahabatnya itu sambil tersenyum jenaka.

"eem, Sakura, apa tidak apa-apa kalau aku meninggalkan mu liburan sementara kau sekarang sangat membutuhkan teman karena Sasuke sangat sibuk. Aku benci harus meninggalkanmu sendiri disaat seperti ini. Bagaimana jika ka-" cerocosan Ino yang panjang itu terhenti.

"Apa? Jangan berpikir yang macam-macam Ino! Sudahlah, pergi saja berlibur! Jangan terlalu memikirkan ku! Lagi pula kau mau pergi bertemu keluargamu kaan? Hampir setahun lebih kau tidak bertemu dengan mereka bukan? Maka pergilah, jangan membuatku jadi bebanmu," ujar Sakura panjang lebar.

"Terima kasih Sakura! Kau memang sangat mengerti ku! Aku sangat menyayangimu!" ucapnya sambil memeluk Sakura erat. "Aku akan membawakan mu oleh-oleh yang sangat banyak, oke?" sambung Ino sambil memasang senyum menawannya, yang dibalas dengusan geli dari Sakura.

"bahkan Ino pun punya waktu berlibur yang menyenangkan dengan keluarganya. Huuuh…" ucap Sakura sambil mengacak rambutnya frustasi setelah kepergian sahabatnya yang berambut blonde itu.

Ddrrrrttt.. ddddrrrtttt..

"Apa!?" Sakura menjawab teleponnya tanpa melihat siapa yang menelpon dengan suara yang benar-benar ketus.

"Hn?" dan suara baritone dari seberang telepon itu mengubah mimik wajah Sakura dengan sekejap.

'wohoho.. akhirnya menelpon juga' bawah sadarnya bersorak.

"Sasuke? Akhirnya kau menelpon juga" ucapnya senang dan bercampur kaget sepertinya.

"Perpustakaan sekarang! Oke?" perintah Sasuke. Sakura hanya dapat merotasikan matanya dengan sifat pacarnya yang suka sekali memerintah itu.

"Yayaya bos!" balas Sakura santai sambil berjalan menuju perpustakaan kampus dengan sangat errr.. bahagia.

Melewati kaca besar yang memiliki ukiran bunga yang sangat unik untuk merapihkan dirinya. Sakura saat ini memakai, rok flirty hitam yang dipadu dengan kaus putih gading yang bergadrasi dengan warna soft pink, dan tak lupa flat shoes berwarna hitam juga tas selempang berukuran sedang untuk buku-buku kuliahnya.

'Yap! Sempurna Sakura' bawah sadarnya memuji penampilan Sakura saat ini, dan Sakura segera melanjutkan perjalanannya menuju perpustakaan.

.

.

.

*Sasuke POV"

"Ne, Sasuke-kun?"

"Apa yang kau lakukan disini?!" gumamku kasar saat melihat gadis yang masih dapat ku kenali sampai saat ini.

"Aku merindukanmu Sasuke-kun. Sangat merindukanmu!" ucap gadis itu sambil memelukku erat dan penuh nafsu.

"Apa maksudmu!?" bentak ku pada gadis blonde didepan ku sambil melepaskan pelukannya dengan sangat kasar. "Kau tidak punya hubungan apa-apa lagi denganku Shion!" geramku pada gadis di hadapanku ini.

"Tentu saja ada! Kau kan pacar ku! Apa kau lupa, hm?" dia mulai merajuk lagi. Oh, demi Kami-sama aku berharap Sakura belum tiba, aku benar-benar tidak mengerti pemikiran gadis pirang ini. Keadaan sangat mengerikan, dan berbahaya kalau Sakura tahu.

*Normal POV*

"Hai!" Sakura menyapa semua orang yang dia kenal dengan sangat ceria.

Sakura menaiki tangga perpustakaan menuju lantai dua gedung yang mengoleksi buku-buku terbaik di kampusnya. Memasuki lorong yang penuh dengan deretan buku yang tersusun sangat rapih dan simetris.

"Apa maksudmu!?" dan bentakan dari suara yang sangat familiar dengannya itu berhasil mengehentikan langkahnya dan senyuman cerianya menuju tempat dimana orang yang disayanginya berada.

"Sasuke?" Sakura berbicara setengah berbisik, menyembunyikan tubuhnya dibelakang rak buku.

"Tentu saja ada! Kau kan pacar ku! Apa kau lupa, hm?" dan seketika tubuh Sakura membeku. 'a-ap-apa!? Pa-pacar?' bawah sadarnya mulai berspekulasi. Sakura memberanikan dirinya untuk melihat dari balik rak buku. Emeraldnya melebar tak percaya atas pemandangan yang tengah dilihatnya.

Tanpa sadar kaki-kaki Sakura membawa Sakura mendekat pada objek yang membuatnya… shock.

"ku pikir, ini adalah perpustakaan. Bukan tempat untuk bermesraan, bukan?" ucap Sakura dingin sambil melihat kearah dua insan yang tengah berpelukan –tepatnya hanya si gadis pirang yang memeluk Sasuke.

"Heh! Memang kamu siapa hah, seenaknya menegurku! Pergi sana! Dasar pengacau!" umpat gadis yang bernama Shion pada Sakura.

Sakura dapat melihat tatapan terkejut dari Sasuke."O-ooh, ma-maaf telah mengganggu. Aku hanya kebetulan lewat dan agak risih melihatnya. Baiklah, silahkan lanjutkan lagi!" sindir Sakura dengan wajah tersenyum –senyum palsu- dan berjalan gontai meninggalkan Sasuke dengan gadis pirang itu.

"Dia sangat mengganggu yaa, Sasuke-kun. Oke jadi sampai dimana kita tadi ya?" Shion mencoba membuka percakapan.

"Pergilah Shion." Ucap Sasuke pelan. Yap! Dia menahan amarah saat ini, amarah yang sangat dahsyat pastinya. Rahangnnya mengeras dan huh… menyeramkan oke.

"Apa yang kau ucapkan?" Shion mencoba untuk meminta ulangan atas ucapan Sasuke barusan yang setengah berbisik, sambil menyentuh dada bidang Sasuke.

"Ku bilang pergi. Sekarang juga. Karena aku benar-benar muak denganmu!" Bentak Sasuke dengan mata yang berapi-api penuh dengan amarah menatap kearah Shion. Sasuke memegang tangan Shion keras dan melemparnya begitu saja.

"A-apa? Apa salahku hah?" Shion segera berdiri dan suara Shion tak kala nyaring dengan Sasuke.

"Kau mau tahu? Karena kau! gadis tadi, pacarku. Marah padaku dan sekarang pergi!" Amarah Sasuke sangat besar amat besar. Shion yang melihat tatapan mengerikan dari Sasuke segera pergi –kabur- meninggalkan Sasuke yang tengah mengacak rambutnya frustasi. "Sialan!" geram Sasuke sambil menendang tembok disampingnya.

.

.

.

"hiks.. hiks.. hiks… hah! Ada apa dengan mu Sakura! Kuatkan dirimu! Kau bukan gadis cengeng, kau bukan gadis cengeng" Sakura berharap dengan mengucapkan 'mantra' itu, dia akan berhenti menangis. Namun, gagal. Air mata terus mengalir tanpa henti.

"Sakura?" suara familiar masuk ke indra pendengarannya, dan tangisnya mereda. Tahu siapa yang datang, Sakura segera memeluk pemuda yang ia punggungi daritadi.

"Hiks… Hiks…nii-chan… hiks…" suara tangis Sakura memilukan bagi sang kakak, Sasori.

"Heei! Ada apa? Apa aku terlambat menjemputmu hah?" guratan kekhawatiran terlintas diwajah baby face milik Sasori. Ini pertama kalinya Sakura menangis dihadapannya setelah hampir delapan tahun berjalan.

"Hikss… ya! Kau lama menjemputku! Aku jadi sendiri tau!" dusta Sakura pada kakaknya dengan pipi menggembung pura-pura marah.

"Kau tidak akan bisa, membohongiku Sakura! Apa ini ada hubungannya dengan Sasuke?" Tanya pria bermarga Haruno itu pada adik perempuannya.

"Aku lapar, ayo kita makan!" Sasori tahu, Sakura tidak mau membahsanya. "Baiklah, ayo kita cari kedai ramen disekitar sini oke?" bujuk Sasori dan segera meminta Sakura naik ke dalam mobil.

"Shion?" Ucap Sasori setengah berteriak melihat gadis berambut blonde melangkah santai menuju mobil sedan merah marunnya. Sakura yang hendak masuk mobil pun terhenti.

*Sakura POV*

'A-a-apaa? Tadi Sauke, sekarang nii-chan. Siapa wanita ini sih?' bawah sadarku mulai menyelidiki wanita pirang ini dari atas ke bawah dan naik ke atas lagi, sampai pandanganku bertemu dengan wanita itu.

Nii-chan menghampiri wanita itu, menatap lama, dan memeluknya. Wanita bernama Shion itu memeluk balik Nii-chan ku

Cih, memeluk semua pria hah?

Menggelikan.

"Ini benar-benar membuatku muak" hendak berjalan masuk ke mobil Nii-chan, dan tiba-tiba tangan besar memegang tangan ku kuat saat aku hendak menarik knop mobil. Mencoba manrik tanganku tapi gagal. Aku tahu siapa pelakunya.

Sasuke, dia menarik tanganku dan dalam sekejap aku sudah berbalik menghadapnya. Wow! Matanya merah, aura yang menyeruak pun sangat mengeras dan aku bisa dengar gemeletuk giginya.

Dia akan mengamuk.

"Apa mau mu?" ucap ku dengan wajah –berusaha- datar dan mata yang menatap lurus onyx kelam dihadapanku. Onyx yang seakan-akan dapat menyedotku dan seluruh duniaku.

"Hn," astaga gumaman menyebalkan itu yang keluar. Aku memutar bolaku lelah. Baiklah, aku mencoba masuk ke dalam mobil dan, sial! Dia menahanku lagi.

"Apa mau mu!" dapat ku rasakan suaraku meninggi, dan wajahnya tetap datar tapi tatapan matanya bertolak belakang dengan wajahnya. Ada banyak emosi di dalamnya, aku bertahan dengan wajah sedatar, sejengkel, seburuk mungkin. Aku benar-benar super duper marah kali ini.

"Kita hentikan hubungan ini."

Whhooaah, sangat mudahnya kata-kata itu terucap.

"Baiklah! Kalau itu yang kau mau!" bentakku, menarik tanganku dengan kasar dan masuk ke dalam mobil, aku tak mau lagi melihatnya. Percayalah. Aku membencinya. Sangat membencinya!

Lalu Nii-chan masuk ke dalam mobil. Dia tidak melihat pertengkaranku dengan Sasuke –sepertinya, tapi Syukurlah.

"Kita pulang?" dan aku hanya sanggup menjawab lewat anggukan, karena air mataku telah sampai di pelupuk mataku dan siap terjun bebas jika aku berbicara.

Sasuke masih menatapku dalam diam, aku tak mau menatapnya. Ini sangat menyakitkan.

.

.

.

Cinta dapat membuat mu terbang ke langit ke tujuh

.

.

.

Namun ada kalanya Cinta membuatmu jatuh terduduk dengan gelinang air mata.

.

.

.

Done for chapter one!

Read and Review please?

11:15