Pria mungil bersurai kuning berdiri di depan Jenderal Zackley. Diletakkannya tangan kanan di dada, dan tangan kiri di belakang punggung, gerakan hormat pada Sang Jenderal.
"Saya, Prajurit Scout Legion, Armin Arlert, akan melaporkan misi kami yang ke-60 diluar dinding Maria."
Tangannya membuka selembar kertas yang tergulung. Laporan tentang misi terakhir Scout Legion pun dibacakan dengan lantang. Tak ada keraguan sedikit pun dari Prajurit Junior angkatan ke-104 yang cakap ini dalam menyampaikan laporannya.
"Dan nama-nama prajurit yang telah gugur adalah sebagai berikut."
"Glenn Hunter."
"Marianne van Copper."
"Dmitri Ivanovska."
"Fanny von Schwald"
"Kristoff Weiner."
"Illona Helena."
Sekonyong-konyong ia berhenti. Suara lantangnya kini tercekat sebelum membacakan nama terakhir. Armin menarik nafas pendek, dan nama terakhir itu ia sebutkan dengan gemetar.
"Mikasa Ackerman. Mereka telah gugur dalam menjalankan kewajiban mereka terhadap Negara. Laporan selesai."
Kein Bedauern (No Regret)
SHINGEKI NO KYOJIN by ISAYAMA HAJIME
BLEACH by KUBO TITE
Fanfiction by me
Gadis itu terbangun dari tidur panjangnya karena sebuah keributan. Pandangannya buram, terhalang oleh kekacauan yang terjadi di sekitarnya. Ia berusaha bangkit, namun segera terduduk karena sebuah rasa sakit di kepala.
Apa yang terjadi? Aku… aku sama sekali tidak ingat apapun sebelum ini, batin gadis itu.
Ia menoleh ke sekelilingnya. Mengapa banyak sekali orang-orang disini? Bukankah… ini di luar dinding? Ah, iya. Ia ingat, hal yang terakhir ia lakukan adalah melakukan misi bersama teman-temannya. Sekarang, dimana ia? Ia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Mana teman-temannya? Kenapa tak ada seorang pun yang berseragam sama sepertinya? Apa mereka meninggalkannya karena menganggapnya mati?
Mati…?
"Taichou, taichou! Apa yang Anda lakukan disini?" Seorang lelaki berkumis dengan pakaian yang asing mendekatinya dan menepuk bahunya. Mikasa terkejut, ia pun membalikkan badan menghadap dua orang yang memperhatikannya dengan teliti.
Kedua orang itu terbelalak melihatnya. Wanita berambut cokelat itu mendekat pada lelaki di sampingnya. "Sentarou, Itu bukan taichou..." bisik perempuan mungil di belakangnya, namun Mikasa cukup yakin itulah yang dikatakan wanita itu.
"Ah, sumimasen… aku mengira kau adalah Kuchiki-taichou, maafkan kami!" Pria dan wanita itu pun membungkuk dan segera membalik. Tetapi sebelum itu, Mikasa menahan tangan lelaki berkumis di hadapannya.
"Bisa tolong jelaskan, kenapa kalian ada disini? Sangat berbahaya kalau kalian di luar dinding tanpa peralatan 3D Maneuver Gear. Apa kalian juga tentara?"
Sentarou sedikit terkejut dengan pertanyaan Mikasa yang tiba-tiba. Kiyone memandang Sentarou dan Mikasa bergantian.
"Maaf, tapi kami tidak mengerti maksudmu," jawab Sentarou.
"Maksudku – "
"Oi, oi… bukankah aku menyuruh kalian untuk mengecek keadaan, lalu melapor padaku."
"Kuchiki-taichou!"
Mikasa mengikuti arah pandangan dua orang di depannya. Dua orang itu memanggil taichou pada seorang wanita mungil berpakaian serba hitam, dengan pedang di tangannya. Rambut hitam, mata besar, dan poni menyilang… mirip sekali dengannya. Sang Taichou pun memberikan pandangan yang sama terkejutnya.
Dengan langkah gontai, ia mendekati Mikasa yang terpaku dan membisu. Ia sedikit membungkuk dan meneliti wajah orang yang sedang di depannya. Mustahil, wanita ini bagai cermin dari dirinya. Dengan poni yang menyilang dan arah yang berkebalikan. Apa maksudnya ini?
"Kau, adalah jiwa yang telah mati, 'kan?" tanya wanita ini pada Mikasa. Mikasa terkejut. Ia memberikan pandangan tajam pada orang di depannya.
"Apa maksudnya ini? Aku… aku sedang menjalankan misi bersama prajurit lain, tetapi mereka tidak ada dan.."
Sekelebat ingatan muncul di benaknya. Eren, dikepung Titan, lalu ia tak ingat lagi. Surai hitam jatuh dibahunya, tangannya meremas kepalanya kasar. Kenapa? Apa yang telah terjadi?
"Taichou! Seekor Menos Grande telah muncul!"
Perempuan yang dipanggil taichou itu mendecak kesal. "Sial. Hollow di daerah ini sangat mengerikan. Kiyone, Sentarou, cepat bersiap!" titah Rukia. Kedua bawahannya dengan gesit mengikuti Rukia di belakangnya, meninggalkan Mikasa yang termenung. Ia masih mencoba mencerna keadaan yang membingungkan di sekitarnya. Namun tiba-tiba cahaya di sekitarnya menghilang, dan ia telah dibawah bayangan sebuah raksasa 6 meter yang ada di hadapannya. Titan?!
Ia berusaha meraih pisau di pinggangnya. Tunggu, kemana peralatanku? Batin Mikasa. Keadaan sangat kacau dan dia harus kehilangan peralatan manuvernya sekarang? Yang benar saja! Mikasa mencoba berpikir. Bagaimanapun, dia adalah Prajurit Kemanusiaan Terkuat kedua. Ia tak boleh menyerah begitu saja.
"Ck, akan sulit melawannya," umpat Mikasa.
Sebuah ide melintas saat pedang yang dipegang dua orang yang tewas, tertangkap penglihatannya. Hanya itu yang ada, dan ia tak punya banyak waktu. Ia pun bergegas mengambil pedang itu dan naik ke bangunan-bangunan yang tinggi. Ia harus membunuh semua titan yang ada di dunia ini, seperti apa kata Eren. Ia harus membasmi Titan. Setiap titan di dunia ini, tak ada satu pun yang tersisa! Ia tak boleh menyerah. Ia melompat dari sebuah menara, dan hampir mengenai raksasa di depannya sampai ia sadar bahwa… Titan ini tidak memiliki tengkuk?
Mikasa tercengang. Bagaimana… mungkin?
"BRAKKK!" Raksasa itu menghempaskan tubuhnya hingga punggungnya membentur bangunan di dekat situ. Mikasa terbaring tak berdaya. Titan itu menghampirinya, dan meraih Mikasa di tangannya yang besar. Tidak... Inilah akhir hidupnya.
CRASH!
Tubuhnya menghantam tanah, dan saat matanya terbuka, ia melihat punggung seorang wanita mungil. Itu seperti orang tadi. Mereka menyebutnya...
"Taichou?"
"Kuso yaro. Makhluk sepertimu sebaiknya pergi ke neraka saja!"
Ia melompat tinggi, dan mengacungkan pedangnya ke depan monster itu.
"Menarilah, Sode no Shirayuki!"
Untuk sesaat dunia seperti dikelilingi cahaya yang menyilaukan. Wanita itu – sang taichou, membelah raksasa itu menjadi dua bagian dengan pedangnya. Onyx Mikasa terpaku dengan pemandangan di depannya. Ia pun menoleh pada sang taichou yang telah mendarat dengan mulus.
Matanya memandang siluet wanita itu. Haori putihnya berkibar-kibar dengan latar mentari senja yang hangat. Sang taichou berbalik, dengan alis mengerut padanya.
"Bodoh! Kau mau dia memakanmu dan membawamu ke neraka, hah?!"
Part 1 – END –
Hai semua! Udah lama saya ga balik-balik ffn. Tiga tahun lamanya, dan sekarang saya balik lagi dengan fanfic baru dan fandom baru xD dan ini dia crossover bleach x AOT pertama saya. Enjoy ya~
Cerita ini fokus sama mikasa dan rukia. Dua karakter favorit saya, sama2 prajurit badass, rambut pendek dan poni menyilang. Cuma, tingginya doang jauh TvT. Dan hari ini chapter 685 dari bleach udah rilis, dan Rukia sudah resmi jadi taichou! *prokprok*. Kebetulan banget bikin cerita dia jadi taichou, jadi langsung dirilis deh wkwk. Dan cerita ini bakal fokus sama kisah mikasa. Apa yang terjadi sama dia? Rukia yang akan bantu mikasa menelusuri apa yang udah terjadi.
