Sudah sekitar enam bulan aku jauh dari keluargaku. Aku mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di sini. Universitas ini kebanyakan muridnya dapat beasiswa. Di semester kedua ini, kelas kami akan diacak lagi. Agak sulit bagiku untuk beradaptasi dengan orang-orang baru. Sama teman sekelas saja ada yang nggak kenal, apalagi sama anak kelas lain?

Memang aku tidak terlalu banyak bicara, terutama pada orang yang tidak kukenal. Kalau menurut teman-teman dekatku, aku ini cerewet dan suka ngomel.

Rasanya handphone ku bergetar, benar saja, ada pemberitahuan dari pihak universitas. Isinya tentang pembagian kelas berdasarkan tes kemarin. Disini kelas terbagi jadi empat, kelas A, B, C, dan D. Kelas A itu isinya kutu buku semua, kalau kelas B isinya orang biasa, kelas C isinya orang dengan nilai pas-pasan, kalau kelas D? Ah sudahlah. Preman semua itu isinya.

Semester kemarin, aku di kelas B. Satu kelas sama teman kecilku yang rada sableng. Chou namanya. Anaknya sih ya gimana ya... menurutku biasa aja, tapi kadang-kadang suka bikin kesel.

Aku memeriksa daftar murid kelas B, pasti namaku paling bawah. Yaiyalah, dari Z. Tapi kok nggak ada, ya? Hatiku sedikit panik, jangan-jangan masuk kelas C lagi... duh. Udah kuliat, gak ada juga, jangan-jangan masuk kelas...

Seseorang menepuk pundakku dari belakang, aku terkejut bukan main

" Kaget ya? Haha "

" Ganggu aja lu, lagi sibuk ini "

" Sibuk ngapain? "

" Tidur. Ya nyari nama gua lah di daftar kelas ! "

" Oohh, ketemu? "

" Udah gua cari di kelas B,C kagak ada "

" Lu nyarinya disitu, ya ngga bakal ketemu lah! Elu kan masuk kelas A! Nih liat! "

Rasanya tes kemarin sangat sulit, bagaimana bisa?!

" Hoki lu ya, haha. Gue yang gak hoki, masuk kelas C, sesuai nama kali ya "

Aku terdiam saja, aku masih tidak percaya kalau namaku ada di kelas A, bukan B, C, maupun D. " Zilong? Zilong? Jangan bengong, lah. " Chou melambai-lambaikan tangannya di depan mataku.

" Sayang ya, kita gak sekelas lagi. Kayaknya kita bakal jarang ketemu deh, soalnya gua disuruh ngekos tempat lain, cari yang murah sama bapak gue. Uang transferan gua dikurangin. "

" ... "

" Yah, gua dikacangin... Eh iya, gua ada janji sama temen gua, duluan ya, dah! "

Chou bergegas pergi meninggalkanku. Selagi ada WiFi gratis ditaman, boleh juga lah dipakai buat video call. Kan nggak mungkin aku pakai kuota buat yang begituan, rugi lah, nanti ga bisa bayar kos. Kupasang earphone hitamku di kedua telingaku dan segera memulai panggilan video. Tidak lama, panggilan itu terjawab.

" Halo, papa? "

" ... Oh, Zilong. Tumben nelfon, banyak kuota nih ceritanya? "

" Ga gitu pa, cuma nebeng wifi gratis di taman. Papa apa kabar? "

" Baik, kamu gimana disana? Gimana kuliahnya? "

" Sama, baik juga. Kalo soal kuliah sih, ya kayaknya kali ini agak baik deh. "

" Emang kenapa kok bisa jawab ' agak baik ' ? "

" Saya masuk kelas A. "

" Wah! Hebat, hebat. Oh iya, nanti akhir tahun, kalau uangmu cukup, kamu mau pulang sebentar kesini? "

" Iya. "

" Nanti papa masakin mie, mau kan? "

" Ih, papa, kalo masak mie saya juga bisa. "

Papa cekikikan mendengar jawabanku. Ah, bateraiku tinggal seperempat.

" Bentar pa, mau ngecas. "

Aku mencari-cari powerbank dalam tasku, tapi kok gak ketemu ya...

Aduh, sialan! Ketinggalan tadi di kamar gara-gara aku terlalu buru-buru keluar, karena mau numpang WiFi gratisan di taman. Maklum anak kos.

" Hehe... powerbanknya ketinggalan. "

" Kamu lah orangnya gak sabaran, apa-apa mau cepat, buru-buru, powerbank ketinggalan, ini itu ketinggalan, dompet ketinggalan. Besok apa? Pacar ketinggalan?

Oh iya, kamu kan gak punya, ya? Haha. "

Aku terdiam. Ya, memang aku belum pernah pacaran dari dulu sih...

" Jangan dibawa perasaan, dong. Papa kan cuma bercanda. "

" Yasudah, kapan-kapan saya telepon lagi, baterainya sekarat. "

Aku segera melepas earphone dan mematikan handphoneku lalu bergegas pulang. Langit sudah mulai mendung, untung saja kosan ku tidak jauh. Kulepas sepatuku dan kutaruh di sebelah pintu, kemudian kubaringkan tubuhku di atas kasur. AH SIALAN! Rasanya ada sesuatu yang keras ada di balik selimut, aku tidak sengaja menindihnya, badanku jadi sakit. Ah, itu powerbank-ku yang kucari tadi. Saat tidak diperlukan, dia ada, pas diperlukan, dia gak ada. Oh iya, kan, hampir lupa ngecharge handphone.

Handphone-ku sedang di charge, besok masuk kuliah, masih jam lima sore. Gabut emang sekarang. Yah, gak ada pilihan lain selain nunggu malam. Aku masih membaringkan tubuhku diatas kasur, walau memang gak empuk amat sih. Ini kan kos-an, bukan hotel atau apartemen.

...

Ngh... aku membuka mataku perlahan. Sudah malam ternyata, aku ketiduran lagi. Kayaknya setiap bangun rasanya lapar gitu. Aku segera bangkit dan mencabut kabel charge handphone-ku. Sambil menunggu handphone ku nyala, aku membongkar lemari kecil yang ada di sudut ruangan. Disini kalau ngekos, masak sendiri. Ya iyalah, emang hotel?

Mie, ya aku selalu makan itu, hampir setiap hari, gak disini, gak waktu dirumah, sama aja sih. Cuma bedanya kalau disini mie instan. Papa sering ngomel, katanya ' kurangi makan mie instan, gak sehat tau ' tapi uang transferan ngurang. Maunya apa coba?

Handphone-ku bergetar beberapa kali, tanda ada pesan masuk. Aku bergegas memeriksanya sambil menunggu air mendidih. Tujuh belas panggilan tak terjawab, lima pesan baru dari Chou. Sableng nih anak, nyepam saja.

Isi pesannya :

" Zilong.

P

P

P

P "

Pesannya sangat 'tidak' penting 'sekali'. Cuma ngirim begituan doang, ya ngapain dibales coba. Eh, dia ngirim pesan baru lagi.

" Kok di read doang sih. Ini penting "

Bener-bener deh, ini anak sableng, tinggal ngetik doang apa pentingnya pake acara manggil-manggil dulu segala, udah itu ngirim huruf P empat kali.

" Tgl ketik aj, ribet amt lu "

" Gini, gw pindahnya mlm ini, jd bsk gw udh g disblh lu lagi : ( jgn kangen ya. Gw juga mungkin g bisa anter-jemput lu lagi, gpp kan? Gw disuruh kerja part-time sama bapak gw. "

" Oh "

" Jawabnya singkat bener, g kangen nih? "

" Siapa juga yg kangen? "

" Ah, lu mah gt. Ydh gw off dlu ya, msti hemat kuota nih. "

Air yang kumasak sudah mendidih, ya jadi chat-nya langsung kututup saja. Mending makan daripada bales chat-an dia.

...

Cahaya matahari menembus gorden yang tertutup. Pengen buka mata, tapi silau. Masih ngantuk juga, sih. Ah, elah, ngapa hari ini pake acara hari pertama kuliah segala, liburnya belom cukup.

Aku memeriksa handphoneku, ada SMS dari Papa. Biar kutebak, ini isinya pasti ' pagi ini jangan makan mi instan, ya! ' Benar saja. Persis seperti dugaanku. Tapi, aku tetap makan mie instan. Ya, apa boleh buat, hanya itu yang ada.

Setelah makan, aku bergegas mempersiapkan diri dan perlengkapan yang kuperlukan, karena kali ini aku berangkat pakai kendaraan umum, aku harus buru-buru. Universitas dan kos-an ku tidak terlalu jauh. Tapi kota ini selalu macet, itu alasannya kenapa aku harus buru-buru.

Tiga puluh menit berlalu, sekarang pukul tujuh lewat empat puluh lima. Aku turun dari bus, tinggal berjalan beberapa meter lagi, aku akan sampai. Santai sajalah, kan masuknya jam delapan lewat limabelas.

...

EH IYA, INI KAN UNIVERSITAS LUAS BANGET, KAN MESTI NYARI RUANGANNYA DULU, KOK JADI GOBLOK SIH NIH OTAK.

Huft... setelah dua puluh menit mencari-cari ruangan, akhirnya ketemu juga. Waktunya duduk di bangku pojok paling belakang. Sialan, sudah ada yang menempati. Kalau kupindahkan tasnya bisa-bisa dilabrak. Ya, sudah, terpaksa duduk di depannya.

Sebentar lagi kelas akan dimulai, perlahan-lahan kelas mulai ramai. Mahasiswa yang duduk dibelakangku juga sudah datang kembali. Jujur, aku ingin bertukar tempat, tapi aku malu bilangnya. Rasanya membosankan menunggu waktu, aku tidak mau mengobrol dengan murid-murid lain juga sih, aku malu. Walau kondisi kelas sedikit ramai, karena beberapa diantara mereka pasti ada yang saling kenal.

Waktu menunjukkan pukul delapan lewat lima belas tepat. Pak Tigreal memasuki ruang kelas. Keadaan langsung sunyi, semua murid duduk rapi di tempatnya masing-masing.

" Selamat pagi semuanya, tentu kalian sudah kenal saya, jadi saya tak perlu memperkenalkan diri lagi kan? Semester kemarin kan saya juga yang ngajar. Tapi karena beberapa disini ada yang baru, ya... Saya kenalkan diri saya sendiri dulu. Nama saya Tigreal, saya mengajar tiga mata pelajaran di kelas ini ... "

Ah, konsentrasiku sedikit buyar, tidak semua kalimatnya masuk ke otakku, malah masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Aku biasanya duduk paling belakang, kali ini tidak. Memang hanya berjarak beberapa centimeter saja, tapi rasanya agak aneh.

" Sekarang, saya mau anda semua memperkenalkan diri, tidak usah maju, cukup berdiri ditempat saja. Mulai dari sebelah kiri saya. "

Satu-persatu murid memperkenalkan diri mereka masing-masing. Kini tiba giliranku, suaraku memang bisa dibilang lantang, tapi aku sedikit grogi. " Nama saya, Zilong. " ucapku singkat, aku kembali duduk.

" Nama saya Alucard, panggilannya Alu. " Seluruh murid perempuan bersorak gembira mendengar suaranya. Ng... jujur, aku juga suka suaranya. " Tenang semuanya. " Pak Tigreal berusaha menenangkan kelas.