Disclaimer : Harry Potter © J. K. Rowling

.

.

.

Potions

By. I Sunshine

.


Harry mempercepat langkah bergegas—mempersingkat waktu menelusuri koridor, beberapa kali setengah berlari menghindari embusan angin kian berubah. Memang tubuhnya masih sedikit berkeringat dari baku hantam di lapangan Quidditch, akan tetapi bukanlah cuaca dingin yang dibutuhkan untuk meredakan dehidrasi yang melanda. Perlu diketahui sebentar lagi akan memasuki musim dingin, alih-alih merasa sejuk diterpa angin, kulit berkeringat Harry berubah bergidik terhadap dinginnya cuaca.

Napas berembus lega melihat pintu kayu tua namun kokoh sudah dekat di depan mata, bersemangat mendorong terbuka tidak mampu menghapus bayangan akan ada air segar diperoleh ketika di dalam.

"Oh, Harry."

Hermione Granger—sahabat terdekatnya selama melalui lebih lima tahun di Hogwarts melirik sekilas menyambut, waktunya tampak begitu berharga karena memilih kembali fokus pada botol berisi cairan berwarna khas yang tengah di pegang. Terus memutar-mutar botol terlihat jelas menunggu sesuatu. Semenjak persaingan mereka dipelajaran ramuan, Hermione berubah dua kali lebih giat mempelajari buku pengantar ramuan Slughorn. Gadis itu terlalu cerdas untuk berpuas diri menerima tidak berhasil menjadi terbaik, kekurangan selalu membuatnya berusaha lebih keras lagi dalam belajar. Mengagumkan, tapi—Harry ingin air saat ini.

"Hermione, berikan aku air—" tidak sabar Harry mendesak sembari melemparkan pandang mencari sesuatu yang diharap, tenggorokannya semakin mengganjal karena dikhianati imajinasi akan disambut segelas air segar yang tampaknya tidak ada, "—aku haus."

"Ada air lemon madu di meja."

Hermione begitu sibuk pada ramuannya, sedikit pun tidak berpaling untuk menunjuk dengan spesifik keberadaan minuman yang tengah dibicarakan. Yah—Harry tidak mempermasalahkan, dia terlampau mengenal tabiat sahabat geniusnya hingga tidak terlalu memperhatikan saat Hermione menampilkan ekspresi mual setelah menghirup sedikit aroma ramuannya. Ada sedikit rasa penasaran ramuan apa yang tengah dibuat, ingin bertanya—tetapi gadis itu sudah berlari menuju kamar mandi tak mampu lagi menahan mual.

Harry memutar bola mata, meraih segelas lemon madu—akhirnya menemukannya—tertuang penuh dalam gelas bersebelahan dengan teko yang masih cukup penuh. Tanpa menimbang satu tegukan membasuh dahaga, mengabaikan fakta minuman tersebut bisa saja milik Hermione. Tidak masalah, bukankah mereka terbiasa berbagi?

Terdiam Harry menurunkan gelas setelah meneguk hampir setengah, mengernyit memandangi gelas dengan tatapan aneh—seolah ada sesuatu yang salah. Sedetik kemudian Hermione keluar dari kamar mandi, membuat Harry lupa untuk bertanya. Tatapannya terpaku tanpa bisa berkedip melihat penampilan berantakan yang anehnya memunculkan sensasi aneh di dada.

"Astaga, aku tidak akan mencampur akar pohon wilow dengan rumput laut lagi," ujar Hermione pada diri sendiri sembari menggelengkan kepala, langkahnya terus mendekat semakin aneh membuat perasaan Harry tak karuan. "Berikan aku itu, aroma ramuannya seperti menempel di lidah."

Hermione menyambar gelas di tangan Harry, sekejap mata sisa setengah gelas diteguk nyaris habis. Sama seperti Harry—dahi Hermione mengernyit, menurunkan gelas bersisa sedikit. Bibirnya mengerut, berekspresi aneh kala melempar tatapan ke Harry. Mereka sempat beradu pandang membuat situasi—entah kenapa—menjadi tidak nyaman. Gadis terpintar seasrama Gryffindor sedikit menyunggingkan senyum malu sebelum akhirnya membelalak setelah menatap meja di belakang Harry—tempat pemuda itu mendapatkan minumannya tadi.

"Oh, astaga!" Hermione menggeleng-geleng, panik bergantian memastikan sisi meja dengan gelas yang tengah dipegang. "Tidak, tidak, tidak—Harry, jangan bilang kau mengambil minuman yang sudah tertuang di meja?"

Harry ingin berbohong jika itu membuat Hermione lega, tapi untuk apa? Masalah tampak lebih serius jika dia melakukannya. Akhirnya dengan pasrah Harry mengangguk, semakin merasa bersalah melihat sahabatnya nyaris menjerit histeris.

"Semua baik-baik saja kan, Hermione?"

"Aku ragu untuk mengatakannya."

"Apakah kita dalam masalah?"

Hermione menarik napas, mengambil langkah mendekat dengan tatapan serius. "Apakah kau merasakan sesuatu berbeda sekarang, Harry?"

Sekali lagi Harry ingin menyangkal, sayang hanya mampu terdiam dengan napas semakin tertahan kala gadis Gryffindor kian dekat.

"Katakan dengan jujur, siapa gadis yang pertama kali kau pikirkan saat ini?"

Gadis?

Dahi Harry mengernyit bingung, tidak mengerti. Dia hanya perlu tahu seberapa besar masalah yang akan mereka hadapi, tapi kepalanya tidak bisa menuruti untuk menjawab jujur ketika Hermione melempari dengan pertanyaan. Karenanya, bukan Ginny atau pun Cho Chang yang terlintas saat pertanyaan terlontar. Terhipnotis, lidah bergerak tidak mengikuti pikiran berkata, "Kau."

Hermione berjengit, sedikit melonjak mengambil langkah mundur. Bibirnya terkatup menggeleng penuh rasa bersalah. "Harry, kau tahu—" susah payah Hermione memulai mengatur napas, langkahnya mundur entah bersiap melarikan diri atau menghindar. Rona khawatir mewarnai melihat tatapan Harry kian bingung, lemah suaranya melanjutkan, "—kita baru saja meminum lemon madu yang sudah aku campur dengan ramuan cinta, dan—aku rasa laki-laki yang pertama kali terlintas di kepalaku adalah—kau."

Lantaran masih shock atau mungkin reaksi ramuan mulai bekerja, keduanya diam bertatapan. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara terlebih situasi berubah canggung dengan memerahnya kedua pipi mereka yang sedikit di yakini ramuan mengambil campur tangan.

Ingin rasanya Harry marah atas tindakan ceroboh sahabatnya walau sesungguhnya ada bagian dirinya ikut ambil andil, sayang ada pemikiran mengerikan melintas membuat pipi bersemu merah.

Oh, Demi Merlin.

Harry ingin mencium Hermione.

.

.

To be continued ...


Sorry for typo ...