Title : As Long As I Live
Disclaimer : Prof. J.R.R. Tolkien's.
Rating : Akan lebih baik jika dikategorikan sebagai FanFiction 'R'.
Timeline : Awal musim semi, TA 151.
Summary : Erestor di tangkap oleh sekelompok Prajurit Peri yang di bayar mahal oleh seorang Penyihir Gelap di Greenwood bagian Selatan. (AU ; Angst-Friendship. No-Slash.)
Chief Advisor yang terkenal dengan sifatnya yang super dingin dan dijuluki sebagai Peri paling galak, paling seram dan paling menakutkan seantero Imladris itu sedang menatap hujan badai di luar melalui balkon kamar kerjanya yang bersebelahan dengan kamar kerja milik Elrond Half-Elven yang sudah pasti ada dikamarnya sekarang bersama istrinya; Lady Celebrian putri Lord Celeborn. Tentu saja Lordnya sudah berada di kamar saat ini, dan memang ini sudah lewat tengah malam, terlebih di luar sedang terjadi badai, Peri macam apa yang masih mau tinggal sampai malam kecuali dirinya.
Hujan badai yang terjadi di Imladris saat ini termasuk parah walaupun Lembah ini sudah dilindungi oleh Vilya milik Elrond yang diturunkan oleh Ereinion Gi-Galad sendiri untuk Heraldnya itu. Erestor tidak dapat membayangkan suasana di luar Lembah yang menurut rumor keindahannya dapat menyaingi negeri – negeri di pulau Barat sana itu karena jika Lembah yang dilindungi salah satu dari tiga Cincin Peri saja keadaannya seperti ini, daerah yang ada di luar Imladris mungkin sedang terjadi banjir besar atau bencana lainnya.
Dengan sedikit menghela nafas, Erestor menutup pintu kaca balkon sebelum kembali ke meja kerjanya yang di penuhi gunungan kertas untuk merapikan barang – barang penting miliknya yang akan ia bawa ke kamar untuk di cek ulang sebelum di serahkan ke Elrond besok pagi di Rapat yang selalu diadakan hampir setiap 3 hari sekali. Walaupun dia seorang Chief Advisor, tetap saja sebuah rapat yang sudah pasti akan berisi Advisor lainnya yang selalu mengutamakan kepentingan mereka sendiri dan malah terkadang bisa terjadi adu mulut berkepanjangan itu membuat Erestor merinding. Bahkan jika bukan Elrond atau dirinya dan Glorfindel yang menghentikan rapat, tempat yang dijuluki Blessed Valley itu bisa menjadi lahan bebas untuk melakukan Kinslaying kedua.
Bicara soal Glorfindel, Kapten yang di rebornkan oleh Valar di masa First Age itu dalam sekejab menjadi Peri favorit di Lindon dulu karena sikapnya yang selalu santai dan dapat bergaul dengan siapapun, dan merupakan kebalikan drastis dari sifatnya yang dingin dan lebih suka menyendiri itu. Kapten yang sudah pernah membunuh Balrog itu selalu beradu mulut dengannya meski tidak separah Advisor yang ada di ruang rapat. Glorfindel selalu mempemasalahkan sifat dinginnya yang di klaim oleh Peri yang memiliki rambut emas itu dapat membekukan minumanya hanya dengan Pandangan Kematian miliknya. Di lain pihak, Erestor selalu kesal jika Glorfindel bertingkah seperti Elfling dan menyebarkan perilaku buruk kepada dua muridnya yang tak lain dan tak bukan adalah putra kembar Elrond sendiri.
Meskipun demikian, Twice-Born-Balrog-Slayer itu akan sangat akur dengan dirinya jika sudah membahas soal pertahanan Imladris dan begitu juga dalam setiap permainan catur mereka yang diadakan setiap satu atau dua minggu sekali di kamar kerjanya ini. Baru sekitar dua jam yang lalu Glorfindel kembali bersama anggota patrolnya yang rata rata adalah Peri yang baru merasakan Patrol pertama mereka dengan keadaan sangat baik, bahkan Balrog-Slayer yang hampir selalu dikutuk oleh dirinya itu masih dapat membuatnya hendak naik darah.
Suara dentuman petir di luar membuat Erestor akhirnya tersadar dari lamunan berkepanjangannya dengan perasaan tidak enak. Entah kenapa sejak tadi pagi perasaanya tidak enak sekali, sebenarnya perasaan Chief Advisor yang selalu terlihat dingin itu memang selalu tidak enak, hanya saja kali ini berbeda, seperti akan ada sesuatu yang terjadi dengan dirinya. –atau bahkan Imladris itu sendiri—Meski tidak memiliki Foresight seperti Lordnya, terkadang perasaan Peri yang super tajam itu juga bisa menjadi sebuah pertanda baik akan terjadinya hal buruk atau hal baik. Akhirnya, dengan berat hati, Peri yang kedudukannya termasuk salah satu yang terpenting di Imladris itu keluar dari kamar kerjanya untuk kembali ke kamarnya yang hanya berjarak tiga koridor dari tempatnya berdiri sekarang.
Seperti biasa, sebelum kembali ke kamar, Erestor selalu menyempatkan diri pergi ke dapur untuk membuat teh untuk meredakan pusing dan rasa lelah yang selalu dirasakannya sehabis bekerja. Untuk seorang Peri, sakit seperti itu sangat tidak mungkin terjadi kecuali karena racun atau luka yang cukup parah. Bahkan Erestor sendiri heran mengapa ia bisa sampai merasa demikian. Elrond pernah berkata kepadanya bahwa pusing yag dialaminya itu karena kebanyakan bekerja, tapi Erestor tetap ngotot bahwa itu hanya pusing biasa meski sebetulnya ia heran juga.
"Lord Erestor." Kaget, Peri yang hanya Valar yang tahu berapa usianya itu menoleh dan mendapati seorang Prajurit muda yang sepertinya baru kembali dari luar itu tersenyum kepadanya. "Apa yang anda lakukan malam – malam begini?" Tanyanya hangat. Tapi pandangan Erestor menatap lurus pada tangan serta baju Peri laki – laki di depannya yang penuh dengan darah. "Apapun itu bukan urusanmu." Jawab Erestor sinis dan dengan dingin ia bertanya pada Peri itu. "Kenapa tangan dan pakaianmu penuh darah? Aku yakin petugas Patroli yang terakhir kembali sudah sekitar dua jam lalu dan dipimpin oleh Kapten Glorfindel sendiri dalam keadaan sangat baik."
Tidak memberikan kesempatan bicara bagi Peri yang ada di depannya itu, Erestor berbicara kembali dengan nada lebih dingin dari sebelumnya. "Ada alasan yang jelas? Karena aku harus menjaga keamanan di House of Elrond ini bagaimanapun juga." Erestor dapat bersumpah jika ia melihat Peri yang berdiri hanya sekitar satu meter di depannya itu menyerigai sedikit sebelum terbatuk pelan untuk menutupi serigainya sendiri. "Saya kira saya memiliki alasan yang cukup jelas, Lord Erestor." Jawabnya dengan nada aneh yang membuat Erestor makin menaikan penjagaan terhadap dirinya sendiri. "Saya harus segera pergi ke tempat salah satu teman saya untuk mengambil folder penting, Lord Erestor."
Erestor tersenyum sinis sambil sedikit mengangkat alisnya, ia sama sekali tidak percaya dengan jawaban Peri yang berdiri di depannya itu karena Peri berambut coklat kayu itu sama sekali tidak menatap matanya, melainkan hanya berpura – pura menatap mata hitamnya. "Begitukah? Lalu mengapa bajumu basah kuyup seperti dari tempat jauh begitu? Sewaktu Glorfindel ke ruanganku, bajunya belum begitu basah, terlebih kau sehabis dari tempat temanmu. Kau tidak akan beralasan tidak memakai tudung jubahmu, kan? Lagipula coba tunjukan folder penting apa yang temanmu berikan itu." Kata Erestor yang sama sekali tidak memberikan celah sedikitpun bagi Ellon muda yang entah kenapa rasanya semakin dekat dengannya.
Kali ini Peri berambut coklat kayu dan bermata hijau itu menyerigai secara terang – terangan dan menatap matanya seperti hendak menantang Chief Advisor itu. "Oh, kau memang memiliki insting tajam, Erestor." Katanya tajam yang membuat Erestor menyiagakan seluruh sense-nya. "Tapi... Apa kau memiliki insting yang cukup tajam untuk yang satu ini?" Dengan tiba – tiba, Peri aneh itu mengeuarkan belati dari balik jubahnya. Jika Erestor tidak pernah berlatih bersama Glorfindel di dekat Bruinen, mungkin matanya sudah tercongkel sekarang. Tapi untungnya, belati itu hanya menggores pipi kirinya sedikit.
"Hmph.. Kau memang penuh kejutan, Tuanku." Kata penyerangnya yang langsung menusuk secara brutal ke arahnya yang dengan sigap menunduk dan menghindar ke arah lain. Kertas serta barang – barang pentingnya sudah berserakan di lantai dan Erestor mengutuk kebodohan dirinya karena lupa mengambil belati miliknya yang selalu ia simpan di balik pakaian atau terkadang sepatu bootnya. Erestor melayangkan sebuah pukulan tidak terduga ke pipi kanan lawannya itu yang akhirnya terjengkang sedikit kebelakang.
Memanfaatkan kesempatan itu, Erestor mencoba keluar dari pertarungan untuk pergi ke tempat siapapun yang terdekat karena berteriak tidak menjadi pilihannya. Baru sempat ia berputar, dari belakang kakinya di sandung dan membuatnya jatuh terjerembab sebelum akhirnya siapapun nama Peri itu sudah berdiri di atasnya dengan pedang yang diacungkan ke lehernya. Dengan tertawa pelan dan dalam, Peri itu menunjukan serigainya. "Cukup bagus untuk Peri sepertimu, Erestor. Tetapi pukulan itu tidak dapat membuatku jatuh."
"Oh ya? Kalau begitu bagaimana dengan yang INI?!" Erestor melakukan senjata makan tuan kepada Peri itu dengan menendang kaki Peri itu hingga terjengkang kedepan. Geram, Peri yang merasa seharusnya Chief Advisor itu sudah berhasil dilumpuhkan olehnya sejak tadi melemparkan pisau yang dilumuri racun dengan kerja lambat ke arah lengan Erestor yang kaget karena sempat off-guard. Tidak membuang kesempatan emasnya, Peri yang di tugasi oleh orang tidak dikenal itu menutup mulut dan hidung Erestor dengan kain yang diberi cairan aneh.
Erestor meronta dan memukul bahkan menginjak kaki musuhny itu berulang kali, namun nihil, tak satupun usahanya yang berhasil, disamping itu efek cairan di kain yang ada di wajahnya itu membuat Chief Advisor itu lemas dan sebelum pada akhirnya jatuh tidak sadarkan diri ke lantai. Melihat 'mangsanya' pingsan, Peri itu menyerigai dan memanggil teman – temannya yang lan untuk segera membawa Chief Advisor itu ke tempat pertemuan. Dengan menoleh sedikit kebelakang, Peri Pelarian itu mengejar teman – temannya yang sudah ada di depan.
Sepertinya ceritanya cukup sekian untuk sekarang, akan saya usahakan mengupload chapter selanjutnya. Segala kritik dan saran diterima. :3 Review ditunggu! :3
