Naruto sempat mengagumi Sasuke. Uzumaki Naruto yang manja sempat menyukai Uchiha Sasuke yang pendiam. Naruto sempat hampir menyatakan cintanya pada Sasuke. Naruto sempat menulis nama Sasuke pada mejanya dan kemudian dimarahi oleh Guru Iruka. Sasuke sempat hampir pingsan karena bertemu dengan Sasuke di toilet ketika ia sedang buang air kecil. Naruto pernah berbicara dengan Sasuke, dan tidak lama setelah Sasuke pergi, ia pingsan. Naruto sempat menangis karena mantan kekasih Sasuke yang masih menyukainya, adalah teman sekelasnya. Naruto sempat masuk UKS karena Sasuke tersenyum padanya.

Tetapi itu dulu, karena kini, Naruto sudah move on.

"Well, aku dengar seseorang sudah move on dari Sasuke." celetuk Kiba. Ia dan beberapa temannya, juga Naruto sedang makan siang di kantin sekolah. Keberuntungan untuk mereka karena mendapatkan meja yang kosong.

Naruto mengaduk jusnya dan menatap Kiba, "Aku memang sudah move on, kenapa?" Kiba mengangkat sebelah alisnya dengan seringaian, "Wow, begitu, ya? Sayangnya, aku tidak berbicara padamu, Uzumaki."

"Aku juga tidak berbicara padamu, Inuzuka."

Gaara yang berada di tengah Kiba dan Naruto menarik rambut keduanya, "Kalian, bisakah kalian diam untuk beberapa jam, atau menit saja? Aku tidak bisa makan jika kalian berdebat terus dari tadi."

"Aww, kau benar-benar agresif. Aku kasihan pada Neji jika kalian berdua menikah. Aku pikir, posisi woman on top adalah posisi favorit kalian nantinya." Gaara semakin menguatkan tarikannya pada rambut Kiba, "Nona Nara–"

"Well, aku pria."

"Ya, maksudku, Tuan Nara, aku menarik rambut kalian bukan berarti aku agresif, itu yang pertama. Kedua, aku dan Neji tidak ada apa-apa–"

"Belum," Kiba melepaskan cengkraman tangan Gaara pada rambutnya, "mungkin maksudmu adalah, belum."

Chouji, salah satu teman dari Naruto, menusuk-nusuk hidung Gaara yang membuatnya terganggu, "Apa?!"

"Um, aku hanya ingin mengatakan, jika aku kasihan pada Naruto saat ini."

Ya, ini adalah saatnya untuk mengasihani Naruto. Lihatlah betapa malangnya. Rambutnya yang ditarik oleh Gaara, posisinya yang hampir jatuh dari kursi, matanya yang hampir keluar mengalahkan mata Lee, dan mulutnya yang terbuka lebar. Sungguh Naruto yang malang.

"Naruto!"

...

Astaga.

Sekali lagi, Naruto memang benar-benar malang hari ini. Baru saja ia keluar dari UKS karena tadi siang ia pingsan dan akan kembali ke kelasnya, Guru Iruka, yang menganggap Naruto sebagai murid–pembantu– kesayangannya, menyuruhnya untuk memberikan setumpuk kertas pada ketua kelas di kelas sebelah. Sebenarnya tidak ada yang salah karena Naruto memang akan melewati kelas itu. Namun yang salah adalah, ketua kelasnya.

Ketua kelasnya adalah Sasuke, Uchiha Sasuke, Sasukecap, Uchiha no Ayam atau apapun itu.

Dengan langkah yang lemas, Naruto berjalan menuju ke arah kelasnya. Kepalanya ia tundukkan.

Naruto mengatakan ia sudah move on dari Sasuke. Karena menurutnya jantungnya sudah tidak berdegup kencang saat melihat, bertemu atau berselisih arah dengan Sasuke. Namun tetap saja, ia tidak bisa menatap lurus pada Sasuke. Senyumnya juga tak bisa ditahan jika ia melihat Uchiha itu.

Bayang-bayang mengenai Sasuke kandas begitu saja ketika ia menabrak seseorang.

Ia terjatuh, dan orang yang menabraknya–atau ditabraknya– menahan tubuhnya, persis seperti salah satu adegan di drama yang sering Naruto tonton. Dan bayangan Sasuke berganti menjadi... wujud aslinya.

Dengan segera Naruto menyingkirkan lengan Sasuke yang menahan tubuhnya, membuat ia benar-benar jatuh, "Aww!"

"Hei, kau tak apa?" suara berat Sasuke memenuhi pendengarannya. Naruto berdiri dengan terburu-buru hingga beberapa kertasnya jatuh. Masih terburu-buru, Naruto mengambil kembali kertas-kertas itu dan tidak sadar jika Sasuke tengah membantunya.

Ketika hendak mengambil kertas terakhir yang berada di lantai, Naruto merasakan sebuah tangan besar menggenggamnya.

Oh, shit. Umpatan yang tidak seharusnya diucapkan Naruto walaupun dalam hati karena Papa Minato melarangnya.

"Kau tidak–"

"Ya, aku tidak apa."

Naruto mengumpat dalam hati karena tidak bisa mengontrol suaranya sendiri. Suaranya tadi benar-benar terdengar seperti wanita. Jika Sasuke tidak masih berdiri di sana sambil menatapnya, mungkin ia sudah berteriakan kesetanan.

Oh, tunggu. Sasuke menatapnya. Tersirat jelas dari matanya jika ia mengkhawatirkan Naruto. Tidak, jangan sekarang, ja–

"Naruto, kau mimisan!"

Naruto tidak merespon pekikan Sasuke yang bahkan sudah menariknya kembali ke UKS. Ia terkejut. Tentu. Siapa yang tidak terkejut ketika melihat gebetanmu mengkhawatirkanmu, memanggil namamu (Naruto bahkan tidak tahu darimana Sasuke mengetahui namanya), dan memegang tanganmu.

Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan bagi–jantung–Naruto.

THE END

.

.

.

WAIT!

"Aku tidak mengerti mengapa kau tiba-tiba mimisan seperti itu." Sasuke berujar sambil memijat tengkuk Naruto.

Sedangkan Naruto sendiri hanya diam dan memegang hidungnya. Wajahnya yang sedari tadi memerah menjadi bertambah merah.

"Kau sakit?" tanya Sasuke. Ia memegang dahi Naruto dengan punggung tangannya yang bebas.

Naruto yang dapat merasakan kedua tangan Sasuke memegangnya merasa dirinya berada di ambang batas. Semua yang ia lihat tampak berputar. Kemudian menggelap. Dan ia tidak tahu apa-apa lagi kecuali teriakan Sasuke yang tepat berada di samping telinganya.

"Astaga!"

THE END

.

.

.

Walaupun ini hanya berupa ff republish dengan cast berbeda dan beberapa tambahan, aku tetep berharap tanggapannya seperti di ff aslinya :)

Btw, kalau ada yang belum sempet aku ganti bilang aja ya :)