Chapter 1

REVENGE

Cast: Aiden Lee, Lee Hyukjae, Lee Eunhyuk

Genre: Crime, Romance, Sad

Rate: T+

Remake of Indian Movie GHAJINI

WARNING!

BOYS LOVE, Typo (s), Banyak Flashback

DON'T LIKE? DON'T READ!

.

.

.

Happy reading^^

.

.

"Oh ayolah Profesor Park, jika memang ada pasien nyata yang serupa dengan kasus penelitian ini tolong tunjukan berkasnya pada saya."

"Tidak. Tidak ada pasien seperti itu yang kuketahui."

"Mana mungkin tidak ada, bahkan anda sampai study banding ke LA untuk meneliti penyakit langka ini."

Eunhyuk, mahasiswa Fakultas Kedokteran si blonde cantik yang sayangnya adalah seorang namja. Begitu keras kepalanya merengek pada dosennya, meminta berkas pasien penderita penyakit langka yang baru saja dijadikan bahan penelitian di praktikum kali ini.

Seharusnya Eunhyuk sudah meninggalkan laboraturium setelah praktikum selesai. Sayangnya ia begitu tertarik dengan topik yang dibahas dosennya tadi.

"Kau keras kepala sekali Lee Eunhyuk. Baiklah, hanya ada satu penderita penyakit seperti itu di Korea. Kau harus berjanji tak akan menyelidiki lebih lanjut pasien ini."

"Kenapa begitu?"

"Dia buronan. Dia berbahaya Eunhyuk, tolong rahasiakan soal ini. Aku lupa jika aku harus menutup mulut"

Profesor Park menyerahkan satu map putih kepada Eunhyuk setelah mengobrak-abrik rak berkas pasien.

"Aiden Lee..."

Eunhyuk membaca nama pasien yang disebut-sebut bahaya oleh dosennya itu.

Anti Retrograde Amnesia, sebuah penyakit ingatan yang membuat korbannya akan kehilangan memorinya tiap 15 menit sekali. Sehingga membuatnya tidak pernah memiliki memori jangka panjang. Namun yang benar-benar membuat Eunhyuk tertarik terhadap Aiden Lee (Pasien) adalah apa yang telah ia lakukan dengan segala latar belakang yang ia miliki. Bagaimana ia menjalani kehidupan sehari harinya dengan otak yang hanya menyimpan memori tak lebih dari lima belas menit itu.

Pada berkas yang diberi Profesor Park tadi terdapat keterangan bahwa kegiatan sehari-hari Aiden seperti makan, minum, mengemudi serta perasaannya akan tersimpan di alam bawah sadarnya. Ia melakukan rutinitas kesehariannya dengan berdasarkan apa yang ia ingat, dengan cara menghafal atau membuat suatu catatan dari semua kejadian.

Bagaimana ia bisa menderita penyakit seperti ini? Pada keterangan yang Eunhyuk baca, Aiden pernah mengalami benturan hebat pada kepalanya seperti bekas dihantam benda keras. Hanya itu, tak ada keterangan siapa pelakunya dan tak ada yang tahu termasuk Aiden sendiri yang tak bisa mengingatnya.

.

.

.

Satu lagi mayat ditemukan tewas bersimbah darah di lantai apartmen usang di daerah Myeongdong. Diduga mayat tersebut adalah korban pembunuhan. Pihak kepolisian Seoul berasumsi pelakunya adalah orang yang sama dengan kasus pembunuhan tiga hari yang lalu. Karena targetnya adalah sama, para anggota organisasi 'hitam' Black Evil. Sebuah organisasi bajingan sakit yang mampu membeli hukum negara ini.

Choi Siwon, petugas kepolisian yang baru saja memeriksa TKP menghampiri Cho Kyuhyun ketua Black Evil.

Seorang Cho Kyuhyun yang beraura gelap, keangkuhan tercetak jelas pada wajahnya. Dominan tampan, posturnyapun sempurna tinggi tegap dengan setelan jas hitam pekat senada dengan rambut ikalnya. Namun semua makhluk di negeri ini tahu bagaimana kotornya hati namja sempurna itu.

Gembong narkoba, bisnis perdagangan manusia, hingga perdagangan senjata api ilegal semua bisnis kotor ia jalani. Membunuh orang adalah hal yang biasa bagi Kyuhyun. Bahkan ia memiliki berbagai cara kreatif untuk melenyapkan korbannya.

"Ada kemungkinan pelakunya sama, aku menemukan ini..." Siwon menyerahkan sobekan kecil kertas yang tertulis tanggal kematian korban.

"Cepat temukan dia sebelum polisi-polisi bodoh lain yang menemukannya." Siwon hanya mengangguk. Siwon tau siapa Cho Kyuhyun, ia sudah lama bekerjasama dengan organisasi Black Evil. Tak heran jika Black Evil tak dapat dilenyapkan dengan mudah karena mereka memegang kendali hukum.

.

.

"Kita kemana Tuan?" Seorang supir taxi menengok ke belakang takut-takut. Penumpang bertampang seram di belakangnya sedari tadi hanya menyuruhnya berjalan lurus saja. Sebenarnya bukan seram, hanya saja terdapat bekas luka melintang seperti membelah kepalanya.

"Kesini" Penumpang tersebut menyerahkan foto papan keterangan suatu jalan di salah satu kota ini.

Beberapa menit kemudian sampailah pada lokasi seperti yang tertera pada foto, namun penumpang tersebut menyerahkan foto lain. Kejadian yang sama terus berulang hingga foto keempat yang sepertinya menjadi foto terakhir. Di depan sana terlihat suatu apartmen klasik namun berkelas.

"Dua puluh ribu won. Alamat siapa ini Tuan?"

"Alamatku"

Setelah membayar, penumpang tersebut langsung beranjak pergi meninggalkan supir taxi yang masih bingung dengan kelakuan anehnya. Jika penumpang lain biasanya hanya perlu menyebutkan alamat lengkap berbeda dengan penumpang yang satu ini, dia malah dengan repot-repot menunjukkan foto-foto yang akhirnya membawanya ke alamatnya sendiri. Aneh bukan?

Bukan aneh sebenarnya jika kita tahu apa yang telah dialami namja tersebut. Namja itu adalah Aiden Lee. Seorang penderita Anti Retrograde Amnesia yang tak bisa mengingat kejadian setelah melalui waktu lima belas menit. Seorang yang kehidupannya berubah drastis sejak kejadian lima tahun yang lalu.

Begitu Aiden masuk ke kamar apartmennya, kamera polaroid yang setiap saat ia bawa kemana-mana berbunyi pertanda lima belas menit telah berlalu. Aiden benar-benar mengutuk hidupnya. Ia hanya hidup seperti orang bodoh yang dipenuhi dendam ketika sadar. Saat ia membuka baju yang ia kenakan, tampaklah tubuh atletis yang dulunya sempurna kini dipenuhi tato nama-nama orang yang harus ia bunuh. Tato paling besar terdapat di dadanya bertuliskan 'HYUKJAE WAS KILLED' dan tato di bawah pusarnya 'REVENGE' (DENDAM).

"ARGGHHH"

PRANG

Setiap ia melihat cermin hatinya serasa teriris. Semua memori menyakitkan tentang 'Dia' tertulis disana, lebih tepatnya sengaja ia tulis. Terpampang jelas di sisi cermin tulisan besar sebuah nama 'CHO KYUHYUN?'. Tak hanya itu, seisi kamar apartmennya tertempel foto-foto mayat yang sudah Aiden bunuh beserta tanggalnya. Banyak coretan bermakna dendam yang harus terbalaskan di sisi tembok-tembok. Suasana kamarnya pun minim pencahayaan, suram dan lembab. Padahal apartmen yang ia tinggali tergolong apartmen elit.

Cintalah yang membuatnya harus menjalani hidup seperti ini, ini semua akan berakhir jika ia telah melenyapkan seorang yang bernama Cho Kyuhyun.

.

.

.

Dua hari Siwon mencari namja itu berdasarkan bukti-bukti dan jejak yang ditinggalkan. Hari ini Siwon berkali-kali mengumpat kesal saat mengejar namja yang ia yakini adalah pembunuh berantai para anak buah Kyuhyun itu. Namja kekar yang sedang dikejar Siwon begitu licin dan cerdik. Sudah beberapa kali ia lolos dari kejaran Siwon. Terakhir adalah saat Siwon berhasil mengejar bus yang ditumpangi oleh namja itu, namun setelah siwon menelusuri seisi bus namja itu sudah tak ada disana.

Belum diketahui identitas lengkapnya, sangat minim informasi siapa sebenarnya namja tersebut tapi Siwon yakin namja itu bernama Aiden Lee.

.

.

"Hyung, menurutmu bagaimana hidup Aiden Lee itu?"

"Huh?" Lee Sungmin memiringkan sedikit kepalanya saat sahabatnya, Lee Eunhyuk menanyakan soal Aiden Lee. Sedetik kemudian Sungmin kembali acuh melanjutkan kegiatan membacanya.

"Ya! Hyung, jawab aku..." Eunhyuk menggoyang bahu Sungmin yang mulai mengemasi barang-barangnya untuk segera menuju ke kantin. Eunhyuk pun masih mengikuti Sungmin yang mulai beranjak dari laboratorium.

"Kutunggu di kantin Eunhyuk-ah..."

"Hum, bye..." Eunhyuk menuruni tangga RS Universitas Myungsei sambil melambai ke arah Sungmin.

Entah kebetulan atau memang sudah takdir, di depan sana tepat di koridor rumah sakit seorang namja kekar dengan bekas luka di kepalanya berjalan ke arah Eunhyuk. Eunhyuk yakin dia adalah Aiden Lee. Tidak salah lagi, ketika jarak semakin menipis dengan sengaja Eunhyuk mencoba menabrakan diri pada namja yang diyakininya Aiden itu.

"Ughh.. Maaf Tuan, aku tak sengaja" Berniat mencuri perhatian, sialnya namja kekar itu malah langsung melenggang pergi melewati Eunhyuk yang masih bersimpuh di lantai.

'Dia bahkan tak melirik ujung rambutku'

Eunhyuk segera berdiri menyusul namja itu. Dengan sedikit berlari Eunhyuk berhasil mensejajarkan langkah mereka.

"Tuan, aku Lee Eunhyuk. Mahasiswa Kedokteran tahun terakhir" Eunhyuk menunjukkan ID Card yang menggantung di lehernya.

"Kau tak mengenalku, tapi aku mengenalmu Tuan Aiden Lee..." Eunhyuk yang membaca ekspresi kebingungan namja itu segera memberi penjelasan.

"Bisa bicara sebentar? Kumohon..."

.

Mereka, Eunhyuk dan Aiden sedang berada di kantin rumah sakit. Rasa penasaran Eunhyuk terhadap amnesia yang di derita Aiden membuatnya membulatkan tekad untuk mengorek semua kehidupan Aiden lebih intens.

Tak ada yang memulai percakapan, suasana canggung mendominasi ruang terbuka tersebut. Sedikit rasa takut menghinggapi perasaan Eunhyuk. Mengingat beberapa waktu lalu Profesor Park sempat keceplosan mengungkapkan jati diri Aiden adalah buronan yang berbahaya.

"Ehm, sebagai mahasiswa kedokteran aku ingin tahu bagaimana..."

TIIT TIIT...

Benda di balik blazer Aiden berbunyi, membuat Eunhyuk menghentikan kalimatnya.

"Apa itu?"

"Kameraku" Suara sexy khas namja terdengar menggairahkan di telinga Eunhyuk. Entah pesona apa yang dimiliki namja ini hingga satu kata dengan nada dingin itu mampu menggetarkan hati Eunhyuk.

"Kenapa berbunyi?"

"Dia berbunyi tiap lima belas menit..."

Eunhyuk mengernyit heran

"Agar aku bisa memotret hal-hal yang penting, orang-orang membuat catatan agar bisa diingat.."

"Dengan foto?"

"Ya"

Diam-diam Eunhyuk mencatat apa yang dikatakan Aiden pada notenya.

"Apa yang kau lakukan?" Aiden baru sadar Eunhyuk membuat suatu catatan.

"Ah, membuat catatan..."

"Robek, lalu buang. Lakukan!"

Eunhyuk langsung melakukan apa yang diperintahkan Aiden. Jelas saja Eunhyuk tak dapat menolak, ekspresi garang Aiden sungguh menakutkan. Bahkan kaki Eunhyuk bergetar di bawah sana. Wajah Aiden sangat tampan sebenarnya jika diperhatikan, namun entah mengapa wajah itu seperti kehilangan pancaran sinarnya.

Eunhyuk juga merasa ada sisi berbeda yang tersembunyi pada diri Aiden, mungkin sisi yang pernah ada di kehidupan Aiden sebelumnya.

"Boleh aku bertanya Tuan?" Dengan keberanian yang telah terkumpul kembali Eunhyuk melanjutkan introgasinya.

"Bagaimana kau bisa terluka di kepala? Profesorku mengatakan tentang sebuah kecelakaan. Apakah kau ingat tentang kecelakaan itu?"

"Ya"

"Apa yang terjadi, siapa yang memukulmu?" Nada bicara Eunhyuk semakin menggebu-gebu. Berharap Aiden akan menceritakan detailnya.

"Kita bukan teman. Cukup sudah aku bercerita padamu." Aiden bangkit dari tempat duduknya. Eunhyuk segera menahannya sebelum ia pergi.

"Maaf Tuan, bisakah kau mengambil fotoku?" Aiden memandang Eunhyuk lekat lalu mengangguk pelan. Satu jepretan dan fotopun langsung keluar dari kamera polaroid Aiden. Belum puas satu jepretan, Eunhyuk memohon untuk satu kali lagi. Dengan ekspresi kesal Aiden menuruti kemauan namja yang ia akui sedikit manis itu.

"Satu untukku dan satu untukmu. Bisakah kau tulis 'temanku' di foto itu Tuan?"

Lagi-lagi Aiden menurut. Tak biasanya Aiden berinteraksi dengan orang asing. Biasanya ia sebisa mungkin menghindari siapapun yang mencoba mengintrogasinya sekalipun itu dokter pribadinya.

"Kuharap kita bertemu lagi, aku akan menunjukkan foto ini agar kau tahu aku temanmu..." Eunhyuk sibuk dengan foto itu tak sadar jika Aiden telah melenggang pergi dari tempat itu.

'Aih, dingin sekali walau tampan'

.

.

Hari ini Siwon harus bersusah-susah melacak keberadaan Aiden yang ia yakini telah membunuh anak buah Kyuhyun. Tanpa seragam polisi ia menyusuri pangkalan taxi di perkotaan. Kyuhyun tak ingin kepolisian lebih dulu berhasil menangkapnya, maka dari itu ia mempercayakannya kepada Siwon. Kenyataannya Siwon bekerja untuk Kyuhyun, bukan untuk pihak kepolisian.

Begitu berhasil menemukan alamat tempat persembunyian Aiden, Siwon langsung mendatanginya.

Ia tak menduga gedung elit di depannya merupakan tempat tinggal Aiden. Jika dilogika tidak mungkin orang tanpa penghasilan tinggi dapat tinggal di tempat ini. Siapa sebenarnya Aiden itu...

Dengen mengendap-endap Siwon berhasil menyusup apartmen Aiden. Ruangan ini dipenuhi foto dan coretan di dindingnya. Ruangan dengan pencahayaan temaram dan minim ventilasi, hingga udara di ruangan ini begitu lembab.

Aiden merasakan seseorang sedang berada di ruangan ini, ia hanya berpura-pura meneruskan kegiatannya menata foto-foto di mejanya.

Siwon sudah siap dengan tongkat baseball di tangannya, siap untuk menyerang Aiden dari belakang. Tinggal satu meter, tepat saat Siwon mengangkat tongkatnya Aiden menoleh ke belakang.

BRUGG

Siwon berhasil menghantam wajah Aiden hingga pingsan –yang sebenarnya hanya pura-pura-. Segeralah diikat kedua tangan Aiden yang kebetulan terduduk di kursi kayu. Merasa tak cukup, Siwon melilitkan tali itu ke tubuh penuh tato milik Aiden.

"Kau pikir polisi tak berguna? Brengsek!"

BUGG

Hantaman demi hantaman dilayangkan ke wajah Aiden.

"Ya, polisi memang sedikit tak berguna. Tapi aku bukan salah satunya, kau sama brengseknya denganku"

Disobeknya kaos tanpa lengan yang dikenakan Aiden. Siwon terperangah kaget melihat tato-tato yang terukir berserakan di tubuh Aiden.

Hyukjae was killed, Revenge, Fucking Yunho, Cho Kyuhyun? Dan masih banyak lagi. Siwon sedikit penasaran mengapa nama Kyuhyun terdapat embel-embel tanda tanya. Siwon bisa paham mengapa Kyuhyun bisa menjadi salah satu daftar orang yang didendamkan Aiden, karena memang Kyuhyun adalah bajingan dari segala bajingan. Bahkan kepemerintahan Seoul pernah berurusan dengannya. Namun mengapa harus terdapat tanda tanya di akhir namanya? Apa Aiden belum tahu sosok Cho Kyuhyun sebenarnya? Apakah Aiden sedang mencari Cho Kyuhyun? Dan siapa Hyukjae itu...

Siwon menggeledah seisi apartmen Aiden selagi Aiden pingsan tak berdaya dengan lilitan tali di tubuhnya. Mulai dari foto-foto di tembok, coretan-coretan, laci, Siwon membuka kembali laci terakhir yang sempat ia tutup. Disana tersimpan buku berwarna hitam dengan tulisan tahun 2005, seperinya buku harian.

Dibukanya halaman awal buku harian itu. Ada foto seorang namja yang diakuinya sangat tampan mirip Aiden. Siwon rasa itu memang Aiden hanya berbeda pada bentuk otot-ototnya dan bekas luka di kepalanya. Pada bagian introduction terdapat penjelasan pekerjaan Aiden disana. Ternyata Aiden Lee adalah seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan Handphone terbesar di Korea. Siwon sama sekali tak menyangka akan hal ini. Lembar demi lembar Siwon membaca kisah hidup yang ditulis Aiden.

[FLASHBACK]

Sebuah pesawat pribadi baru saja take off di salah satu airport di Dubai. Beberapa karyawan asing berjajar dengan pakaian hitam resmi perkantoran menyambut Presiden Direktur AL Group, perusahaan handphone terbesar di Korea Selatan.

Begitu pintu pesawat terbuka nampak disana namja muda, tampan, berkarisma dengan setelan jas biru navi. Kacamata hitam menambah kesan panas pada direktur muda bernama Aiden Lee itu.

Langkah tegasnya membawanya menuju beberapa orang yang sudah berjajar menyambut kedatangannya. Dengan gaya khas Direktur ia mengayunkan tangannya yang sedang membawa tas hitam minimalis brandednya, salah satu staff yang mengerti maksud Aiden langsung mengambil alih tas untuk dibawakannya.

.

Di lain tempat Seoul tepatnya, seorang namja manis dengan tergesa-gesa menancap gas motornya. Baru saja ia mendapat death glare manis dari para pengguna jalan di daerah lampu merah. Bagaimana tidak, saat lampu lalu lintas sudah berubah hijau namja manis ini malah asik dengan lamunannya hingga membuat kemacatan.

Wajahnya memang manis, cantik dan terlihat polos namun namja satu ini benar-benar ceroboh dan menjengkelkan. Lee Hyukjae, nama yang ayahnya berikan dua puluh satu tahun lalu adalah satu-satunya pemberian ayahnya yang ia punya. Ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan. Beruntung ayahnya itu masih sempat memikirkan nama untuk anaknya yang belum lahir saat itu.

Hyukjae dulunya tinggal di Busan. Setelah lulus Senior High School ia mendapat tawaran bekerja di sebuah perusahaan periklanan di Seoul. Hingga sekarang ia masih bekerja di perusahaan kecil itu. Ya, walau hanya dibutuhkan sebagai pemeran pembantu di berbagai iklan ia masih betah bekerja disini.

Penampilannya yang sederhana dan dianggap kurang good looking membuat sutradara malas menjadikannya model utama.

"YA LEE HYUKJAE!"

Seperti kendaraan yang direm mendadak, Hyukjae langsung berhenti berlari saat PD-nim meneriakkan namanya. Pasti sebentar lagi ia diomeli lagi karena terlambat.

"Seharusnya kita mengambil gambar jam sembilan, kau datang jam sepuluh semua orang menunggumu."

"Hari ini lalu lintas macat..." Hyukjae menjelaskan sambil tersenyum nista minta dikasihani.

"Jangan cari alasan cepat ganti baju!"

"Oke sir..."

Kurang dari lima menit, Hyukjae sudah bergabung dengan para pemeran pembantu yang lain. Di depannya ada empat ember berjajar, tampaknya mereka sedang syuting iklan sabun cuci.

'Hidup macam apa ini... Berdandan hanya untuk menjadi pemeran pembantu. Dan dia berdandan seperti artis internasional.'

Hyukjae bermonolog dalam hati sambil melirik sinis pada Ren si anak emas PD-nim. Pandangan mata jelalatan Hyukjae jatuh pada ember putih milik Ren yang perannya adalah model utama di iklan ini. Otak jahil Hyukjae sepertinya sedang bekerja. Senyum evil tersungging di wajah manisnya.

"Oke, Light... Camera action"

"Kucek kucek dan gosok... sampai tanganku letih noda tak juga hilang..."

Dengan kompak empat pemeran pembantu termasuk Hyukjae berdialog sambil mengucek-ucek pakaian bernoda kuning.

"Geser kameranya..." Dengan nada pelan PD-nim memberi intruksi kameramen.

"Action Ren..."

"Itulah sebabnya anda harus memilih Kite! Maka anda akan menemukan putihnya" Ren mengangkat pakaian yang sudah disiapkan staff.

"Berkilau hanya dengan lima puluh won, cek cek cekucek~"

Serentak semua yang ada di studio tertawa terbahak-bahak, kecuali PD-nim yang memasang tampang garang dan Ren yang masih melongo tak menyadari pakaian yang baru saja direntangkannya penuh noda hitam dan kucel.

"LEE HYUKJAE!"

.

.

.

"Ini akan menjadi papan reklame kita yang ke sembilan di jalan ini Sajangnim"

"Oke, selanjutnya..." Aiden memang seorang Presdir yang tak seharusnya turun langsung untuk mengurusi pekerjaan lapangan. Hanya saja hari ini ia sedang bosan berada di kantor induk. Sedari tadi ia hanya mengiyakan perkataan asisten eksekutif periklanannya.

Berkemudi sekitar lima puluh meter membawa mereka ke tempat seperti rumah susun sedarhana.

"Yang ini sajangnim. Papan reklame akan terlihat strategis jika kita memasangnya di atas sana."

Aiden menatap rumah di depannya di balik kaca mata hitamnya.

"Sepertinya boleh juga. Siapa yang tinggal disini?"

"Seorang namja, eumm.. Lee Hyukjae. Kita bisa temui dia sekarang Sajangnim."

Aiden sedikit berfikir, akhirnya ia lebih memilih menyerahkan urusan ini pada asisten eksekutif. Ia sedang malas bernegosiasi hal seperti ini.

"Aku kembali ke kantor, kupercayakan padamu..." Aiden langsung memasuki mobil mewahnya setelah menepuk pelan pundak asisten eksekutifnya.

.

Tak perlu waktu yang lama asisten eksekutif Aiden beserta staff lainnya tiba di Studio tempat Hyukjae bekerja. Mereka tidak bisa menemui Hyukjae saat Hyukjae sudah pulang dari kerja karena Aiden tak suka menunggu.

"Excuse me, bisakah kami berbicara dengan Tuan Lee Hyukjae?" Kebetulan asisten eksekutif Aiden sedang berhadapan langsung dengan PD-nim Hyukjae yang super menyebalkan.

"Bukan Tuan Lee Hyukjae, tapi Hyukjae saja" PD-nim sedikit risih mendengar Hyukjae dipanggil Tuan.

"Kami dari perusahaan ponsel AL Group, saya asisten eksekutif Tuan Aiden Lee"

"AL Group?" PD-nim langsung merubah ekspresi wajahnya dan menjabat tangan asisten Aiden. Wajah PD-nim berseri-seri, wakil dari perusahaan yang merajai Korea Selatan sedang mengunjungi studionya. Ia membawa asisten aiden untuk bertemu Hyukjae di ruang make-up.

Setelah asisten Aiden masuk, semua staff dan model di studio ini berjajar di depan pintu ruang make-up untuk menguping. PD-nim berada paling depan dengan serius mendengarkan pembicaraan antara Hyukjae dengan asisten Aiden walau hanya samar-samar.

"Maaf jangan mencoba meyakinkan aku..." Suara Hyukjae terdengar sedikit jengkel

"Bos anda terpesona? Lantas kenapa? Penawaran itu bisa saja kuterima..." Hyukjae masih berdebat ria di dalam sana. PD-nim yang berada paling depan dengan yakin berasumsi ini soal 'cinta'. Ia yakin yang ia tangkap dari pendengarannya yang terdengar samar-samar adalah Hyukjae yang sedang menolak pernyataan cinta bos besar Aiden Lee yang disampaikan oleh asistennya. Sungguh mereka yang sedang menguping percaya-percaya saja asumsi PD-nim yang sebenarnya sangat salah itu. Yang sebenarnya terjadi di dalam sana adalah negosiasi pemasangan reklame di gedung yang sedang ditinggali Hyukjae.

"Tolonglah Tuan, atas nama Aiden Sajangnim saya mohon..."

"Apa yang perlu dipertimbangkan lagi? Kau sudah dengar keputusanku" Bahkan Hyukjae tak menggunakan bahasa formal.

Mereka para staff Aiden pun keluar lalu memberi id card kantor AL Group pada Hyukjae untuk dihubungi jika Hyukjae berubah fikiran.

"Oh maaf PD-nim aku akan siap dalam dua menit..." Begitu melihat PD-nim di ambang pintu Hyukjae langsung bergegas ingin bersiap tapi dicegah PD-nim.

"Tuan Hyukjae..." Hyukjae mengorek telinganya jika saja ia salah-salah dengar. Tuan? Sejak kapan ia jadi Tuan disini.

"Umm Nyonya Lee..." Masih dengan keterbingungannya ia dikejutkan lagi dengan panggilan Ren barusan. Nyonya Lee? Apa lagi ini.

PD-nim menarik Hyukjae menuju kursi lalu mengintrogasinya. Hyukjae hanya bingung harus menjawab apa karena setiap ia akan menjawab dugaan salah kaprah PD-nimnya para staff malah membuat asumsi-asumsi sendiri yang menyatakan ia telah mencuri hati seorang Aiden Lee.

"Nah, bukan maksudku mencampuri urusan pribadimu Tuan.. ah maksudku Nyonya Lee. Presdir AL Group Aiden Lee menyuruh asistennya untuk menyatakan cintanya. Dia ingin jawaban 'Ya' darimu, kenapa tak kau jawab iya saja?"

"Ah sebenarnya..." Hyukjae sudah akan berdiri tapi ditahan hingga ia terduduk kembali.

"Kenapa kau menolak tawaran baik itu?"

Hyukjae yang sekarang sedang diperlakukan bak ratu oleh PD-nim beserta para staff sedikit berfikir. Jarang-jarang ia diperlakukan seperti ini. Ide jahil muncul dalam benak Hyukjae, kenapa tidak beracting saja seperti yang dikira PD-nim.

"Ah, ya benar... Aku masih ragu tadi, kurasa aku berubah fikiran dan menerimanya saja" Hyukjae mulai mengarang cerita baru tentang hubungannya dengan Aiden yang sebenarnya sama sekali tak ia kenal.

"Yeah... Dengan begitu perusahaan kita bisa jadi terkenal. Nah sekarang telefon kantornya, katakan kau setuju" PD-nim termakan bualan Hyukjae.

.

.

Dua hari setelahnya rumor tentang hubungan Aiden dengan Hyukjae, sang model iklan tersebar luas. Bahkan perusahaan iklan tempat Hyukjae bekerja mendatangkan wartawan dan menceritakan hubungan asmara Hyukjae dengan Aiden.

Tentu saja beberapa awak media lain berbondong-bondong meminta konfirmasi dari Aiden sendiri terkait rumor tersebut. Entah sudah berapa kali telepon kantor Aiden berbunyi. Sungguh membuat kepala Aiden ingin pecah. Ia benar-benar kesal, bagaimana bisa ada seorang namja yang mengaku-ngaku menjadi kekasihnya dan menyebarkannya ke media. Bibir Aiden serasa pegal dari tadi mengkonfirmasi dengan berkali-kali mengatakan itu tidak benar.

"Apakah ada fotoku di artikel?"

"Tidak Tuan. Fotonya pun tak ada"

"Aku ingin menemuinya. Find out!"

Kali ini Aiden benar-benar ingin memberi pelajaran pada namja yang dengan kurang ajarnya menyebarkan rumor sampah itu. Dalam otak Aiden sudah berputar-putar rencana apa yang akan ia lakukan pada namja itu sebagai pelajaran. Ingin sekali ia mencabik-cabik mulut kurang ajar namja bernama Hyukjae itu.

Aiden tersenyum licik saat membayangkan namja bernama Hyukjae itu dibuatnya ketakutan dan memohon-mohon ampun padanya. Lamunannya buyar saat mobilnya berhenti di lampu merah. Matanya menangkap seorang namja manis, benar –benar manis senyumnya begitu menawan. Mata bulat polos namja manis itu terpancar rasa kasih sayang yang besar. Dengan tulus namja manis itu mengusap pelan kepala anak-anak yatim yang akan memasuki gerbang sekolah. Sepertinya anak-anak itu mengalami kesusahan memasuki gerbang karena teras gerbang berupa lubang-lubang drainase yang terbuat dari batang-batang besi. Tekstur lubang-lubang itu menyulitkan anak-anak yatim yang hanya bisa berjalan menggunakan tongkat (lumpuh). Bagaimana mereka bisa menapakan tongkat mereka jika ada lubang-lubang aliran air.

Aiden masih saja memperhatikan apa yang terjadi di seberang jalan sana. Yang ia lihat sekarang namja manis itu menarik pagar lalu dengan hati-hati menaikan anak-anak ke pagar besi dan menyuruh mereka berpegangan. Lalu menggeser pagar ke sisi dalam sekolah sampai mereka berhasil masuk ke sekolah. Sungguh cerdas namja manis itu. Bukan kecerdasan yang membuat Aiden kagum. Ketulusan dan kepedulian namja itu sungguh membuat Aiden jatuh cinta pada pandangan pertama.

.

.

Sampailah Aiden di halaman perusahaan Hyukjae. Ia menyuruh para staffnya menunggu di depan parkiran. Dengan langkah tegas ia mendekati kerumunan, sepertinya sedang ada event. Saat ia sudah berada di belakang namja yang ia yakini bernama Lee Hyukjae ia menepuk pundak namja itu.

"Excuse me..." Seperti gerakan slow motion Hyukjae membalikan badannya lalu tersenyum manis sambil memberi isyarat wait a minute. Hyukjae sedang menerima telefon terpaksa harus mengabaikan sebentar seorang Aiden Lee yang terpaku dengan tampang super bodoh. Ternyata Hyukjae adalah namja yang ia lihat di depan sekolah yayasan panti asuhan tadi. Cinta pandangan pertamanya ternyata adalah orang yang akan ia labrak.

"Ya ada apa?" Hyukjae tidak tahu orang di depannya ini adalah Aiden Lee

"Lee Hyukjae?"

"Ya... Teruskan.."

"Ah, aku.. aku membaca berita di Skandal News.." Aiden bingung dan benar-benar gugup. Hilang sudah rencana-rencana nista yang sudah ia susun. Rencana membuat Hyukjae menyesal mengaku-ngaku sebagai kekasinya. Nyatanya sekarang ia hanya bisa bergumam lirih sambil memandang Hyukjae gugup.

"Oh, jangan Skandal News lagi... Seharian tanda tangan, foto melayani telefon, dan interview. Aku menceritakan kisahku bukan untuk ini. Aiden pasti sangat kesal..."

"Aiden?" Aiden baru saja akan bilang dialah Aiden Lee itu, tapi malah nada kalimat tanya yang keluar dari mulutnya.

"Aiden Lee kekasihku. Sebenarnya kami bertemu di Incheon Airport, lalu dia bilang padaku hai? Dan aku hanya menjawab hai dengan nada cuek. Eh, dia malah memandangiku dan tiba-tiba menyatakan cinta. Lalu aku bilang apa kau gila? Dia tetap memintaku menerimanya, karena kasihan kuterima saja..."

Hyukjae bercerita panjang lebar di depan Aiden, mengarang cerita lebih tepatnya. Aiden hanya mendengarkan seperti orang bodoh, apa yang dibicarakan orang di depannya ini? Bukankah dirinya adalah Aiden.

"Apa kau kesini untuk syuting iklan? Semua orang datang kesini memakai jas sepertimu meminta untuk dijadikan model iklan."

"Sebenarnya aku..."

"Mana nomor ponselmu?" Aiden masih bengong saja.

"Nomor ponsel, aku akan menghubungimu nanti jika ada proyek iklan yang cocok untukmu" Aiden mengangguk saja

"0108xxxxxxx"

"Seperti nomor seseorang... Hum namamu?"

"Aid..."

"Ai?" Hyukjae memasang telinganya

"Lee... ah, Lee Donghae..."

'Jika takdir berkata kau jodohku maka aku ingin kau mencintaiku karena ketulusanku, bukan karena aku seorang Aiden Lee'

.

.

.

TBC

.

.

Ini remake film India kkkk~ Banyak flashbacknya, mungkin alurnya membingungkan. Hyukjae dan Eunhyuk orang yang berbeda ya. Hyukjae hanya muncul di flashback.

Semoga readers suka ^^

Next? Review please ^^

sherlyxiu