Crossover Naruto x Nanatsu no Taizai

Naruto by Masashi Kishimoto

Nanatsu no Taizai by Nakaba Suzuki

Rate : M for safe

Warning : Typo bertebaran, tidak sesuai eyd, alur beda, dan masih banyak lagi.

Genre : All aja dah :v

Summary : Antara benci dan sayang? entahlah dia memilih yang mana, Dia habiskan hidup demi adiknya yang merupakan pengkhianat dari klan. Rela tersegel karena tidak ingin melukai keluarganya. Inilah hidup yang dijalaninya di dunia yang semu yang akan hancur.

"Saa...Otouto, apapun yang terjadi...Aku selalu menyayangimu". Ucap pria berambut kuning yang sedang memeluk erat anak kecil yang surainya sama dengan dirinya.

"Ne ne...Lihatlah Onii-chan aku berhasil mengalahkan musuh dengan satu tinjuan" Seorang pria cebol berambut kuning mengangkat tinjunya ke atas.

"Souka...Kau jadi memilih jalan ini otouto, aku tidak akan menghalangimu tapi teruslah hidup karena aku selalu menyayangimu". Ucap pria bersurai pirang kepada adiknya.

"ONII-CHAN!!!". Pria kecil bersurai kuning tampak terbangun dari tidurnya.

"Mimpi kah...Onii-chan gomenne, gara-gara aku kau juga ikut tersegel dengan yang lainnya". Mata hijaunya tampak redup karena mengingat kembali ingatan masa lalunya.

~Krieet

"Meliodas-sama, daijoubou desuka". tanya gadis berambut perak (entahlah author tidak tau itu perak atau putih) tampak cemas.

"Daijoubou desu Elizabeth". Balas pria kecil itu aka Meliodas kepada Elizabeth, Elizabeth tampak sedikit lega.

~Tap ~Tap ~Tap

"Hoi Hoi, kau sudah bangun Danchou". Ucap pria bersurai biru muda (ini juga author ga tau itu biru, perak atau putih), tatapannya sangat tajam dan juga ia memakai pakaian berwarna merah terbuka sehingga melihatkan otot-otot perutnya.

"Yah seperti yang kau lihat Ban". Meliodas bangkit dari ranjangnya kemudian meregangkan otot tangannya.

"Meliodas-sama, kembalilah ke ranjang tubuhmu belum pulih sepenuhnya". Ucap Elizabeth.

Meliodas tersenyum melihatnya,

"Tenang saja Elizabeth, aku sudah sembuh aku ini kuat loh". Ucapnya.

Elizabeth mengangguk meskipun dia masih sedikit cemas dengan keadaan orang yang dicintainya itu.

"Nah Ban, dimana yang lainnya?". Tanya Meliodas dengan tatapan polosnya.

"Yare-yare, Mereka ada di bawah menunggumu Danchou". Ban menjawab dengan tatapan malasnya.

~Bruaghhh

Ban terpental menabrak dinding karena di pukul oleh Meliodas. Tubuhnya tampak mengeluarkan darah tapi segera sembuh dengan sendirinya.

"APA YANG KAU LAKUKAN DANCHOU!!!". Ban menatap Meliodas dengan urat dahinya yang keluar.

"Eto...Aku hanya ingin melihat regenerasimu itu". Ujarnya dengan tampang innocent.

"HAAAAAAA". Ban sweatdrop seketika, "Lupakan itu, ikuze kita ditunggu yang lain". Ban berjalan keluar dan menuju ke bawah rumah atau bar itu.

Ban berjalan menuruni tangga diikuti oleh Meliodas dan juga Elizabeth dibelakangnya.

Sesampainya mereka disana, terlihat ada beberapa orang yang sedang melakukan aktivitasnya masing-masing.

"Are...Danchou". Ucap pria berambut jingga bernama King yang pertama sadar akan kehadiran Meliodas, Ban, dan Elizabeth.

"Ara, kau sudah bangun Danchou-dono". Giliran wanita bersurai hitam aka Merlin si Kerakusan yang menyapa.

"Seperti yang kalian lihat". Ucap Meliodas dengan tersenyum.

"Saa..Danchou, ayo kita latihan". Ajak Ban itu membuat mereka yang ada disana minus Meliodas tampak bingung.

"Eto..Ban, kalian akan latihan apa?". Ucap gadis bersurai coklat menggunakan swater warna pink si Kecemburuan Diane.

"Tentu saja memasak". Perkataan Ban membuat mereka minus Merlin dan Meliodas terkejut sekaligus merinding.

"Hiiii, kau yakin?". Tekan King.

Sedangkan Meliodas nampak celingak celinguk mencari sesuatu menghiraukan mereka yang disana.

"Are? Dimana Growther dan Hawk?". Tanya Meliodas membuat pikiran mereka langsung berpindah.

"Entahlah, Merlin-san kau tau?". Merlin berpikir sebentar mendengar pertanyaan Diane.

"Hm, setahuku Growther sedang kencan dengan pacarnya". Kata Merlin.

"Nani? Sejak kapan boneka hidup itu punya pacar". Ujar King.

"Yare-yare, apakah itu berhubungan ia mencari hati?". Tanya Ban dan mendapat anggukan dari Merlin.

Growther si Hawa Nafsu, dulunya adalah salah satu dari 10 perintah Tuhan yaitu Si Egois. Dia adalah boneka hidup dan memiliki tingkat kekuatan yang tinggi.

"Saaa baiklah kita mulai latihannya Ban". Ucap Meliodas dengan semangat.

Skip Time

Disinilah mereka sekarang masih di bar yang sama, Meliodas memainkan sebuah pisau lalu memutar-mutarnya dengan cepat. Ban di depannya hanya tersenyum entahlah itu senang apa tidak.

"Yoroshiku onegaishimasu Ban-Shisou". Ucap Meliodas menunduk layaknya murid yang hormat pada gurunya.

"Saa Danchou mari kita mulai". Ban mengambil bahan-bahan lalu meletakkannya di meja.

"Kau harus bisa membuat Pie Apel Danchou". Ucap Ban lagi.

"Ne, Elizabeth maukah kau jadi asistenku". Pinta Meliodas yang ternyata kepada Growther. Sedangkan Growther bergaya dengan berbicara 'Kpingg', dia juga memakai pakaian milik Elizabeth.

"Kau meminjam pakaian kami lagi Growther". Ucap Diane dengan mode kecil imutnya.

"Pertama-tama, kupas apel". Growther membacakan buku panduan membuat Pie Apel.

~Sring ~Sring ~Sring

Meliodas dengan cepat menggunakan pisaunya. Bukannya terkupas malah apelnya terbelah menjadi beberapa bagian.

"DIKUPAS BAKA BUKAN DI HANCURKAN". Kesal Ban dengan urat dahinya yang keluar.

Sedangkan Meliodas memunguti apel yang berserakan di lantai.

"Dibuang saja Meliodas-sama". Ucap Elizabeth.

"Kedua buat adonanya". Meliodas menambah garam banyak kemudian mengaduknya tanpa diberi air membuat banyak asap disana.

"TAMBAHKAN AIR JUGA OY". Giliran King yang kesal.

Meliodas membentuk adonannya lalu melempar dan membuat berbentuk lingkaran lebar.

"Itu bentuk pizza Danchou". Ucap Diane sedikit resah.

Meliodas memasukkan semua apel ke dalamnya dibantu oleh Growther.

"Dikupas dulu Meliodas-sama". Kata Elizabeth namun tidak digubris Meliodas.

~Jreng

Pie apel buatan Meliodas telah jadi, tampilan yang menarik dapat menggugah selera makan. Ban menatap itu dengan blank.

"Yare-yare kenapa bisa seperti ini". Ucap Ban dengan ragu.

"Sugoi... kelihatannya enak". Elizabeth mengatakan itu membuat mereka yang disana memandangnya.

"Jangan bercanda". Ujar Ban dengan nada mengejek.

Yang disana tampak menatap horror pie apel itu. Dari tampilan boleh bagus, tapi jika tau Meliodas aka Danchou mereka yang membuat pasti rasanya sangat luar biasa aneh.

"Untuk tampilan ini sangat bagus". Growther mengangkat tangannya membentuk huruf V menyamping.

"Yah memang aku memfokuskan di tampilannya". Kata Meliodas.

"Seharusnya kau juga harus memikirkan rasanya juga Danchou". King berkata dengan malas.

"Satte satte satte, waktunya untuk pengujian rasa". Meliodas mengatakan itu dengan semangat.

"Bagaimana King, Kau mau mencobanya?". Tanya Meliodas.

Seketika King berkeringat dingin, "Ano..aku sedikit tidak enak hari ini". Ucapnya mengelak.

"Diane?".

"Eto...aku sudah makan tadi". Diane menyembunyikan setengah wajahnya menggunakan rambutnya.

"Ban-Shisou".

"Mau kubunuh kau". Ucap Ban.

Growther menunjuk pada dirinya sendiri, "Kau tidak memiliki cita rasa yang pas". Kata Meliodas menolak.

"Merlin, Kau mau mencobanya?". Pinta Meliodas pada wanita berambut ungu.

"Ara, aku harus mencoba benda itu". Merlin sebenarnya tidak ingin mencoba makanan aneh itu.

"Biar aku saja Meliodas-sama". Elizabeth mengajukan dirinya membuat yang disana bernafas lega minus Meliodas dan Growther.

Elizabeth dengan perlahan mengambil sedikit potongan dari pie apel itu. Entah mengapa pie apel itu terdapat aura ungu pekat di penglihatannya.

~Nyam

Elizabeth mengigit sedikit potongan pie itu lalu mengunyah dengan perlahan. Seketika air mata mengalir di pipinya.

"I-ini Ois-oishi". Ucapnya pelan. Meskipun rasanya tidak enak, dipikiran Elizabeth itu tidak menjadi masalah asalkan buatan dari pria dicintainya.

Meliodas tersenyum, dia tahu sebenarnya Elizabeth berbohong demi membuatnya senang dan dia menghargai itu.

"Arigatou, Elizabeth". Meliodas tersenyum cerah membuat Elizabeth sedikit blushing.

~Di sebuah tempat tak dikenal

Seorang pria dewasa dengan tato hitam di dekat matanya nampak berdiri angkuh, di belakangnya seorang pria dewasa berambut perak hanya diam.

"Hendriksen, setelah ini kau boleh kemanapun yang kau sukai. Ini adalah bentuk terimakasihku karena telah banyak membantuku".

"Aku harus memanggilmu apa?". Tanya Hendriksen membuat yang ditanya berpikir.

"Panggil saja Fraudrin, jiwa temanmu itu sudah kuambil alih. Dia takkan bisa kembali". Hendriksen mengangguk kemudian pergi dari sana.

"Hahahahahaha, sekarang waktunya kalian bangkit kembali". Tawa Fraudrin.

"Wahai kalian dari klan Iblis, aku memanggil kalian untuk membalaskan dendam klan iblis dari kekalahan kita waktu itu. Kupersembahkan nyawaku pada kalian, Bangkitlah! 10 perintah Tuhan".

Seketika tanah bergetar dan sekumpulan aura hitam berkumpul, lama-lama jadi besar dan keluar 10 aura hitam dan menampilkan wujud masing-masing.

"Kau sedikit lama Fraudrin". Ucap salah satu dari mereka berambut hitam dengan tatto pusaran di dahinya, dia adalah sang Kepatuhan Zeldris.

"Maaf-maaf, aku juga punya sedikit hambatan". Ucap Fraudrin.

"Kenapa kau menggunakan tubuh manusia". Kata iblis berwujud seperti robot berwarna merah Sang Kebenaran Galan.

"Aku sedikit menikmati tubuh ini, lumayan juga. Tubuh ini juga sedikit nyaman". Fraudrin mengatakan itu kemudian berjalan ke bola hitam besar yang dari tadi menunjukkan sosoknya.

"Jangan kau sentuh Fraudrin". Perintah Sang Kemurahan Hati Estarossa bersurai perak.

"Naruto-sama kah?". Ucap Fraudrin pelan, mendapat anggukan dari Estarossa dia pun sedikit menjauh.

"Seperti biasa, dia suka sekali membuat seseorang menunggu". Ucap perempuan bersurai perak Sang Penguasa Jiwa Merascylla.

"Walaupun begitu, dia juga kekasihmu". Raksasa bertubuh hijau bernama Dolor ikut angkat suara.

~Krak ~Krak ~Pyar

Mata mereka berpindah atensi ke bola hitam itu yang retak kemudian pecah, menampilkan sosok pria bersurai pirang. Iris birunya melihat ke sekeliling kemudian sedikit terkejut melihat 10 perintah Tuhan dihadapannya.

"Begitu kah". Ucapnya pelan mulai mengerti keadaannya, bagaimana bisa tahu? Dia sebenarnya bisa dikatakan 10 perintah dalam satu tubuh hanya saja ayahnya yang notabene adalah Raja Iblis sendiri membagi lagi perintah itu.

Naruto masih tenggelam ke dalam pikirannya sendiri, ingatannya sedikit mengingat kebersamannya dengan adik kesayangannya. Padahal dia sudah berjanji untuk selalu bersamanya tapi mengapa dia ikut tersegel waktu itu.

Apa adiknya baik-baik saja? Apakah dia telah memiliki pacar atau yang lainnya. Sungguh dia ingin bertemu dengan adiknya.

"Onii-sama". Panggilan Estarossa membuat lamunan Naruto buyar.

"Hm?". Jawab Naruto cuek.

"Ayolah Naruto-kun, jangan dingin begitu". Merascylla mengatakan itu membuat Naruto melirik sebentar.

"Aku tahu itu". Naruto sama sekali tidak ingin diganggu sekarang bahkan oleh kekasihnya sendiri.

Yang lainnya hanya diam tak ingin ikut dalam pembicaraan. Kebanyakan dari mereka takut dengan Naruto meskipun pemimpin mereka sebenarnya bukanlah dia melainkan adiknya.

"Apa yang kita lakukan setelah ini?". Tanya pria berkumis Monspeet.

"Kuasai salah satu wilayah disini untuk menjadi tempat kita". Balas Zeldris.

"Tak perlu repot-repot begitu". Naruto nampak malas mengatakan itu.

Mereka menoleh ke arah Naruto, nampak meminta penjelasan.

"Jujur, aku tidak akan menghalangi niat kalian, sebaliknya lakukanlah yang menurut kalian benar dan aku juga akan melakukan yang menurutku benar". Perkataan Naruto membuat ke sepuluh perintah Tuhan bingung.

"Zzz...Aniki, berbicaralah dengan normal". Kesal Zeldris.

Naruto nampak tersenyum sebentar, "Black Venom". Aura hitam keluar dari tubuh Naruto.

Aura itu lama-kelamaan menjadi sebuah sosok hitam bermata merah tanpa mulut. Seketika mereka yang disana terkejut.

"Naruto-kun...jangan bilang..". Merascylla nampak was-was dengan yang dilakukan Naruto.

Naruto mengangguk, "Biarkan dia yang mengambil alih salah satu wilayah disini". Ucap Naruto.

"Tidak, meskipun aku sudah tua tapi tetap saja aku masih salah satu 10 perintah Tuhan yang terkenal kuat". Galan tidak terima dengan itu.

"Pergilah dengannya Galan jika kau ingin bersenang-senang". Ucapan Naruto membuat iblis merah itu mengangguk.

"Ara… Sebenarnya siapa pemimpinnya disini". Kata Wanita dengan sebuah sulur hijau menggulung tubuhnya yaitu Gloxinia.

"Estarossa". Panggil Naruto.

"Lakukan yang seperti Onii-sama bilang". Ucapnya dengan tegas, Naruto mengangguk mendengarnya.

Di tempat Nanatsu no Taizai

Nampak Meliodas dengan yang lainnya melakukan aktivitas masing-masing. Meliodas yang sedang mengelap sebuah cangkir menggunakan lap putih.

"Minna-san!!" Seru seekor babi berwarna pink.

"Yo, Hawk". Sapa Meliodas.

"Hawk-chan dari mana saja?" Tanya Elizabeth.

"Aku tadi mencari makanan di kerajaan Liones, kalian tahu aku tanpa meminta nya mereka telah memberikan dengan cepat. Mungkin ini karena aku berjasa menyelamatkan Kerajaan Liones tempo hari". Babi itu dengan bangga disertai hidungnya yang sesekali mengeluarkan asap menjawab.

"Benarkah begitu Hawk-dono". Kata Merlin dengan senyumnya.

"Um, ngomong-ngomong kalian diundang ke Kerajaan Liones". Perkataan Hawk itu membuat mereka yang ada disana penasaran.

"Eh? Aku lupa untuk menyampaikannya ke kalian semua". Ucap Elizabeth.

"Apa maksudmu Elizabeth?". Tanya Meliodas.

"Raja Liones akan memberikan kalian penghargaan dan kehormatan karena telah menyelamatkan Kerajaan dari serangan Hendriksen dan para iblis waktu itu". Yang lainnya nampak mengerti.

"Kapan kita harus kesana?". Tanya pria kecil bersurai jingga aka King dengan melayang menggunakan bantal berwarna hijau.

"Sebentar lagi jika tidak salah". Kata Elizabeth.

"Satte satte satte, ayo kita berangkat sekarang". Ucap Meliodas semangat.

Mereka mengangguk kemudian keluar dari bar itu. Bersama-sama berjalan menuju Kerajaan Liones.

Skip

Di sebuah tanah tandus terdapat sebuah pohon berwarna ungu dengan sulur-sulur besar yang menancap di berbagai tempat, disana merupakan tempat dari 10 Perintah Tuhan.

Sebelumnya Black Venom milik Naruto menemukan sebuah desa padat penduduk lalu meratakan wilayah itu dengan Galan. Naruto mengurung semua penduduk desa itu di bola kegelapannya.

"Gloxinia, lakukan tugasmu". Ucap Naruto pada perempuan yang tubuhnya terdapat sulur besar berwarna hijau.

"Baiklah-baiklah". Sulur Gloxinia masuk ke dalam tanah, tanah pun bergetar lama-kelamaan dari bawah tanah muncul pohon besar.

"Biarkan aku melahap jiwa mereka Naruto-kun". Ucap Merascylla pada pria kuning itu.

"Tidak, kau tidak boleh rakus Merascylla". Ucapan Naruto membuat wanita bersurai putih itu cemberut.

"Itu benar, kami juga ingin agar kekuatan kita pulih kembali". Pria berkumis aka Monspeet ikut berbicara.

Naruto mengarahkan tangannya ke bola kegelapan itu, tangannya mengepal membuat bola itu semakin lama semakin kecil dan hancur mengeluarkan banyak roh-roh berwarna biru milik penduduk yang terkurung.

"Ambilah sesuka kalian, tapi jangan berebut". Kesepuluh perintah Tuhan mengangguk.

Merascylla yang ingin pergi terpaksa berhenti karena Naruto memegang pergelangan tangannya.

"Kau tetap disini". Ucapnya membuat si wanita bingung.

"Kenapa kau menahanku Naruto-kun?". Tanya Merascylla.

Naruto tidak menjawab hanya tersenyum menyeringai. Merascylla yang tau arti dari senyum itu sedikit blushing.

"KAU!! Padahal kita baru bangkit, kenapa kau ingin melakukannya". Ucap Merascylla.

"Hm, apa yang telah kubuat sehingga membuatmu yang dulunya hanya berpikir kosong tak berekspresi menjadi seperti gadis manusia yang feminim begini". Perkataan Naruto membuat Merascylla cemberut.

"Jangan sok lupa Naru-baka". Ucapnya kesal.

"Tak perlu makan roh orang lain untuk membuatmu pulih kembali, cukup dengan bantuanku lebih mudah". Ucap Naruto.

"Tch, baiklah. Cukup ciuman tidak lebih". Merascylla nampak kesal dengan semburat merah di pipinya.

Naruto yang mendengar itu menyeringai senang, ayolah dia juga butuh hal seperti itu karena sudah lama tersegel.

Wajahnya mendekat ke wajah Merascylla. Bibirnya dengan perlahan menuju ke bibir pink kekasihnya itu.

~Cup

Kedua bibir itu pun bertemu, saling menghantarkan rasa masing-masing. Lumatan kecil pun juga terjadi di sana, Naruto juga memasukkan energinya ke dalam mulut Merascylla.

3 menit berlalu dan mereka melepaskan ciuman mereka, Merascylla nampak bersemu merah. Estarossa yang melihatnya nampak biasa saja, sedangkan yang lainnya masih sibuk memakan roh.

"Bagaimana?". Merascylla mengangguk kecil, kemudian sedikit menyeringai.

"Kekuatanku telah kembali lagi". Ucapnya senang.

"Ero-aniki, kau sama saja seperti Meliodas". Ucap sang Kepatuhan Zeldris.

Ucapan Zeldris itu membuat Naruto sedikit diam, Meliodas kah? Sungguh dia ingin bertemu dengannya. Dia juga bisa merasakan aura adiknya itu meskipun samar.

"Tentu saja, aku kan kakaknya". Kata Naruto dengan bangga.

"Cih setelah berkhianat pada Klan Iblis kau masih sudi untuk mengakuinya sebagai adik". Zeldris mendecih, meskipun dia juga adik Naruto hanya saja mengapa kasih sayang Naruto lebih besar ke kakaknya si pengkhianat itu.

"Berhenti mengatakan tentang itu Zeldris". Ucap Estarossa sambil tiduran.

Naruto melirik ke arah Estarossa, dari kesemua adiknya dia adalah yang paling bijak. Naruto menyayangi semua adiknya tapi entah mengapa dia lebih menyayangi Meliodas.

"Aku akan membunuh seseorang setelah ini". Ucap Naruto membuat mereka yang ada disana menoleh ke arahnya.

"Tapi Naruto-kun, bukannya kau sudah memusnahkan seluruh penduduk tadi". Merascylla terkejut.

"Itu belum cukup, aku butuh yang lebih kuat dari itu". Naruto membunuh bukan tanpa alasan, dia biasa dipanggil Si Absolut atau Si Kehampaan. Entahlah dia pun juga tidak tahu, yang ia tahu kutukannya adalah Raja Iblis itu sendiri.

Dengan begitu, kekuatan milik Raja Iblis adalah kutukan yang dimilikinya. Karena itu terkadang sisi iblisnya akan berusaha mencari dan membunuh seseorang yang menurutnya kuat.

"Dibanding milik kalian, kutukan milikku jauh lebih berbahaya. Sedikit saja aku lengah kalian bisa saja terbunuh olehku". Kesepuluh Perintah Tuhan mengangguk mengerti.

Tak terpungkiri kekuatan Naruto sangat tinggi, tingkat kekuatannya saat mode normal saja 80000. Saat perang suci dulu, Naruto berhasil membunuh banyak dari Dewi dan Klan Peri membuatnya ditakuti.

"Aniki, aku akan membunuh Meliodas". Ucap Zeldris mantap.

Naruto meliriknya sebentar, "Lawanlah 1 vs 1, jika kau menang dengan usahamu sendiri aku tak akan membencimu". Ucapnya.

"Dengar kalian, urusan Meliodas biar aku saja yang menanganinya". Zeldris mengatakan itu dengan yakin, Naruto nampak tak cemas karena ia yakin kekuatan Meliodas jauh lebih kuat dengan Kesepuluh Perintah Tuhan jika dilawan 1 vs 1.

"Jangan ikut campur pertarungan itu atau akan kubunuh kalian". Mereka bergidik ngeri melihat pancaran aura milik Naruto. Estarossa masih tiduran mengabaikan itu semua.

To be continued

Tampar saya guys. entahlah saya malah membuat Fic lagi :v

Ini fic iseng saya karena saya lagi mood nulis tentang anime Nanatsu No Taizai, namanya iseng pasti belum tentu saya up terus

kalau banyak yang suka ya dengan senang hati saya up kan ini fic

Untuk fic lain, berhubung besok minggu saya ke Bali jadi mungkin akan sedikit lama up nya, Real dream udah selesai cuman belum saya publish.

Untuk yang udah like dan review bahkan follow saya ucapkan banyak terimakasih, meskipun saya jarang up sekarang yah karena tugas di real life banyak juga.

Antara lanjut atau tidak, itu reader bisa review oke.

oke cukup sekian. Daaa di Fic-ficku yang lain.

...Log Out...