Sembilan

.

.

.

.

Aku tidak pernah tahu apa impianku sampai aku bertemu dengan dia.

Dia.

Orang yang tak pernah memandangku saat kami berpapasan.

Orang yang tak pernah menjawab sapaanku saat aku mencoba bicara dengannya.

Orang yang mencoba terlihat kuat saat kertas namanya dicabut pada Hari Pemungutan.

Dia, yang menepis tanganku dan berkata dengan ketus, "Urus urusanmu sendiri, bocah cantik!" lalu berlalu.

Dia, yang mengenakan topeng Kau-Pikir-Aku-Lemah-Tapi-Aku-Lebih-Kuat-Darimu dan menangis di kamar mandi saat hari yang panjang telah berakhir.

Dia, gadis yang kumentori.

Gadis berambut merah yang punggungnya kutatap penuh damba.

Gadis yang menjadi alasanku untuk menang saat semua harapannya seolah musnah.

Gadis yang bahkan menolak bicara, saat kami berpapasan di sekolah.

Gadis bernama Annie Cresta, yang sekarang ini berdiri di hadapanku.

.

.

.

"Kau mendapat nilai 9 saat Sesi Pribadi," aku memulai. "apa yang kau lakukan?"

Tapi, bibir Annie terkunci. Ia melengos menghindari pandanganku.

"Annie, apa kekuatanmu?" Aku mendesak.

"Kurasa bukan urusanmu, Finnick." Annie menjawab dengan kasar. "Apa yang terjadi, sudah berlalu. Yang terpenting adalah nilaiku tinggi. Tugasmu menjagaku tetap hidup, dengan mencari sponsor yang bagus."

Ada kegetiran di akhir kalimatnya. Bahkan hingga hari ia turun ke arena, aku masih belum tahu apa yang seorang Annie Cresta lakukan hingga ia berhasil mendapat nilai 9.

.

.

.

fin


a/n : crosspost dari fesbuk untuk #nulisrandom2k16 yang nggak selesai u.u