Author's Note: Hai, hai, hai, ini fanfic pertama saya loh XD
Alasan saya menulis ini mungkin karena saya mau bikin fanfic persona yang menyangkut pautkan mafia dan sebagainya (kebanyakan baca Katekyoushi Hitman Reborn nih kayaknya), well, enjoy the story, map kalo bahasanya cacad dan amburadul XD
Disclaimer: Saya tidak mengclaim Persona, Persona punya Atlus :D
"Selamat datang di Velvet Room." Seseorang yang berhidung panjang menyapaku dengan sopan, kedua tangannya menggenggam sebuah tongkat yang menutupi mulutnya yang sekarang sedang menyengir lebar.
"Namaku Igor, aku adalah salah satu 'Residence' di velvet room." Igor memperkenalkan dirinya, dan masih menyengir lebar, "Sudah sangat lama aku menanti seorang tamu, bolehkah aku mengetahui namamu?"
"Namaku?" Aku berpikir sejenak, tapi tidak ada hasilnya, yang ada kepalaku malah jadi pening, aku menjawabnya dengan terbata-bata, "Namaku… Aku tidak tahu."
Beneran, sumpah mati aku tidak tahu siapa diriku, bahkan namaku saja tidak.
"Begitu?" Igor bertanya lagi, dia tertawa kecil, "Tamu sepertimu sangatlah langka, kau tahu? Kau bahkan tidak tahu siapa dirimu? Menakjubkan!" Igor menyengir lebih lebar lagi.
"Aku ada dimana? Apakah ini mimpi?" Aku bertanya, aku masih bingung apakah ini realita atau fantasiku sendiri.
Aku sekarang sedang duduk di Sofa biru yang tidak terlalu empuk, di dinding ruangan ini, penuh cermin yang tidak mempunyai bayangan Igor, ataupun bayanganku, hm, sungguh aneh.
"Benar, kau sekarang masih ada di dalam mimpi, tapi itu awal yang bagus," Igor mengangguk, "Ah, benar, aku lupa mengatakan ini, tapi aku mempunyai seorang asisten, tapi sepertinya dia belum datang."
"Apakah kau percaya dengan 'Fortune Telling'?" Igor bertanya lagi, matanya tertuju kepadaku, seakan-akan dia berkata 'jawablah dengan iya atau mati' aku dan mukaku yang polos menjawab dengan sopan, mungkin kalau tidak sopan akan dibunuh sekarang.
"Tidak."
"Bagus." Igor tertawa kecil, "Aku juga tidak, tapi ini harus diketahui oleh setiap tamu dari Velvet Room." Igor tertawa, lalu dia mengangkat tangannya ke udara, dari tangannya terlihat kartu tarot, dia menggerakkan tangannya dan membuat segi Hexagonal.
Dari setiap seginya, terpampang satu kartu tarot, Igor lalu menggerakkan tangannya ke bawah, dan kartu tarot mendarat di meja yang ada di depan Igor dengan keadaan tertutup, mataku terbelalak dengan apa yang aku saksikan sekarang, apakah ini semacam sulap?
"Ah… Aku bisa merasakan kalau semua kartu ini kosong." Igor menutup matanya, lalu sebuah kartu muncul dari tengah-tengah meja, Igor lalu mengangkatnya ke udara, "Bahkan akupun tidak bisa mengubah nasibmu." Igor tersenyum, "Until next time." Igor menyengir dan seluruh ruangan mulai diselubungi kegelapan.
-x-x-x-x-x-
Cerita ini terjadi di masa lalu, di masa yang akan datang, atau di suatu tempat di dunia yang kita tinggali, disaat manusia meratap ke angkasa, berharap untuk yang ke 444 kalinya kepada dewa kematian untuk mengambil nyawa mereka, dan 1313 kali kepada dewa yang tidak adil kepada mereka, 666 kali kepada iblis untuk dijadikan budak mereka, dan 3333 kali kepada Dewi anugrah, dan 1 kali kepada sang pembawa kebenaran, cerita ini bernama…
'Reverse'
Cerita dimulai dengan seorang laki-laki yang dianugerahkan dengan kekuatan magis dan mistis, tapi tidak ada yang percaya, mereka tetap sibuk menyembah dewa-dewa mereka.
Akhirnya, ada seseorang yang berdoa kepadanya, dia berdoa untuk menghancurkan dunia dan membuat dunia yang baru.
Dikabulkanlah permintaannya, sang pembawa kebenaran itu mengubah semua manusia menjadi binatang, mengubah semua daratan kering menjadi hutan yang rindang, dan air yang keruh dan tercemar menjadi lautan air sungai dan laut yang bening dan jernih, semua bangunan diubah menjadi gunung, dan dunia kembali ke titik awal peradaban manusia.
Lalu sang pembawa kebenaran itu membuat 2 manusia, satu laki-laki, dan satu perempuan, merekapun mempunyai banyak keturunan, dan setiap 7777 keturunan, keturunan manusia itu akan melahirkan seorang bayi dengan kemampuan spesial, yang bernama;
'Persona'
Sebuah kemampuan untuk mengendalikan 'sayap' yang tersimpan di tubuhnya, yang membuatnya bisa mengendalikan 'sayap' mereka, dan terbang ke langit biru tiada batas, dan juga jatuh dari ketinggian tak terbatas.
-x-x-x-x-x-
Aku terbangun di sebuah ranjang di rumah sakit, mataku banyak beleknya, aku mengusapnya dengan tanganku, tapi ini dimana ya? Ini tidak seperti di velvet room, bahkan tidak seperti apa yang pernah kulihat sebelumnya.
Seorang suster memalingkan wajahnya kepadaku, aku melambaikan tanganku dan tersenyum, suster itu masih muda dan cantik, benar-benar menggemaskan.
Suster itu malah kaget dan keluar melewati pintu berwarna abu-abu, suara teriakan suster itu terdengar dari luar, aku kembali merebah di kasur, pura-pura tidur, akhirnya suster itu kembali membawa banyak dokter dan suster lainnya, muka panik terlihat di suster yang melihatku tadi.
"Tuh kan, apa yang aku bilang, kamu pasti berhalusinasi." Salah satu dokter akhirnya menenangkan suster itu, "Dia kan sudah mati, tidak mungkin dia masih hidup." Seorang dokter ikut menenangkan suster itu yang masih panik.
"Ciluk Baa." Akupun loncat dari tempat tidurku, semua dokter dan suster yang melihatku langsung berteriak layaknya perempuan…
"SETAAAAAN!" Mereka berteriak dan menghajarku tanpa ampun.
-x-x-x-x-x-
"Jadi begitu ya?" Aku berpikir sejenak, kepalaku penuh dengan benjolan-benjolan yang besar, "Hm… Nama… Nama…" Aku bergumam, semua dokter dan suster yang ada di ruangan itu merasa sangat tegang untuk mendengar namaku, sangat pentingkah namaku ini? Sebelumnya seorang suster menanyakan namaku sih… Jadi mereka memaksaku menentukan nama...
"Bagaimana kalau Aoi Tatsuya?" Aku mulai bertanya, dokter dan suter yang ada disitu langsung mengangguk setuju, kalau begitu itu adalah namaku sekarang ya?
"Oh iya, kau akan diadopsi oleh perempuan ini." Dokter itu menunjuk ke arah seorang perempuan dengan seragam sailor ditambah dengan sabuk yang sepertinya gabungan dari sabuk dan sarung pedang, dia juga memakai baju lengan panjang hitam yang ketat, rambutnya yang pirang dikuncir dua tampak imut dimataku, "Namanya Sakura Ichijou, dia akan menjadi kakakmu."
"B-Benarkah!" Aku langsung melompat dari tempat tidurku, dan memeluk Sakura sambil menangis di pundak perempuan itu, tapi aku tidak bisa menahan tangisan ini, aku sekarang sudah punya keluarga, aku senang sekali dokter-dokter dan suster-suster ini peduli padaku sampai seperti ini, hiks.
Katanya aku salah satu korban yang selamat dari insiden yang bernama Apostcalypstic, Apostcalypstic, nama yang aneh, aku bingung apa sih yang mereka makan? Aku jadi mau satu…
"Sudah dong Tatsuya, jangan menangis." Dia mengelap air mataku dengan tissue, senyumnya yang cerah dan hangat memmbuat hatiku meleleh, "Aku akan jadi kakakmu mulai sekarang, ayo kepak barang-barangmu dan ikut aku." Dia segera menyerahkan sebuah koper berwarna coklat padaku.
"A-ah, maaf, terima kasih banyak Sakura-san!" Aku membungkuk, Sakura hanya bisa tersenyum, aku segera memalak uang dari suster dan dokter yang ada disana, mereka tanpa pamrih langsung memberiku uang.
-x-x-x-x-x-
Limousine yang aku tumpangi, mengerem di sebuah kuburan, dan di tengah kuburan itu terdapat sebuah rumah yang besar, pintu Limousine itu terbuka, dan aku terbelalak melihat pemandangan mengerikan ini membuatku merasa heran.
"Kau kaget?" Tanya Sakura yang baru saja keluar dari Limousine dengan tangan disilangkan di dadanya.
"Ini kuburan keluarga?" Tanyaku sambil menoleh ke arah Sakura.
"Itu benar." Sakura lalu berjalan menuju pagar pintu gerbang rumahnya, dan membelah borgol yang ada di tengah gerbang dengan pedang yang sarungnya disatukan dengan ikat pinggangnya, membuat gerbang itu runtuh, "Ayo." Sakura menghilang di kejauhan.
Aku mengangguk dengan ragu, dengan muka pucat, dia berjalan masuk ke dalam gerbang menuju rumahku yang baru, atau bisa dibilang kuburanku.
-x-x-x-x-x-
"Kau yakin ini bukan rumah setan?" Tanyaku dengan muka pucat pasih, kepalaku terus melirik kesana kemari, mencari tanda-tanda hantu yang akan menyerangku dalam hitungan detik, belum pernah aku setakut ini.
"Jelas bukan." Jawab Sakura mengelurakan pedang dari sarungnya dan mengarahkan ujung pedangnya ke depan mata kiri Tatsuya, "Ini rumah keluarga mafia, keluargaku."
"Eh?" Aku bengong.
"Sudahlah, sini, kukenalkan dengan teman-teman satu asramamu." Sakura berjalan ke sebuah pintu besar, dan dibukanya pintu itu.
Di balik pintu, terdapat taman bunga yang dihembuskan angin malam yang sejuk, dan di tengah-tengah taman bunga itu terdapat satu buah gedung 3 tingkat yang sangat besar, bangunan asrama yang dicat hitam itu memantulkan sinar bulan yang cerah.
"Ayo masuk." Sakura mengajakku, dia mencengkeram kerah kemejaku yang baru aku beli dengan uang dari para dokter dan suster yang baru saja aku palak.
-x-x-x-x-x-
Saat aku memasuki pintu ada 2 orang yang sedang duduk di sofa berwarna merah, seorang wanita dengan celana jins biru ketat dan memakai jas putih lengan panjang untuk dokter sedang mengetik sesuatu di komputernya, dan satu orang lagi adalah laki-laki yang sebaya denganku sedang duduk membaca sebuah novel misteri, kedua orang itu terlihat sangat serius, perempuan itu pakaiannya aneh.
"Hei!" Laki-laki itu menyapaku, badannya yang sedikit lebih tinggi berada di hadapanku, lalu dia menggapai tanganku, ugh, genggaman tangannya kuat sekali, tangannya juga keras dan kasar, "Namaku Hayate Ibarashi, senang bertemu denganmu!"
"N-namaku Tatsuya." Aku terbata-bata, maklum, tanganku masih sakit nih, ouch.
"Hm?" Perempuan dengan pakaian aneh itu menoleh kearahku, semakin dekat, semakin dekat, jantungku berdegub sangat kencang, akhirnya dia sampai di depan mukaku, aku tidak mengira dia begitu imut, hidungnya yang kecil tidak tertahankan…
"A-aku Tatsuya, Aoi Tatsuya, salam kenal." Aku menyapa seramah mungkin, wajahku yang merah tersipu malu serasi dengan wajah merah perempuan itu, kami berdua berpapasan layaknya sedang kencan, wah, dia memang imut.
"A-aku Fuyuta Yuki," Dia berhenti sejenak, lalu mendekat ke arah telingaku, dan membisikkan sesuatu, "Maukah kau menjadikanku budakmu, kau tipe master idamanku." Dia lalu berkedip dan segera memberikan kode nomor kamarnya, lalu dia pergi ke lantai atas dan terdengar suara menutup pintu.
"H-hei, apa maksudny-" Belum sempat aku berbicara, Sakura menepuk pundakku, dia lalu menggelengkan kepalanya.
"Biarkan saja, dia memang seperti itu." Dia mulai bercerita, aku mengangguk lemah.
Mukaku yang masih merah seperti tomat ditertawakan oleh Hayate, aku menonjoknya dimuka dan dia menonjokku lagi, sepertinya ini tidak akan berhenti, tapi spertinya Hayate menyukainya, aku segera dipisahkan oleh Sakura, dan dia menunjukkan kamarku.
-x-x-x-x-x-
Kamarku yang baru sangatlah besar, dengan satu spring bed berukuran king size dengan 2 bantal berwarna putih, satu meja belajar di pojok ruangan, satu flat screen Tv di dinding depan tempat tidurku dan satu jam dinding menggantung di atas tempat tidurku, kamar ini nyaman sekali, air conditionerpun ada.
Aku segera meletakkan barang-barangku di dekat lemari yang ternyata ada di balik sebuah pintu di dekat tempat tidurku, dan langsung melemparkan diriku sendiri ke tempat tidur dan berusaha untuk mencari posisi senyaman mungkin, setelah itu, akhirnya aku terlelap.
-x-x-x-x-x-
Hm, dimana ini? Aku bertanya-tanya, di sekelilingku hanya ada kegelapan, tunggu, ada cahaya di kejauhan, aku akan menghampirinya, mungkin itu jalan keluarku dari sini.
Aku mulai berlari, lebih kencang, dan lebih kencang lagi, tapi sepertinya tidak bisa kujangkau, biarpun aku mencoba meraihnya sekuat tenaga, yang ada hanyalah aku yang terjatuh, memang sih ini memalukan, apalagi aku jatuh dengan kepalaku duluan, untung tidak ada yang melihat.
"Sedang apa kau?" Aku menoleh keatas, seorang bocah kecil yang lebih muda dariku, berdiri disana, rambutnya yang putih keperakan seakan-akan menyala di kegelapan.
"Siapa kau?" Aku bertanya dengan keadaan masih terjerembab, bocah itu menjulurkan tanganku, baik sekali dia, aku segera menggapai tangannya dan berdiri lagi.
"Namaku… True Eye," Dia berhenti sejenak, "Aku adalah belahan hatimu yang akan membimbingmu ke kebaikan." Dia menghela napas, "Aku tidak mempunyai nama yang pasti, tapi kau boleh menamaiku sesuka hatimu kalau mau." Dia menjelaskan panjang lebar.
"Dan namaku Vanity Eye." Seorang laki-laki berpakaian pelayan tiba-tiba ada di belakangku, senyum picik terlihat di wajahnya, "Kau juga boleh menamaiku sesukamu, master." Dia membungkuk layaknya pelayan, "Aku akan menuntunmu ke jalan kejahatan." Dia berdiri tegap lagi.
Hm… Nama untuk mereka berdua? Ini akan susah, hm… Ah, sudah kuputuskan, "True eye." Dia menoleh, "Namamu adalah Rofocale." Dia mengangguk.
"Jika itu nama yang kau berikan, maka kau boleh memanggilku begitu." Dia lalu menghilang, "Panggil aku jika kau memerlukan bantuanku."
"Dan namamu adalah Lucifuge, Vanity Eye." Dia membungkuk, aku berusaha menamainya sekeren mungkin, diakan akan jadi pelayanku.
"Baiklah master, sesuai yang kau inginkan." Dia lalu menghilang, perlahan-lahan, cahaya yang nampaknya jauh, mulai menyelimuti seluruh ruangan.
-x-x-x-x-x-
Aku terbangun dari tidurku, semuanya sudah kembali normal, aku mengecek jam dindingku, aku ternyata bangun terlalu pagi, ini masih jam setengah enam, kau pasti tidak akan percaya kalau mimpiku terasa lebih lama dari itu.
Aku segera mandi dan berpakaian sekolah, aku langsung turun kebawah dan membuat kopi, kulihat televisi yang masih menyala, Sakura sedang menonton sebuah berita tentang burung yang tersengat tiang listrik, menurutku itu tidak berguna, mungkin kalau itu burung phoenix aku akan tertarik, aku lalu minum segelas ko-.
"Hm, Phoenix yang tersengat tiang listrik? Ada-ada saja." Sakura mulai bergumam, aku menyemburkan kopiku dengan isinya, ternyata itu memang burung phoenix, palingan hoax, "Kau sudah bangun Tatsuya?" Dia berpaling ke arahku, "Boleh aku minta kopinya?"
Aku segera membawakan dua cangkir berisi kopi, aku memberikan nya ke Sakura, dia menyeruput sedikit, "Enak." Dia tersenyum kecil, lalu kembali menonton berita, sekarang beritanya berjudul 'Siapa yang mencuri kueku?'
"Satu lagi berita aneh ya?" Seseorang turun dari tangga, ternyata hanya Hayate yang sedang menguap, "Wazzup guys?" Dia bertanya dengan muka ngantuknya yang sama sekali nggak keren.
"Sudah waktunya pergi ke sekolah kan?" Fuyuta yang baru saja turun dari tangga dengan tasnya di tangan kanan segera menuju pintu keluar asrama, "Ayo, sebentar lagi ada seleksi pemimpin."
"Haha, benar juga ya, aku ingin lihat siapa yang akan memimpin dorm kita sekarang." Hayate menyengir lebar layaknya kuda, "Aku harap sih, tuan muda Hayate Ibarashi ini, wahahaha." Dia tertawa keras, aku terheran-heran dengan si Hayate.
"Sudahlah, ayo kita ke sekolah." Fuyuta, Sakura, Hayate, dan aku keluar dari dorm dan bercerita tentang denah, fakultas, keuntungan, dan kerugian sekolah ini, ternyata ini sekolah untuk mafia yang ada di bawah tanah, pantas saja aku tidak pernah mendengar sekolah ini.
Seragamnya juga aneh, laki-laki memakai Tuxedo hitam, celana hitam panjang, dan dasi merah panjang, sedangkan perempuannya memakai seragam putih lengan pendek atau panjang, dengan rok pendek seperti seragam sailor.
-x-x-x-x-x-
Kami akhirnya sampai di gerbang sekolah, terlihat seperti sekolah biasa, bangunannya juga biasa saja seperti sekolah lain, kami melewati semua kelas ke sebuah pintu bertuliskan 'Tangga darurat yang sudah rusak, pakailah yang di sebelah kiri.' Kami lalu masuk ke pintu itu dan ternyata didalamnya ada lift, benar-benar mengejutkan.
"Bagaimana perasaanmu Tatsuya?" Sakura bertanya dengan senyuman tipis, "Berdebar-debar? Pusing? Senang? Takut?" Dia menyanyai perasaanku secara bertubi-tubi, ini benar-benar tidak bagus, sebenarnya aku sangat takut, hii.
Lift itu terbuka dan menunjukan sebuah lorong yang diterangi chandelier, terlihat beberapa orang siswa dan siswi yang sedang ngobrol, seorang perempuan sedang mengejar seseorang, pakaian perempuan itu lain, dia memakai satu set baju olahraga untuk putri, ada lagi orang yang membagikan tisu gratis, ada yang lari dikejar-kejar perempuan, ada yang disuruh membeli roti dalam waktu lima menit, ternyata ini seperti sekolah biasa ya?
(A/N: Nggaak terlihat kayak sekolah biasa tuh buat gw XP)
-x-x-x-x-x-
Aku akhirnya masuk ke dalam kelas, kelasnya hanya mempunyai 16 bangku, ternyata sedikit sekali orang-orang yang masuk ke sekolah ini, tapi masuk akal juga sih, inikan sekolah untuk mafia.
Aku diperkenalkan oleh guruku, seorang perempuan berbaju hitam lengan panjang yang ketat, rok ketat hitamnya memperlihatkan garis tubuh bagian bawahnya, dia memakai sepatu dengan hak lancip yang tinggi, rambutnya yang panjang ditutupi dengan topi layaknya seorang jendral perempuan.
"Mohon perhatiannya." Dia mulai berbicara, "Hari ini kita mempunyai teman baru, namanya adalah Aoi Tatsuya." Dia berhenti sejanak, "Dia akan menjadi kandidat ketiga untuk membuat keluarga mafianya sendiri, sekarang pilih 3 orang untuk menjadi anggota keluargamu dari selebaran ini." Dia menyerahkan setumpuk kertas berisikan nama senior, junior, dan teman-teman seangkatan, kenapa bisa jadi begini?
Hm… Siapa yang harus aku pilih, nama-nama ini kedengarannya kuat, tapi aku sudah memutuskannya, "Aku memilih, Sakura Ichijou, Hayate Ibarashi, dan Fuyuta Yuki dari kelas ini." Aku mulai bersuara, sedikit tegang karena aku tidak tahu siapa yang harus aku pilih.
"Oho, kau mempunyai mata yang bagus, mereka bertiga mempunyai potensial yang sangat tinggi untuk pemula," Guru perempuan itu tersenyum, "Nah, mari kita ke ruang simulasi pertarungan." Semua murid yang ada disitu termasuk anggota keluarga mafiaku segera keluar dari kelas ini, aku ditarik oleh guruku entah kemana.
(To-Be-Continued)
Author's Note: Ya, ya, saya tau cerita ini agak-agak payah bahasanya, habisnya saya nggak pernah bikin fanfic sih T^T, tapi pas udah bikin cerita rasanya enak ya XD
Kalau mau review silahkan, saya butuh kritik dan saran dari pembaca, flame juga nggak papa kok XD
