A/N: Suzuya's second contribution in this fandom, yay! Oke langsung aja
Warning: Typo(s), OOC, don't like don't read!
Ansatsu Kyoushitsu (c) Yuusei Matsui, OC in this ff isn't actually mine!
Dedicated for my beloved senpai, Akacchi senpai. Thanks for being my RP partner!
- Story of Shiota by Suzume Ayano -
Menikah muda mungkin merupakan sebuah keputusan yang jarang diambil karena tentunya, membangun sebuah keluarga bukanlah hal yang mudah. Kecuali untuk Nagisa dan Kaede yang sedang dimabuk cinta. Apalagi setelah Kaede dengan riangnya berlari ke arah Nagisa dan memeluknya, sebelum akhirnya membisikkan sebuah kata-kata yang 'sakral' ke telinga Nagisa. "Aku positif, loh." Kemudian Nagisapun mengajukan tanggal pernikahan mereka.
Pesta pernikahan mereka memang tidak terlalu meriah karena pekerjaan mereka yang menuntut mereka untuk menjaga identitas asli mereka. Tentunya, semua mantan anak kelas 3E diundang ke pernikahan mereka. Walaupun begitu, semuanya turut mendoakan kebahagiaan pasangan pengantin muda yang satu ini. Hari ini hari yang begitu berharga untuk mereka.
Hari demi hari mereka jalani berdua setelah mereka melangsungkan pernikahan. Kaede segera memberi tahu Nagisa bahwa mereka akan memiliki anak kembar. Nagisapun segera memeluk Kaede dengan erat setelah mendengar kabar dari istrinya tersebut. Bahagia adalah kata yang dapat mendeskripsikan perasaannya saat ini.
Hari demi hari berlalu. Perut Kaedepun makin membesar. Ada satu hal lucu dari keluarga kecil yang satu ini. Setiap kali Nagisa memberi Kaede sebuah kecupan di perutnya yang membesar, Kaede selalu merasa malu. Wajahnya pasti selalu memerah ketika Nagisa melakukan hal tersebut kepadanya. Nagisa hanya bisa tertawa kecil melihat reaksi dari istrinya tersebut.
Nagisa khawatir dengan kondisi Kaede. Tubuh kaede memang kecil dan rapuh. Apalagi setelah mendengar bahwa ada kemungkinan salah satu di antara istrinya atau anaknya tidak akan selamat. "Hey, Nagisa, mana yang akan kau pilih? Aku atau anak kita?" Tanya Kaede kepada suaminya. "Aku tidak bisa memilih, Kaede. Aku ingin kalian semua selamat dan sehat." Jawabnya lalu memeluk tubuh Kaede erat. Kaede hanya tersenyum tipis lalu memeluk balik suaminya tersebut. "Aku takut, Nagisa. Aku takut kalau salah satu dari kami tidak akan selamat." Ujar Kaede pelan lalu membenamkan wajahnya di dada Nagisa. "Aku yakin, Kaede. Kalian akan baik-baik saja. " Balas Nagisa. "Nagisa, janji yah. Kalau seandainya aku gagal, tolong jaga anak kita baik-baik." Kaede tersenyum ke arah suaminya. "Tentu saja, Kaede. Aku akan melakukannya!"
Sudah saatnya bagi si kembar untuk lahir ke dunia ini. Nagisa segera membawa Kaede ke rumah sakit. Rasa khawatir dan senang bercampur padu di dalam hatinya. Ia menunggu di luar ruangan Kaede hingga akhirnya seorang suster menghampirinya dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam ruangan. Nagisa hanya terdiam di sana ketika ia melihat Kaede berteriak kesakitan seperti itu. Tiba-tiba ia merasa ketakutan karena hal tersebut. Sang suster hanya tertawa kecil karena reaksi Nagisa dan membimbing Nagisa untuk mendekat ke arah Kaede. Nagisapun langsung menggenggam tangan istrinya dengan erat. "Nagisa..." Kaede terkejut ketika Nagisa menggenggam tangannya. Kaede hanya tersenyum kecil ke arahnya. "Aku tahu kau bisa, Kaede. Berjuanglah!" Ujar Nagisa menyemangati.
Anak pertamapun lahir. Seorang perempuan. Mereka hanya perlu menunggu untuk yang ke dua lahir. Sayangnya, kondisi tubuh Kaede sudah melemah. Namun, Kaede tetap memaksakan dirinya sendiri. Anak yang terakhir berhasil lahir dengan selamat. Seorang laki-laki. Akan tetapi, tubuh Kaede sudah terlalu lemah untuk bertahan. "Hei, Nagisa. Kumohon rawat mereka untukku. Janji, yah?" Ujar Kaede dengan lemah sebelum akhirnya ia menutup matanya perlahan, menghembuskan nafas terakhirnya. "T-tidak, tunggu! Kaede... Jangan tinggalkan aku seorang diri, kumohon!" Pinta Nagisa, namun sayang ia sudah terlambat. Nagisapun melepas genggaman tangannya, lalu ia mengecup bibir kaede yang telah mendingin. "Maafkan aku Kaede. Maaf aku tidak bisa melindungimu." Gumam Nagisa pelan. Harapan Nagisa untuk membentuk keluarga dengan Kaede telah sirna. Hidupnyapun berubah setelah itu.
