Disclaimer:
Vampire Knight © Matsuri Hino
Warning!
Awas ada Out of Character, typo(s), gajebo, abal-abal, dan lain-lain.
Happy reading on~
.
.
.
-a drabble collection fic about ZeYuu or YuuZe-
50 WORDS FOR YOU
© Killen
.
.
.
-Bagian Satu : Keras Kepala-
"Yuuki."
"Hmm?"
Zero menarik napas sekali, lalu menghembuskannya lewat sela bibir. "Kembalilah ke kamarmu. Aku bisa tidur sendiri," nada mengusir terselip di kalimatnya.
Sahutan tak segera mengudara. Hening masih mendominasi, sebelum suara feminim yang kekanakan itu menjawab, "Tidak mau."
Kening Zero berkerut. Dia menoleh, memandang gadis yang sekarang berstatus sebagai saudara angkatnya, dan mencoba melempar tatapan tajam–meski gagal; karena Yuuki justru tersenyum hangat padanya. Huh.
Saat ini, Yuuki berada di kamarnya; duduk di tepi ranjang dengan satu tangan memeluk lutut, sementara tangan yang lain lembut sisi rambutnya, seperti yang senantiasa dilakukan gadis itu saat dia sulit tidur karena mimpi buruk yang kerap mendatanginya beberapa minggu terakhir ini.
"Tidurlah. Kembali ke kamarmu," perintahnya–atau usirnya–lagi.
"Tidak mau."
Satu kedutan muncul di kening Zero. "Aku tidak sudi terlambat sekolah gara-gara kau kesiangan, Yuuki. Kembali ke kamarmu," kali ini, nada mengancam. Semoga berhasil.
"Aku tidak akan kembali ke kamar sampai kau tidur, Zero," tolak Yuuki kalem, bersikukuh. Masih tersenyum. Masih membelai. Dan masih… keras kepala.
Tangan Zero menyambar pergelangan tangan Yuuki yang masih membelai rambutnya, mencengkeramnya hingga si gadis agak meringis. "Kembali. Ke. Kamarmu." Peringatan terakhir. Sabar bukanlah sifat alami Zero. Catat lagi, dia tak suka dikasihani. Perlakuan Yuuki padanya sering membuat dia merasa bagai anak kecil–meski memang dia masih kecil–yang rapuh dan butuh perlindungan. Dan dia sangat tak menyukai itu.
"Kubilang, tidak mau."
Dengusan kesal Zero terdengar; gestur menantang. "Kalau itu maumu, baiklah."
"Eh? Ah–"
Dia menarik tangan Yuuki, menghempaskan gadis itu hingga terbaring diatas ranjang sambil memekik pelan. Zero beralih ke atasnya; kedua tangan menumpu di sisi kepala Yuuki, sementara kedua lutut tertumpu di kedua kaki Yuuki, menjaganya agar tak menindih tubuh si gadis.
"Ze-Zero?"
Dalam remang kamar yang hanya diterangi lampu meja, rona samar terbentuk di pipi Yuuki. Kedua iris almond-nya membulat, terpusat pada wajah Zero yang hanya beberapa senti darinya, dan hal itu sangat membantu dalam proses merona di pipi dan seluruh wajah.
"Kaupikir aku ini anak cengeng?" desis Zero tajam. Dia mendekatkan wajah, berbisik di depan telinga Yuuki dengan suara lirih, membuat gadis itu segera memiringkan kepala kearah lain. "Karena kau bersikeras tidak mau kembali ke kamarmu, kita lakukan sesuatu saja untuk mengisi waktu."
"Zero, he-hentikan!" suara Yuuki tercekat, panic.
"Aku. Tidak. Mau." Kali ini Zero yang menolak. Dia merundukkan kepala, mulai menginvasi leher Yuuki yang tidak tertutupi kerah piyama.
Kedua tangan Yuuki mencengkeram bagian depan piyama Zero, mencoba mendorongnya–namun sia-sia. Keringat dingin menetes di pelipisnya. Perasaan geli atas sentuhan hidung Zero yang menelusuri lehernya membuatnya semakin tak nyaman, dan–
"BAIKLAH! AKU AKAN KEMBALI KE KAMAR!"
Aktivitas Zero berhenti; dia mengangkat kepala, menatap gadis di bawahnya dengan sedikit alis terangkat. Tatapan seolah berkata, "Benarkah?"
"Aku akan kembali ke kamar," suara parau Yuuki kembali mengulang. Suara tegukan ludah terdengar samar. "Jadi, hentikan. Ya?" mohonnya.
Tubuh Zero masih tak bergeming, sebelum detik selanjutnya dia menyingkir ke samping; menjatuhkan diri disamping Yuuki. Gadis bersurai ebony itu buru-buru bangkit dan melompat turun dari ranjang, melesat kearah pintu. Dengan satu tangan memegang kenop, dia berbalik untuk berteriak dengan wajah memerah–
"Zero, bodoh!"
BRAAK!
–sebelum membanting pintu hingga menutup.
Zero mendengus, lalu merapikan selimutnya dan menariknya sebatas bahu. Kali ini, dia mencoba tidur lagi.
Tidak seperti sebelum Yuuki datang, pikirannya sudah tenang sekarang. Meski selalu menepisnya, keberadaan Yuuki di tiap penghujung malam memang membantunya untuk tidur dengan nyenyak dan tanpa mimpi. Kehangatan gadis itu selalu membuatnya aman, menariknya dari jerat mimpi buruk tentang darah dan vampir dan balas dendam dan semuanya.
"Kau yang bodoh, Yuuki," bisik Zero pada keheningan kamar, yang hanya dijawab oleh desahan angin malam yang masuk lewat celah jendelanya.
Esoknya, Kaien dibingungkan oleh aksi diam-diaman dari kedua anak adopsinya. Zero diam? Itu sudah biasa. Tapi, kalau Yuuki yang seharinya selalu berceloteh ikut diam?
Tidak merasa bersalah, Zero pun tak berinisiatif untuk minta maaf. Dia membiarkan saja perang dingin itu terjadi. Meski dua hari setelahnya, Yuuki kembali datang ke kamarnya saat mendengarnya sedang bermimpi buruk lagi, dan semuanya kembali seperti semula.
Tambahkan, selain keras kepala, Yuuki Cross adalah gadis yang bebal.
.
.
.
~ To Be Continued? ~
.
Pojok Curhat/Comberan Author:
Ini drabble collection tentang ZeYuu atau YuuZe. Oh, abal kah? Nonsense kah? Silakan kirim lewat kolom review dibawah, orz. m(_ _m
Di chapter pertama saya buat satu saja. Mungkin chapter-chapter selanjutnya bisa berisi dua atau tiga atau lebih drabble-nya. Saya sedang coughmalascough–maksud saya, sedang kena WB.
Ne, ne~ Mind to review and concrit, minna?
.
Presented from Hidden Heart Village. 26042012. 19:00 WIB.
