Alkohol
Oleh: Jogag Busang
Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki
Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini
.
.
"Kamu akan selalu menjadi alkohol bagiku."
.
.
Seijuurou benci setengah mati dengan keluarganya. Dia selalu saja berdebat dengan ayahnya yang super galak itu; pria paruh baya bertampang seram, dengan jas hitam yang rapi jali dan sepatu berkulit licin. Berdiskusi tentang dengan siapa saja Seijuurou berteman, jam belajar Seijuurou yang harus disiplin, jadwal les yang harus dipatuhi, menyuruh dan melarang Seijuurou untuk melakukan ini itu; Seijuurou sudah muak dengan semuanya.
Sebagai akibatnya, Seijuurou nyaris terlambat tiba di sekolah. Untung saja dia bertemu dengan Kuroko, yang dengan senang hati memberi tumpangan (dengan syarat Seijuurou yang menyetir sepeda motor).
Sampai di sekolah, suasana hati Seijuurou tidak membaik. Bahkan kehadiran Kuroko dia rasa cukup mengganggu. Seijuurou belum sanggup berkata-kata manis di depan Kuroko. Tidak—ketika hatinya sendiri sedang dirundung maslaah.
"Kamu hari ini kenapa, sih, Seijuurou-kun?"
Seijuurou tersentak dari lamunannya yang melayang pada pertengkaran tadi pagi. "Aku baik-baik saja, Kuroko," Seijuurou membalas dengan masam.
"Kamu jelas tidak baik-baik saja. Kamu bukan tipe laki-laki yang pintar berbohong, Seijuurou-kun."
Seijuurou hanya diam, enggan menjawab atau mendebat. Dia hanya memain-mainkan makanan dengan sendok.
"Ada masalah apa? Tidak biasanya kamu ke sekolah dengan tampang lesu. Bahkan tadi, sewaktu pelajaran Kimia kesukaanmu, kamu tidak mendengarkan."
"Darimana kamu tahu aku tidak mendengarkan pelajaran?"
"Kan sudah kubilang, kamu itu tipe lelaki yang tidak bisa berbohong. Aku bisa menebak dengan mudah," Kuroko tersenyum ceria. "Sekarang, ceritakan kepadaku tentang masalahmu. Aku ini kekasihmu, kan? Siapa tahu aku bisa membantu."
Mula-mula Seijuurou ragu-ragu, tetapi akhirnya dia bercerita tentang pertengkarannya dengan ayahnya.
"Pantas saja kamu akhir-akhir ini jarang tersenyum, Seijuurou. Kamu tahu? Kadang-kadang, kalau otakku tidak waras, aku merindukan gombalanmu konyolmu."
Seijuurou hanya menghela napas. "Lalu? Apa yang harus aku lakukan, Kuroko? Aku tidak mau dikekang. Aku ini bukan robot."
"Aku tahu, Seijuurou-kun. Pasti berat rasanya mempunyai orang tua yang seperti ayahmu itu. Tapi aku yakin, ayahmu pasti melakukan itu semua semata-mata untuk masa depanmu sendiri. Apa kamu membenci ayahmu?"
"Sering sekali," Seijuurou mengaku. "Dunia sungguh tidak adil."
"Membenci orang tua itu tidak boleh, tetapi kita juga tidak bisa hidup hanya diatur-atur oleh orang lain. Orang hidup itu harus bisa menentukan sendiri bagaimana jalan hidupnya. Tapi dalam situasimu, mungkin memang tidak banyak yang bisa kamu lakukan. Aku tidak menyarankamu untuk memberontak, itu adalah tingkah laku yang kekanak-kanakan. Sekarang, coba renungkan saja, berapa banyak anak di dunia ini yang tidak mempunyai orang tua? Berapa banyak anak yang punya orang tua tetapi tidak diperhatikan dan tidak diberi kasih sayang? Atau, berapa banyak anak yang ingin sekali menempuh pendidikan tinggi tapi tidak memiliki biaya? Pasti banyak sekali, Seijuurou-kun.
"Menurutku, malah kebalikan dari ucapanmu, hidup itu sungguh adil. Tanggung jawab orang berada pasti lebih besar daripada orang melarat. Tanggung jawab orang pintar pasti lebih banyak daripada orang bodoh. Jadi, syukuri saja kehidupanmu ini. Nikmati saja seperti kamu bernapas. Pada saatnya nanti, kamu akan mengerti kenapa kamu ditimpa masalah seperti ini.
"Saranku, sebaiknya kamu bilang kepada ayahmu tentang apa yang kamu inginkan, diskusikan secara baik-baik, agar tidak terjadi pertengkaran lagi. Aku memang tidak bisa berbuat apa-apa untukmu, Seijuurou-kun. Tapi, demi apa pun, aku akan selalu ada untukmu. Jika kamu butuh tempat curhat, jangan malu-malu. Datang dan ceritakan kepadaku, Seijuurou-kun."
Hati Seijuurou bergetar mendengar penjelasan dari Kuroko.
"Kuroko…" Seijuurou bahkan sampai tidak bisa berkata-kata. Perasaannya kini menjadi lebih baik.
"Terima kasih, Kuroko. Kamu akan selalu menjadi alkohol bagiku."
"Ha? Alkohol? Seijuurou, kamu… baik-baik saja?" Kuroko mendadak khawatir.
"Aku baik-baik saja."
"Lalu, apa maksudmu dengan alkohol tadi?"
"Apakah kamu tidak ingat? Dalam Kimia, rumus umum alkohol memiliki akhiran OH, artinya hidroksida. Tapi untukmu, OH berarti obat hati. Jadi…"
"Kamu akan selalu menjadi obat hati bagiku?" Kuroko mencoba menebak.
"Kuroko, aku tidak menyangka jika kamu juga pintar menggombal," tawa renyah Seijuurou meledak.
"Dasar," sahut Kuroko, tapi dia juga ikut tertawa.
[The End]
