SCENES FROM A MEMORY

Mohon Dibaca Dulu !

Cerita ini terinspirasi penuh dari Album band Progressive Metal favorit saya Dream Theater, dan albumnya berjudul sama dengan fanfiction ini yaitu Metropolis part II : Scenes from a Memory (1992), sub judul-judul cerita juga saya ambil dari judul-judul lagu DT yang ada di album tersebut. Alur cerita sama namun ada yang saya ubah sedikit supaya cerita lebih nyambung. Sub judul urut dari track 1 sampai dengan track 12, karena di album tersebut lagu saling sambung menyambung. Saya minta maaf juga kalau penyampaiannya jelek hehe saya masih belajar.

Masa Kini :

Park Yoochun (Nicholas)
(Ahli Hipnoterapi)
Kim Junsu
Lelaki tua

Masa Lalu (1928) :

Kim Jaejoong (Victoria Page, Metropolis/Love)
Jung Changmin (Julian Baynes, The Sleeper)
Jung Yunho (Sen Edward Baynes, The Miracle)

NB : Dan saya minta maaf juga untuk part 7 saya ganti menjadi Through His Eyes sama lirik lagu aslinya juga saya ganti jadi 'his' , aslinya adalah Through Her Eyes. Karena disini ceritanya adalah BoyxBoy, sedangkan di aslinya adalah straight , saya minta maaf ya om John Petrucci.

Karena saya tidak tahu seperti apa Korea pada tahun 1928, jadi saya sedikit mengawur tentang kendaraan & lain-lain. Saya terinspirasi dari film Sherlock Holmes dan gambar-gambar di google tentang Amerika di tahun 1928 XD

Ceritanya rodok mbingungi, jadi diharapkan mbacanya pelan-pelan XD


Regression

"Tutup mata anda dan mulailah untuk rileks."

"Ambil nafas dalam, dan keluarkanlah secara perlahan."

"Konsentrasilah pada nafas anda. Dengan setiap hembusan nafas, anda akan merasa lebih rileks."

"Bayangkan sebuah cahaya di depan anda."

"Fokuslah pada cahaya tersebut."

"Biarkan diri Anda untuk tertidur ketika anda jatuh lebih dalam dan lebih dalam ke keadaan pikiran yang lebih rileks."

"Sekarang, ketika saya menghitung mundur dari sepuluh ke satu, anda akan merasa lebih rileks dan damai."

"Sepuluh…"

"Sembilan…"

"Delapan…"

"Tujuh…"

"Enam…"

"Anda akan memasuki sebuah tempat yang aman, dimana tidak ada orang yang melarang anda. "

"Lima…"

"Empat…"

"Tiga…"

"Dua…"

"Jika anda ingin kembali, yang harus anda lakukan hanyalah membuka mata anda."

"Satu…"


Overture 1928

Aku membayangkan seberkas cahaya di depan mataku, aku mulai focus pada cahaya itu seperti yang dikatakan oleh seorang Hypnotherapist yang aku datangi. Aku mulai merasa rileks dan damai..

Lama kelamaan aku merasa aneh pada tubuhku, aku serasa dibawa ke suatu tempat. Tempat ini tidak asing bagiku.

Aku melihat di depanku terdapat sebuah rumah bercat putih. Rumah ini tidak asing bagiku, ya, tidak salah lagi.. rumah ini sama persis seperti yang ada di mimpiku waktu itu.

Aku melihat ke sekeliling. Di sebelah kanan ku, tidak jauh dari sana terdapat ayunan yang tampaknya sudah berkarat. Dan di sebelah kiriku tidak jauh disitu berdiri sebuah kotak pos berwarna putih yang nampaknya juga sudah berkarat. Suasana disini sangat sepi, di sekelilingku tidak ada orang sama sekali. Aku bingung, sebenarnya aku dimana ?

Aku mulai berjalan maju menuju tangga di depan rumah itu yang menghubungkan teras rumah dan pintu masuk. Aku melihat sebuah tulisan yang sepertinya alamat rumah itu. Perumahan Pyeongchang-dong Art District no : 52.

"Aku tahu tempat ini" gumamku pelan.

Aku sedikit gemetar sekarang, dan jantungku berdetak sangat cepat. Aku memberanikan diri untuk memasukki rumah itu. Aku memegang gagang pintu dengan hati-hati, memutarnya kemudian membukanya secara perlahan.

Cklek.. krieeett

Pintu itu sedikit berdecit ketika aku membukanya. Aku melihat sekeliling, dan melangkah maju untuk memasuki rumah itu. Ruang tamu nya sungguh luas, perabotan-perabotannya antik dan bergaya barat klasik, hampir sama seperti rumah Sherlock Holmes di film Sherlock Holmes yang aku tonton seminggu yang lalu.

"Halo, apakah ada orang dirumah ini ?" Aku sedikit berteriak, memanggil tuan rumah disini. Namun hasilnya nihil, dirumah ini tidak ada siapa-siapa. Seperti tidak ada kehidupan.

'Dimana dia ? apakah dia tidak ada disini ?' batinku

Aku memberanikan diri untuk melangkah maju, masuk lebih dalam. Di pojok ruangan sebelah kiri, dekat dapur ada sebuah tangga. Aku berjalan pelan menuju tangga itu, aku sedikit mendongak ke atas melihat ke arah lantai dua. Aku penasaran, lalu berjalan menaiki tangga. Aku berjalan-jalan sebentar di lantai 2 rumah ini, kemudian aku melihat ada 2 pintu. Entah keberanian darimana aku membuka salah satu dari pintu tersebut.

Di ruangan itu terdapat sebuah tempat tidur besar ukuran queen size. Aku sedikit terkejut, ruangan ini, kamar ini, sama persis seperti yang ada dalam mimpiku waktu itu.

Aku memberanikan diri memasukki ruangan ini.

'Kenapa ruangan ini tidak terlihat sama ?' batinku heran.

Di depanku kini terdapat sebuah cermin besar. Aku tidak melihat bayanganku sendiri, namun aku melihat orang lain di cermin itu, seorang lelaki yang cantik berambut hitam legam, kulitnya seputih susu, berbibir merah.. lelaki itu memakai jas berwarna putih, sangat cantik. Lelaki itu sama seperti yang ada dalam mimpiku kemarin. Ini sungguh tidak masuk akal, tapi anehnya sekarang aku tidak merasa takut sama sekali.

"Yoochun-ah, apakah kau ingat padaku ?" Tanya lelaki itu dengan suara merdunya.

Tubuhku sedikit gemetar, aku masih melihat cermin, aku masih melihat lelaki itu. Aku ingin menjawab tapi entah kenapa aku tidak bisa. Bibirku kelu, tidak bisa digerakkan.

"Aku Kim Jaejoong, apakah kau ingat ?" Lelaki itu bertanya lagi.

Aku masih terdiam, aku terlalu shock saat ini. Aku bertemu dengannya lagi, orang yang sama. Sama seperti yang di mimpiku waktu itu. Aku masih melihatnya, melihat matanya yang indah. Dia juga sama, melihatku. Perlahan, tangan lelaki itu terulur seperti ingin menyentuhku. Sungguh, saat ini aku tidak dapat bergerak sama sekali. Aku sedikit terkejut, tangan Jaejoong keluar dari cermin itu, hendak menyentuhku, menyentuh pipiku.

Semakin lama tangannya semakin dekat kepadaku.

Semakin mendekat…

Dan…

"aaahh.."

Aku terbangun, aku mendapati diriku tengah tertidur di sofa. Aku ingat, aku pergi ke seorang Hypnoterapist dan memintanya untuk menghipnotisku. Perlahan aku mendudukan diriku, dan melihat ke arah Hypnotherapist itu.

"Bagaimana Tuan Park ? Apakah anda bertemu dengannya ?" Tanyanya padaku.

Ah ya, aku mengerti. Aku sempat bercerita padanya tentang mimpiku yang aneh itu, mimpi yang terasa sangat nyata.

"Ngh.. tentu saja , saya sudah bertemu dengannya. Saya sudah mendapat sedikit petunjuk." Jawabku pada , Hypnotherapist itu.

Mr. Kang hanya tersenyum mendengar jawabanku.

"Besok, aku akan mengunjungimu lagi " kataku padanya.

"Tentu Tuan Park" jawab padaku disertai dengan senyumnya.


Strange De Javu

2 hari sebelumnya

"AAAARRRGGHH"

"Hosh..hosh..hosh.."

Aku terbangun dari tidurku. Aku mendapat sebuah mimpi yang aneh. Aku melihat ke sekelilingku, ternyata aku masih berada di apartemenku. Tubuhku berkeringat hebat. Nafasku memburu.

Yoochun berada di sebuah ruangan yang berantakan dan penuh dengan darah.

"Dimana aku ? Kenapa aku bisa berada disini ?" Tanya Yoochun entah kepada siapa.

Tangan dan kaki Yoochun gemetar, detak jantungnya cepat tidak karuan. Yoochun ketakutan sekarang. Yoochun melihat ke sekeliling ruangan tersebut, benar-benar berantakan. Sprei kasur yang acak-acak, lukisan yang jatuh di lantai, kemudian guci dan figura foto yang pecah, dan jangan lupakan bercak darah dimana-mana.

Yoochun ketakutan setengah mati. Ia ingin keluar dari sini, cepat-cepat ia meraih gagang pintu mencoba membuka dan lari dari sini, namun pintu itu terkunci. Yoochun semakin panik, keringat terus bercucuran dari dahinya. Kedua matanya terpejam rapat, menandakan ia sedang ketakutan sekarang.

Tiba-tiba ada seseorang yang memegang pundak Yoochun. Yoochun yang sedang ketakutan sangat terkejut, kemudian menengok ke belakangnya dan menemukan seorang lelaki berdiri di depannya.

Lelaki itu memakai jas putih, rambutnya hitam legam sebahu, bibirnya semerah cherry, hidungnya mancung, dan kulitnya seputih susu. Sungguh perpaduan yang indah.

Yoochun terdiam memandangi lelaki cantik yang berada di depannya. Entah kenapa rasa takutnya menguap entah kemana. Yoochun merasa pernah bertemu dengan lelaki ini tapi entah dimana dan kapan. Dan semua ini tidak terasa asing bagi Yoochun. Ia merasa De Javu. Sungguh tidak masuk akal.

"Park Yoochun" ucap lelaki cantik itu dengan suara merdunya.

"N-ne" Jawab Yoochun tergagap, masih merasa terkejut dengan semua ini.

"Kau tidak ingin bertanya mengapa aku disini, Yoochun-ah ?" Tanya lelaki cantik itu lagi.

"…." Park Yoochun hanya bisa terdiam, tidak mampu menjawab pertanyaan lelaki cantik di depannya.

"Namaku Kim Jaejoong"

"Aku adalah kau, Yoochun-ah" Kata lelaki cantik tersebut.

Yoochun masih terkejut dengan pernyataan Jaejoong. Apa maksudnya ? Apa maksud pernyataannya ? Sekelebat pertanyaan muncul di kepala Yoochun.

"Yoochun-ah, apa kau tahu ?" Jaejoong berbicara lirih kemudian menatap mata Yoochun dengan pandangan penuh kemantapan.

"Disini adalah tempat pembunuhan, orang itu sungguh malang.. orang itu dibunuh oleh tunangannya sendiri, karena ketahuan berselingkuh dengan adiknya" Jaejoong mulai bercerita panjang lebar.

Yoochun membulatkan matanya mendengar cerita Jaejoong, tempat ini ? Pembunuhan ?

"Be-benarkah ?" Tanya Yoochun tergagap, rasa takut kembali menghampiri Yoochun. Walaupun Yoochun adalah seorang namja yang maskulin, tapi sebenarnya ia adalah seorang yang penakut.

"Tentu saja benar Yoochun-ah. Mmhh apa kau tidak berniat untuk pindah dari sini ? tempat ini sungguh menakutkan, ayo kita pindah ke taman belakang saja" ajak Jaejoong seraya mengulurkan tangan ke arah Yoochun.

"Ba-baiklah" jawab Yoochun sembari membalas uluran tangan Jaejoong, kemudian memegangnya erat.

"Tutup matamu Yoochun-ah" Kata Jaejoong.

Yoochun pun menurutinya, ia memejam erat kedua matanya. Ketika ia membuka matanya. ia sudah terduduk dan berada di sebuah taman belakang rumah tadi. Yoochun sedikit bingung, ia merasakan hal yang kini dilaluinya aneh, ia sadar jika ini hanyalah mimpi. Tapi entah kenapa ini terasa nyata.

"Yoochun-ah" panggil Jaejoong yang kini berada di sebelahnya

".." Yoochun tidak menjawab, ia hanya memandang Jaejoong bingung.

"Yoochun-ah, aku ingin mengatakan sesuatu hal padamu.." Kata Jaejoong sembari menggenggam tangan Yoochun erat.

"Apa itu ?" Tanya Yoochun penasaran.

"Sebenarnya, orang yang terbunuh didalam sana adalah aku.. aku adalah masalalumu Yoochun-ah, kau adalah bagian dari diriku.." Jawab Jaejoong panjang lebar.

"A-apa maksudmu?" Tanya Yoochun bingung, kini wajah Yoochun mulai pucat.

"Kau adalah... reinkarnasi dari diriku" Jawab Jaejoong, kekhawatiran terlihat jelas dari wajah cantiknya.

Yoochun terkejut bukan main. Ia tidak menyangka jika Jaejoong akan berkata seperti itu.

"MWO?!" Kata Yoochun terkejut. Keringat mulai keluar dari pelipisnya. Ia mulai takut dengan sosok disebelahnya. Sosok yang sebenarnya telah mati dibunuh di ruangan yang tadi sempat Yoochun datangi.

Reflek, Yoochun langsung melepaskan paksa tangannya yang digenggam erat oleh Jaejoong.

"Mianhae Yoochun-ah" Kata Jaejoong lirih, pandangannya tertuju pada tangannya yang Yoochun lepaskan secara paksa. Jaejoong tahu, Yoochun pasti ketakutan sekarang.

Jaejoong memandang Yoochun yang panik, kemudian dengan cepat, Jaejoong mendorong Yoochun hingga jatuh kebelakang.

"AAAAARRGGHH!"

.

.

"hanya mimpi…"


Through My Words

Sejak saat itu Yoochun tidak bisa berhenti memikirkan Jaejoong, benarkah Jaejoong adalah masalalunya ? benarkah dirinya adalah reinkarnasi dari Jaejoong ? Sekelumit pertanyaan muncul dalam kepalanya, membuat kepalanya pusing.

Di kantor pun sama. Yoochun tidak bisa konsentrasi terhadap pekerjaannya, masih gara-gara alasan yang sama. Jaejoong.

"hyung, apakah kau sakit ?" Tanya Junsu, teman kerja Yoochun.

Yoochun yang sedaritadi melamun, terkejut ketika Junsu bertanya padanya.

"Ah, anni.. aku hanya sedang memikirkan sesuatu" jawab Yoochun seadanya.

"Memikirkan apa hyung ? Kalau kau mau, kau bisa bercerita padaku, Hyung. Mungkin aku bisa memberikan solusi untukmu." Kata Junsu.

"Sepertinya tidak buruk bercerita denganmu Junsu-ya" Jawab Yoochun.

"Tentu hyung!" Kata Junsu disertai dengan senyumnya yang imut.

Yoochun mulai menceritakan mimpinya pada Junsu, mulai dari dia terjebak di ruangan yang seram sampai dia bertemu dengan Jaejoong dan pengakuan Jaejoong tentang dirinya. Junsu sangat antusias mendengarkan cerita Yoochun, karena menurutnya, ini seperti cerita film Misteri yang sering ia tonton.

"Kau percaya bahwa dia adalah masalalumu, Hyung?" Tanya Junsu penasaran.

"Aku sedikit tidak percaya Junsu-ya, tapi dari pandangan matanya, sepertinya ia tidak bohong. Dan lagi, mimpi ini aneh sekali, aku merasa dejavu Junsu-ya, aku seperti sudah pernah melihat rumah itu, aku seperti sudah pernah mengelilingi taman itu. Aneh kan ?" Jelas Yoochun panjang lebar.

"Astaga, aneh sekali mimpimu, Hyung. Kusarankan kau segera ke Hypnotherapist. Mungkin bisa terjawab Hyung" Kata Junsu member solusi.

"Jinjja? Benarkah?" Tanya Yoochun.

"Mungkin saja, apa salahnya mencoba, Hyung ?" jawab Junsu sekenanya kemudian menepuk pundak Yoochun pelan.

=0=

Sejak mimpi itu. Tidur Yoochun selalu tidak nyenyak. Bahkan ia sering merasa mendengar suara tangisan orang. Dan anehnya, suaranya mirip dengan suara Jaejoong. Ia masih hafal betul muka dan suara Jaejoong.

"Sebenarnya, orang yang terbunuh didalam sana adalah aku.. aku adalah masalalumu Yoochun-ah, kau adalah adalah bagian dari diriku.."

"Kau adalah... reinkarnasi dari diriku"

"Aishh ini membuatku gila !" ucap Yoochun frustrasi sembari mengacak acak rambutnya kasar.

End of flashback


Fatal Tragedy

Alone in night

I feel so strange

Sudah dua hari ini aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Setiap kali aku menutup mataku, mimpi itu datang lagi. Bayangan tentang Jaejoong terus-terusan berada di dalam pikiranku. Sebenarnya apa maksud dari semua ini ? Mengapa harus aku ? Aku sungguh bingung.

Aku terbangun, lagi. Masih pukul 02.00 pagi. Aku merasa aneh. Tadi, di mimpiku lagi-lagi aku melihat bayangan Jaejoong yang duduk termenung di depan cermin itu. Wajahnya terlihat bersih, namun terpancar kesedihan disana. Tatapan matanya kosong. Sebenarnya kenapa ? Apa yang terjadi padaku ? Kenapa kau selalu hadir di mimpi-mimpiku Jaejoong-ah ?

I need to find

All the answers to my dreams

When I sleep at night

I hear the cries, what does it means ?

Aku teringat waktu itu. Ketika pertama kali aku datang pada seorang Hypnotherapist, . Aku teringat sesuatu ketika aku mengunjungi rumah itu dibawah alam sadarku.

Perumahan Pyeongchang-dong Art District no : 52

Aku masih ingat betul alamat rumah itu. Segera aku mengambil jaket dan kunci mobilku. Aku akan memastikannya sendiri, apakah benar yang dikatakan Kim Jaejoong itu ?

Aku mulai melajukan mobilku dengan kecepatan penuh, aku sungguh penasaran dengan Kim Jaejoong itu. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam, mengingat lokasi apartemenku yang berada di kota dan tempat yang ku tuju berada di desa yang agak terpencil.

Saat ini aku sudah berada di Pyeongchang-dong, tapi aku sama sekali tidak menemukan rumah nomor : 52.

'Apakah rumah itu sudah tidak ada lagi ? Mungkin sudah digusur ya ?' batinku bingung.

Aku memutuskan untuk bertanya pada penduduk sekitar saja. Sepertinya dengan mencarinya seorang diri ini tidak akan berhasil.

"Nyonya, apakah nyonya tahu dimana rumah nomor 52 ?" tanyaku pada seorang Ahjumma yang terlihat sedang menyapu halaman rumahnya.

"Oohh rumah tua itu. Anda jalan saja ke sana, lalu kemudian belok ke kiri, disana ada rumah yang sudah sangat tua. Itu adalah rumah nomor 52" jelas wanita tersebut.

"Terimakasih banyak Nyonya" kataku sopan kepada wanita itu.

Ternyata rumah itu sungguh-sungguh ada. Sekarang aku berada di depan rumah itu. Rumah yang sama, rumah dimana aku bertemu dengan seorang Kim Jaejoong. Namun terlihat sedikit berbeda, rumah ini terlihat tidak terurus, kayu-kayunya sudah banyak berlubang dan terlihat rapuh, catnya yang putih kini sudah banyak lumut, banyak dedaunan berserakan di teras rumah, sedangkan langit-langitnya terlihat berdebu dan banyak sekali sarang laba-laba. Aku sedikit merinding, rumah ini tepat seperti yang ada di film-film Horror.

Aku keluar dari mobilku, melirik sebentar ke arloji yang kupakai di tangan kiriku. Sudah pukul 6 pagi. Aku rasa aku akan membolos kerja saja hari ini. Aku melihat sekelilingku, aku terkejut mendapati ada seorang lelaki tua yang sedang terduduk di bangku taman depan rumah tua itu. Setahuku tadi tidak ada orang sama sekali disitu. Aku memberanikan diri untuk bertanya pada orang tua itu.

"Permisi, paman" Kataku padanya. Lelaki tua itu masih terduduk diam, tidak merespon sapaanku.

"Permisi, paman" Sapaku sekali lagi. Aku berharap kali ini lelaki tua di depanku mau merespon sapaanku.

Lelaki tua yang aku sapa tadi mulai mendongakan kepalanya ke arahku.

"Oh, maaf. Pendengaranku sedikit terganggu. Ada perlu apa anak muda ?" jawab lelaki tua tersebut disertai senyum canggung.

"Maaf Paman, apakah Paman pemilik rumah ini ?" Tanyaku langsung.

"Ah bukan anak muda, saya bukan pemilik rumah ini. Pemilik rumah ini sudah meninggal hampir 70 tahun yang lalu." Jelas lelaki tua tersebut.

Aku pun duduk di sebelah Pria tua tersebut. Sungguh banyak sekali pertanyaan yang aku ingin tanyakan padanya. Pertanyaan yang aku tidak tahu jawabannya. Pertanyaan yang selama 3 hari belakangan ini membuatku sakit kepala.

"Apakah Paman bisa menceritakan mengenai pemilik rumah ini ? Maaf jika diriku lancang, tapi aku sungguh penasaran dengan rumah ini." Ujarku padanya.

Lelaki tua itu menoleh padaku kemudian tersenyum.

"Kau tertarik pada rumah ini, anak muda ?" Tanyanya padaku.

"Ah.. n-nde Paman, aku berencana akan membeli rumah ini" Jawabku berbohong. Aku tidak mungkin kan menceritakan alasanku tertarik pada rumah ini padanya.

"Apakah kau tidak tahu, bahwa ada seseorang yang terbunuh disini ?" Tanya lelaki tua itu padaku.

Aku terkejut dengan pertanyaan yang pria tua itu sampaikan padaku. Benarkah ? Apakah dia Kim Jaejoong yang aku temui di mimpi-mimpiku ? Argh sial, aku semakin penasaran.

"Ma-maksud Paman apa ? Benarkah itu ?" tanyaku penasaran.

"Iya anak muda, rumah ini tidak laku karena bekas tempat pembunuhan. Tragedi ini dibicarakan selama bertahun-tahun" jelas pria tua tersebut.

"Si-siapa pemilik rumah ini paman ?" Tanyaku lagi. Sungguh aku tidak bisa mengendalikan diriku dari rasa penasaran ini.

"Kalau tidak salah, namanya Kim Jaejoong. Di bunuh oleh adik kekasihnya sendiri. Kalau tidak salah tahun 1928."

"Mwo ?!" Sungguh, aku sangat terkejut. Ternyata benar, Kim Jaejoong. Jadi mimpi itu benar. Tapi… bagaimana bisa ?!

"Disini adalah tempat pembunuhan, orang itu sungguh malang.. orang itu dibunuh oleh tunangannya sendiri, karena ketahuan berselingkuh dengan adiknya"

Tiba-tiba aku teringat perkataan Jaejoong waktu itu. Waktu aku pertama kali bertemu dengannya di mimpiku. Disitu dia mengatakan bahwa dirinya dibunuh oleh tunangannya. Kenapa lelaki tua ini mengatakan bahwa Jaejoong dibunuh oleh adiknya ? ini sungguh aneh.

"Anak muda.." Panggil pria tua itu. Aku terlalu serius memikirkan Jaejoong hingga tidak sadar lelaki tua itu masih berada di sebelahku

"Ah.. maaf" Jawabku sembari tersenyum canggung.

"Kalau begitu saya permisi dulu anak muda.." Pamit pria tua tersebut.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Sungguh aku tidak niat berbicara saat ini mengingat aku masih terkejut menerima fakta ini.

Kini aku terduduk sendirian di bangku ini. Masih memikirkan perkataan pria tua tadi. Sungguh jawabannya berbeda dengan apa yang dikatakan Jaejoong di mimpiku.

Aku berjalan menuju ke mobilku. Aku ingin pulang sekarang, mengistirahatkan pikiranku dari fakta konyol ini.

Selama perjalanan pun aku masih terpikir.

"Kalau tidak salah, namanya Kim Jaejoong. Di bunuh oleh adik kekasihnya sendiri. Kalau tidak salah tahun 1928."

"Disini adalah tempat pembunuhan, orang itu sungguh malang.. orang itu dibunuh oleh tunangannya sendiri, karena ketahuan berselingkuh dengan adiknya"

Dua pernyataan yang berbeda.

"Aishh semua ini benar-benar membuatku pusing ! " Kataku frustasi.


Beyond This Life

Aku masih belum mengerti, kenapa aku bisa begitu tertarik kepada Kim Jaejoong ? Apakah karena kami berkaitan ? Sebenarnya apa yang ingin Jaejoong sampaikan padaku ? Apakah dia menginginkan aku untuk mengetahui sebuah kebenaran tentangnya ?

Aku mulai memasukki apartemenku. Pertanyaan pertanyaan itu masih berputar-putar di dalam kepalaku, membuatku pusing. Aku memasukki dapur dan mengambil segelas air putih kemudian meneguknya dengan cepat, berharap pusing ini sedikit hilang.

Kemudian aku merebahkan diri di kasur empukku. Sedikit memijat keningku dengan tangan kananku. Dan tanpa kusadari, mataku terpejam, dan aku terlelap dalam tidurku.

=0=

"Yoochun-ah" Panggil suara itu.

'Suara itu lagi, apakah itu Jaejoong?' batin Yoochun bingung.

"Yoochun-ah, ini aku.. Jaejoong, Kim Jaejoong" kata suara itu lembut.

Yoochun kini berada di alam bawah sadarnya. Yang ia lihat hanyalah hitam.. semuanya hitam. Hingga kemudian sosok laki-laki cantik itu muncul kembali di hadapan Yoochun. Yoochun melihat jelas sosok itu. Kini Yoochun tidak takut lagi pada sosok itu, sosok yang membuat dirinya tertarik, sosok yang mempunyai jiwa yang sama dengannya.

"Kau tidak perlu takut Yoochun-ah" Kata Jaejoong lembut, kemudian tangan kanannya terangkat membelai pelan pipi Yoochun.

Yoochun hanya terdiam menerima perlakuan Jaejoong padanya, ia membiarkan Jaejoong membelai lembut pipinya. Entah mengapa ia merasa sangat nyaman ketika Jaejoong membelai lembut pipinya.

"Aku tidak takut padamu Jaejoong-ah, aku tidak takut lagi padamu" Ucap Yoochun mantap sembari menatap kedua mata doe Jaejoong.

Jaejoong menghentikan sentuhannya pada Yoochun kemudian tersenyum manis. Yoochun yang melihatnya hanya bisa terpesona. Sungguh cantik sekali senyumnya, pikir Yoochun dalam hati. Namun, ketika Yoochun kembali memandang mata doe Jaejoong. Yoochun dapat melihat pancaran kesedihan dalam mata itu. Entah kenapa Yoochun juga merasakan sakit ketika melihatnya. Apakah ini karena mereka saling berkaitan ?

Tears my heart into two

Im not the one the Sleeper thought he knew

Jaejoong mulai menceritakan keluh kesahnya pada Yoochun, dan menceritakan dengan detail alasan mengapa Yoochun ada di sini.

Yoochun mendengarkan dengan saksama, ia merasa iba pada Jaejoong. Dan ia merasa perlu mengetahui sebuah kebenaran dibalik kisah yang Jaejoong ceritakan. Namun tiba-tiba bayangan Jaejoong semakin lama semakin mengabur, hingga kegelapan pekat kembali menguasai pandangannya.

"Apa ? Kenapa ini ? Kenapa begini ? Dimana Jaejoong ?!" Teriak Yoochun frustasi, masih dibawah alam sadarnya, kepalanya ia tolehkan ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu, kedua matanya bergerak gelisah.

Sekarang kegelapan benar-benar menguasai pandangan Yoochun, hingga kemudian ia merasakan tubuhnya terlempar dan terhempas. Hingga..

=o=

"Hosh..hosh..hosh.."

Yoochun terbangun dari mimpinya. Nafasnya memburu, keringat membanjiri tubuhnya. Cepat-cepat ia mendudukan dirinya di ranjang, mengangkat tangannya dan memijat pelan kepalanya.

Sekarang Yoochun sudah tersadar dan kembali ke dunia nyata. Sekalipun dia telah sadar, dia berfikir dan meskipun kehidupan yang lain mulai meresap setiap detik dari harinya, dan ini adalah awal obsesinya memecahkan semuanya.

=o=

Kini Yoochun berada di depan laptop hitamnya yang berada di ruang kerja, tidak jauh dari kamarnya. Yoochun mulai mengetikkan sesuatu, mencari informasi lewat internet.

Pembunuhan Kim Jaejoong 1928

Begitulah yang diketikkan Yoochun pada situs pencari di internet.
Tidak lama kemudian, Yoochun menemukan sebuah artikel koran tentang pembunuhan Kim Jaejoong pada saat itu, ia mengklik artikel itu kemudian membacanya dengan hati-hati.

Disitu dikatakan bahwa seorang Saksi yang mendengar suara jeritan ketakutan dan dalam jangkauan penggambarannya dari suara yang ia dengar, seorang pria muda yang diketahui bernama Kim Jaejoong, ditembak mati dan sang penembak berdiri menghadapnya. Saksi mencari pertolongan, tetapi ia juga ditembak di bagian lengan. Artikel Koran juga berbicara tentang cinta segitiga. Terindikasi pembunuh dan korbannya dulunya adalah sepasang kekasih.

Artikel koran menjelaskan tentang mantan kekasih Jaejoong yang mengalami penurunan gaya hidup. Perjudian dan kecanduan narkoba. Pemikiran penulis tentang pembunuhan itu mungkin sudah direncanakan.

Selanjutnya Yoochun membaca tentang bukti fisik. Buktinya adalah ada beberapa tanda-tanda kekerasan di tubuh Kim Jaejoong dan pisau lipat yang ditemukan. Pisau lipat disebabkan karena kebingungan dan kepanikan, karena korbannya seorang pria muda dan ciri-cirinya adalah yang tak bisa anda sangka, seorang pria muda di tahun 1928 yang membawa pisau lipat, kecuali hanya untuk menjaga dirinya dari kejahatan. Juga ditemukan, dompet pembunuh yang berisi catatan bunuh diri. Pembunuh itu diketahui bernama Jung Changmin. Dan saksi mata diketahui adalah tunangan Jaejoong, kakak dari Jung Changmin sendiri Jung Yunho.

Yoochun mengrenyitkan dahinya, bingung. Jaejoong pernah bercerita padanya bahwa ia sangat mencintai Changmin dan Changmin pun sama sepertinya. Jika dibandingkan, Artikel Koran dan cerita Jaejoong sungguh sangat berbeda, pikir Yoochun.

'Artikel ini sama seperti yang kakek itu sampaikan' batin Yoochun.

'Mengapa Jung Changmin tega melakukan hal itu kepada orang yang dicintainya ? Apakah ini ada sangkut pautnya dengan kakaknya ? Jung Yunho ?' batin Yoochun penasaran.

.

.

.

TBC


Hehehe bersambung dulu di bagian ini hehehe bagaimana ? Membingungkan ? XD

Maaf untuk YunJae moment nya belum ada hehehe sabar ya, chapter depan baru ada :D

Saya berencana membuat fanfiction ini menjadi twoshoot atau threeshoot. Saya tidak terlalu suka membuat fanfiction yang ber chapter-chapter panjang nya hehehe.. Oh iya, di awal cerita mungkin para readers sedikit kecewa karena banyak adegan ChunJae, tapi jujur saja, saya tidak berniat membuat cerita dengan couple ChunJae. Mereka hanya saling berkaitan saja hehehe :3

Saya akan sangat berterimakasih jika anda-anda semua yang membaca meninggalkan jejak review hehehe walaupun hanya satu dua kata, saya tetap berterimakasih

Tunggu kelanjutan ceritanya ! *tring* (menghilang) XDD