Itik Buruk Rupa

disc: Kishimoto punya

rate T

pair: ? (mau kasih saran?)

awas! typo dimana2, cerita pasaran dan geje, tapi ni asli muncul dari ide gilaku. so, enjoy this fiction... rnr plis

chap 1

"ayah, mau aku bantu?" Tanya seorang gadis berambut kuning cerah, sedangkan laki-laki dewasa yang di panggil ayah yang kini tengah bercocok tanam hanya tersenyum.

"nggak usah sayang, kamu focus aja. Lagipula ini pekerjaan laki-laki, seorang gadis sepertimu nggak cocok."

"ayah… tapi aku nggak keberatan. Ya udah deh, kalo gitu ayah mau aku buatkan sesuatu?" akhirnya gadis yang berdiri dibelakang ayahnya mengalah.

"hmm… apapun, asalkan buatanmu pasti ayah makan." Jawabnya sambil tersenyum. Gadis yang bernama Umino Naruto itu segera masuk ke dalam rumah sederhana mereka. Kalian nggak salah baca marga, ataupun aku yang salah ketik kok. Namanya emang Umino Naruto, dia putri angkat Umino Iruka. Mengapa demikian?

Sebenarnya Naruto nggak tau siapa orang tuannya, dari dia bayi, dia udah tinggal dip anti asuhan tempat kerja Iruka dulu, lalu saat Naruto berusia sekitar 10 tahun, Iruka memutuskan untuk mengadopsi Naruto dan membawanya tinggal berdua di rumah sederhana yang ada di kota Tokyo. Sebenarnya Naruto adalah putri bungsu dari keluarga Namikaze yang terkenal akan kekayaannya itu. Tapi karena Naruto terlahir dengan kulit tan dan juga telah menyebabkan kematian sang ibu, akhirnya dia dibuang di tepi jalan.

Kebetulan, saat itu Irukalah yang menemukan Naruto. Dan sejak saat itu, marga Namikaze maupun Uzumaki yang seharusnya di sandang Naruto sebagai nama keluarganya tak pernah di ketahuinya. Nama Naruto sendiri di dapat karena Iruka yang memberinya nama. Menurutnya yang saat itu pulang dari makan di kedai ramen, bayi yang ia temukan sangat imut dan manis seperti kue naruto yang ada di ramen.

"ini ayah. Sebaiknya ayah istirahat dulu." Kata Naruto yang membawa nampan berisi kue kering dan camilan yang di buatnya di dapur. Nggak lupa seteko kecil the hangat.

"wah… kelihatannya enak. Naru pintar masak ya."

"harus dong. Kan aku anak ayah satu-satunya. Aku juga nggak mau ngerepotin ayah terus."

"hahaha…. Iya iya, ayah makan ya." Iruka memakan camilan yang di buat Naruto, rasanya enak. Padahal Naruto hanya membuatnya dari bahan seadanya.

Mereka teah tinggal berdua di rumah sederhana ini selama 4 tahun. Sekarang ini usia Naruto menginjak 14 tahun. Dia sebenarnya gadis manis dengan kulit tan yang eksotis, sayangnya kecantikan alami yang ia miliki harus tertutup dengan kaca mata tebal dan penampilannya yang terksesan cuek. Meski begitu, Naaruto bukanlah gadis bodoh. Berkat kemauannya yang kuat, ia berhasil duduk di bangku kelas 3 di Oto Gakuen, dan sebentar lagi ia akan menempuh ujian untuk masuk Universitas Konoha.

Naruto mendapatkan rekomendasi dari sekolah untuk mengikuti ujian beasiswa yang menanggung biaya pendidikan penuh. Beruntung masih melingkupi kehidupan Naruto dan Iruka yang sederhana, karena selama Naruto sekolah, Iruka hanya mengeluarkan uang sekali, saat pendaftaran masuk SD dulu. Ia bangga pada putrinya yang kemampuan otaknya di atas rata-rata. Padahal Naruto jarang sekali mendapatnkan asupan gizi lengkap. Bahkan Naruto sangat gemar memakan ramen. Mungkin karena DNA Namikaze-Uzumaki yang ada di tubuhnya yang membuatnya berkemampuan otak diatas rata-rata.

"bagaimana ujiannya? Sukses?" Tanya Iruka, kini mereka tengah menikmati makan malam dengan menu sederhana yang dimasak oleh Naruto.

"iya ayah, aku bersyukur karena bisa mengerjakan soalnya dengan lancar. Meskipun aku nggak yakin kalo yang aku kerjakan itu benar semua."

"berdoa saja. Yah asalkan kamu giat berusaha dan sudah mengerahkan kemampuanmu semaksimal mungkin, harus di dukung doa juga." Nasihat Iruka, Naruto mengangguk. Memang nggak bisa Iruka pungkiri, kalo putrinya ini kurang percaya diri akan kemampuannya, tapi Naruto selalu berusahan semaksimal mungkin.

"besok pengumumannya kan? Mau ayah antar?" bagaimanapun juga, Naruto ini masih kecil, dia masih labil. Diusianya yang ke 14 tahun, dia sudah ujian masuk universitas.

"nggak usah ayah, aku bukan anak kecil lagi. Aku udah mau kuliah." Gerutunya, Naruto emang kurang suka kalo di anggap anak kecil.

"hei hei, meskipun begitu, ingat usiamu sayang. Ya udah kalo nggak mau ayah antar." Naruto segera membersihkan meja makan dan mencuci semua yang kotor setelah Iruka selesai menghabiskan makan malamnya.

"iya ayah, akan kuingat."

"ya sudah, besok ayah mungkin pulangnya sore. Ayah harus membimbing murid-murid ayah."

"oke yah. Besok aku buatkan bento untuk ayah. Oyasumi ayah." Naruto mencium pipi Iruka.

"oyasumi moo Naruto. Mimpi indah sayang." Naruto mengangguk dan segera berjalan ke kamarnya.

.

.

.

Ospek, hal yang kurang Naruto sukai, karena pasti dia akan jadi incaran para senior, mengetahui usiannya yang paing muda di sini. Dulu aja, saat acara mos di Oto, Naruto menjadi objek kejahilan senpainya. Mereka selalu membebani Naruto dengan pertanyaan-pertanyaan yang bahkan para senior itu kesulitan menjawabnya. Tapi Naruto berhasil melalui itu dengan baik. Semoga saja untuk ospek ini dia juga berhasil dengan baik.

"hey kamu! Ngapain cuman berdiri aja disitu? Baris sana!" Naruto dikagetkan oleh seorang senior berparas cantik, tapi galak. Karena Naruto nggak mau buat masalah, akhirnya ia segera pergi dan ikut berbaris.

"selamat datang di Universitas Konoha, well done untuk kalian semua, karena nggak sembarangan orang bisa lolos masuk universitas ini, apalagi Jurusan Geologi. Jurusan ini meskipun sedikit peminatnya, tapi justru tes masuknyalah yang berlipat. Bukankah kalian udah mengalaminya?"

"ya!" jawab camaba tegas.

"bagus. Aku suka semangat kalian, sekarang aku akan jelaskan apa yang akan kalian lakukan selama satu minggu ini. Oh ya, perlu kalian catat. Karena kalian ada di jurusan khusus. Maka kalian harus siap mental dan fisik. Hari ini kalian akan dibimbing para senior untuk mengelilingi seluruh area kampus, dan kaian harus menghapalnya. Ingat DIHAPALKAN. Jika selama seminggu kedepan sampai ada yang tersesat, terlambat atau upa tempat kaian berkumpul. Maka tamat riwayat kalian di hari terakhir ospek." Jelas senior yang tadi membentak Naruto, senior itu memiliki rambut berwarna orange kemerahan panjang, wajahnya cantik tapi garang.

"sebelumnya, perkenalkan, namaku Namikaze Kyuubi. Lalu senior kalian yang berambut pantat ayam itu Uchiha Sasuke. Yang berambut nanas itu Nara Shikamaru, sebelahnya Hyuuga Neji, lalu Uzumaki Menma dan yang terakhir Sabaku Gaara. Ingat wajah dan nama kami, jangan sampai kalian salah menyebut nama kami. Sampai kalian salah sebut, lari putari lapangan rugby sebanya 20 kali. Kalian paham?"

"ya senpai."

"PAHAM?!" bentaknya, karena mendengar balasan yang nggak diharapkan.

"PAHAM SENIOR!" seru mereka nggak kalah keras.

"bagus. Sekarang kalian ikuti Neji dan Menma." Orang yang di sebutkna namanya segera berjaan mendahului mereka semua, bersiap mengelilingi kampus, hamper seperti tour kampus. Bedanya cuman, mereka nggak diperbolehkan mencatat, tapi kalo memotret nggak masalah. Aneh ya.

"hai, namaku Tenten, salam kenal" sapa Tenten ke Naruto,

"hai… aku Naruto. Salam kenal juga."

"Naruto ya, kamu anak yang mendapatkan beasiswa itu kan?" Tanya Tenten penasaran. Naruto mengangguk dan tersenyum ramah.

"wah, enak ya. Mmm… kamu dari SMU mana?"

"aku dari Oto Gakuen. Tenten sendiri?"

"aku dari Konoha Gakuen, masih satu yayasan sama Universitas Konoha ini. Yah memang benar kata senior tadi. Masuk ke Universitas Konoha ini benar-benar menguras otak."

"hihihi… yah, nggak masalah kan? Yang penting hasilnya nggak mengecewakan."

"benar juga, tapi aku salut loh sama kamu, bisa masuk dengan beasiswa. Kudengar beasiswa yang di berikan ke mahasiswa itu kan ujiannya sangat rumit."

"nggak juga sih. Sebenranya mudah, cuman cara berpikir kita aja yang harus dirubah." Jelas Naruto.

"maksudnya?"

"bagaimana cara kita memandang persoalan yang kita hadapi. Itu aja sih kuncinya." Teten sebenarnya masih nggak paham, jngankan Tenten, author aja nggak mudeng #plak. Oke lanjut.

"misalkan, kamu di hadapkan ke soal pelajaran yang nggak kamu suka. Apa yang kamu rasakan?"

"aku nggak yakin bisa."

"aku juga berpikir begitu awal saat menghadapi ujian itu. Tapi setelah di beri semangat sama ayah, aku berusaha mengubah cara pandangku. Andai saja aku mendapatkan soal yang nggak aku bisa. Maka aku harus berpikir bahwa aku yakin bisa. Dengan catatan kamu harus tetap berusaha dan berdoa." Jelasnya panjang, sedangkan Tenten yang menyimak penjelasan Naruto tersenyum kaku.

Tenten heran, takjub juga merasa aneh. Masa cuman dengan mengubah cara piker bisa menghasilkan suatu perbedaan besar. Kalo itu bukan karena keberuntungan ya mungkin karena orang tersebut benar-benar jenius.

"masih nggak paham ya?" Tanya Naruto saat ia melihat Tenten berpikir.

"ah nggak kok. Oh ya Naru, kenapa kamu bisa pake kacamata? Apa kebanyakan belajar?" Tenten penasaran juga, kenapa masih ada orang yang suka memakai kacamata norak kayak yang dipakai Naruto sekarang.

"nggak kok. Mataku udah dari kecil rusak. Karena dulu pernah terjatuh pas aku masih di panti asuhan. Hehehe" jawab Naruto, meski itu pengalaman buruk yang membuatnya sedih, tapi kan itu udah masa lalu.

"eh? Panti asuhan?"

"iya, kenapa?"

"kamu anak yatim ya?"

"mmm…. Nggak juga. Aku punya ayah kok. Yah dulu aku tinggal di panti asuhan karena ayah dulu bekerja di panti. Nah pas usiaku 10 tahun. Ayah mengajakku pindah ke rumah kami yang asli."

"ibu kamu?"

"aku nggak punya ibu. Kata ayah, dari bayi aku dirawatnya."

"beliau ayah kandungmu?"

"bukan, ayah angkat. Aku nggak punya orang tua. Kata ayah, aku ditemukan di tepi jalan saat ayah pulang dari kedai ramen. Makanya namaku naruto." Jawabnya, wajah Naruto bahkan nggak menampakkan kalo dia tersiksa dengan keadaannya. Tenten benar-benar merasa bersalah telah bertanya begitu.

"kalian berdua. Ngobrol aja dari tadi." Tegur senior yang bernama Neji.

"maaf senior."

"jangan salahkan kami kalo kalian tersesat dan dapat hadiah dari ketua." Ketusnya, meskipun Neji dingin dan ketus, tapi Tenten malah terpesona. Naruto yang melihat itu hanya maklum. Selain karena mereka udah cukup umur, juga karena Neji itu benar-benar tampan.

"udahlah Neji. Nanti biar aku tes mereka berdua. Ayo lanjutkan." Menma kembali berjalan diikuti Neji. Tenten yang mendengar penuturan Menma bergodok ngeri. Karena dari tadi dia asik ngobrol sama Naruto, jadinya dia nggak mengingat jalur yang telah mereka ewati.

.

"hoi kalian. Cepat buat denah lokasi yang telah kalian lewati tadi." Kyuubi menyambut mereka dengan tugas yang cukup ringan. Sedangkan para camaba bergidik ngeri dengan tugas yang di berikan senior mereka. Yah karena kebanyakan dari mereka tadi hanya keasikkan memperhatikan hal lain, ada yang mengamati pemandangan, nyari cowok atau cewek keren dan canti, ngobrol sendiri dan yang lainnya.

"dan waktu kalian…. 10 menit." Tambahnya. Author nggak tau ini kejam atau nggak. Cuman, mereka tadi mengelilingi semua yang ada di dalam lingkup kampus, dan itu membutuhkan waktu sekitar 2 jam, karena sekaligus penjelasan dan waktu istirahat. Dan sekarang disuruh menggambarkan bagaimana denah kampus ini.

Uhh… gimana nih Naru. Dari tadi kita kan cuman ngobrol." Tenten terlihat panic. Meski tugas yang diberikan adalah tugas kelompok, tapi bagi yang nggak memperhatikan seperti Tenten dan Naruto tadi, mana mungkin sanggup kan. Satu kelompok terdiri dari 4 orang, di kelompok Naruto ada Tenten, Naruto, Kiba dan Hinata.

"hei Hinata, apa tadi kamu mengingatnya?" Tanya Tenten, dia sangat berharap Hinata –teman SMUnya- mengingat dan memperhatikan.

"maaf Tenten, tadi…" saat menjawab, wajah Hinata merona. Tenten yang tau apa artinya itu tersenyum lalu wajahnya berubah horror. Ternyata dari tadi Hinata dan Kiba asik pacaran.

"ini senior. Kelompok kami udah selesai." Kata Naruto, ia teah berjalan ke depan dan menyerahkan hasil denah yang ia selesaikan sendiri. Neji dan Mnema yang melihat itu hanya mendengus, mereka meremehkan kelompok Naruto. Karena tadi merekalah yang memergoki kalo mereka sama sekali nggak memperhatikan.

"hm? Udah kelar?" Kyuubi menerima hasil kerja kelompok Naruto. 'cepat sekali, baru 3menit yang lalu.' Batinnya. Sedangkan Tenten menatap Naruto tak percaya. Bagaimana mungkin kelompok mereka bisa menyelesaikannya dalam waktu singkat. Bahkan tadi ia nggak melihat Naruto- tunggu! Jangan bilang kalo tadi Naruto diam aja karena konsentrasi menggambar?

"Naru…. Bagaimana kau bisa?"

"aku ingat kok. Semoga aja yang kita gambar itu benar." Balasnya kalem, Hinata dan Kiba menatap Naruto tak percaya. Gadis yang ehemmungilehem itu bisa menyelesaikan tugas mereka sendirian? Lalu dia bilang ingat? What the heaven? Kenapa bisa terjadi, setau mereka –info dari Tenten- Naruto tadi tengah asik mengobrol dengan Tenten deh.

"yah, berdoa aja." Lanjut Naruto.

10 minute later….

"Naruto, Tenten, Hinata dan Kiba. Maju." Panggil Gaara, karena Kyuubi saat ini sedang di panggil ketua panitia. Mendengar nama mereka di sebut, Naruto dan kelompoknya segera menghampiri Gaara.

"kalian mencatat setiap penjelasan yang diberikan Menma dan Neji?"

"nggak" jawab Naruto.

"lalu?"

"kami hanya memperhatikan saja. Apa ada yang salah, senior Gaara?" Tanya Naruto.

"hmm…. Kudengar dari Neji dan Menma, kau dan temanmu yang bercepol dua itu tadi asik bicara sendiri, lalu kau memperhatikan dari mana?" Tanya Gaara, nadanya data tapi cukup membuat nyali Tenten, Hinata dan Kiba menciut.

"aku memperhatikan setiap apa yang di jelaskan senior Neji dan senior Menma."

"hn, kalo gitu buktikan, dobe." Tantang Sasuke. Naruto tetap diam dan menaruh rasa hormat meskipun ia dikatai bodoh oleh Sasuke.

"baiklah. Perjalanan tadi dimulai dari gedung fakultas ilmu pasti, kami diajak berkeliling dan menghampiri setiap ruangan yang ada di gedung ini. Ada sekitar 50 ruangan di gedung ini. Lalu kami menuju ke gedung fakultas ilmu bahasa yang ada sekita 20 meter dari gedung fakultas ilmu pasti. Disana ada sekitar 30 ruangan yang digunakan. Bla bla bla" Naruto menjelaskan semua yang dia ingat. Dan itu membuat para senior juga ketiga teman Naruto menatapnya tak percaya.

"bagus kamu memperhatikan. Sekarang kembalilah… selanjutnya, kelompok Sakura, Ino, bla bla bla…" koreksi gambar denah tersebut selesai sampai pukul 5 sore. Mereka semua ditanya bagaimana mereka mendapatkan informasi dan bagaimana mereka bisa selesai menggambar denah kampus.

"kyaaa…. Naruto, kau hebat deh. Padahal tadi kan kamu cuman ngobrol sama aku."

"aku juga memperhatikan penjelasan senior kok." Kata Naruto, saat ini mereka tengah bersipa untuk pulang.

"oh ya Naru, ku antar puang ya?" tawar Tenten, dia nggak tega juga membiarkan teman barunya ini pulang sendirian.

"nggak usah. Aku pulang sendiri aja. Mmm… tentang cerita yang tadi aku ceritakan, tolong di rahasiakan ya. Jangan cerita ke orang lain." Pesan Naruto.

"sip deh. Ya udah, aku duluan ya. Mata ashita…" Tenten melambaikan tangannya, pergi meninggalkan Naruto yang masih ada di halaman kampus.

"jaa.." Naruto berjalan menuju gerbang kampus, tapi langkahnya terhenti karena lengannya di tarik ke belakang.

"eh? Ada apa senpai?" Tanya Naruto, ternyata yang menarik lengannya tadi adlah Sasuke.

"kenapa kau bisa menyelesaikan tugas yang di beri Kyuubi dengan cepat huh?"

"karena aku memperhatikan. Bukankah tadi udah kujelaskan. Lagipula aku nggak mungkin curang."

"hn." Sasuke menarik tas Naruto dan menggeledahnya, masih nggak percaya dengan apa yang dikatakan Naruto.

"eh? Hey…! Jangan asal gledah dong senior Sasuke! Kembalikan!" Naruto berusaha merebut kembali tasnya, tapi apa mau dikata, tubuhnya kan ehempendekehem. Berbeda jauh dengan Sasuke yang tingginya mencapai 187 cm, sedangka ia hanya 157 cm. *poor you Naruto*

.

.

.

Tbc…

Apakah yang bakal terjadi dengan mereka berdua ?

Kenapa Sasuke bersikeras ?

Ada yang mau kasih kritik? saran? monggo, dipersilahken...

Review please….