Jungkook tersentak lalu diam, perasaannya hanyut oleh derasnya air hujan yang membasahi Seoul sore ini. Tidak jauh beberapa meter didepannya, ada sesosok lelaki dengan payung hitam yang hingga kini masih menjadi poros utamanya dalam berpendar didalam alam semesta.

Langkah Jungkook terhenti, lelaki didepannya masih tidak menyadari keberadaannya yang memang masih agak jauh itu. Lelaki itu terlalu serius menatap lurus kearah depan sambil sesekali mendongakkan kepalanya kearah langit menatap tetesan hujan yang jatuh membasahi tanah didepan Kampus mereka lalu beralih ke payung hitam yang Ia pegang.

Namanya, Kim Taehyung.

Katakan, jika Ia terlalu berlebihan. Tetapi begitulah Cinta. Membuat si perasa hilang kendali, senang dan sedih disaat yang terkadang hampir bersamaan.

Kim Taehyung itu lelaki tampan dari fakultas Bisnis, hidungnya mancung,kulitnya tan,badannya tegap dan yang paling membahayakan dirinya itu pendiam. Dirinya hanya akan berbicara sedikit itupun jika memang harus.

Tipikal orang yang lebih suka banyak pertindak dari pada berbicara. Dan itulah hal yang membuat Jungkook jatuh Cinta padanya.

Dengan memantapkan hatinya, Jungkook perlahan berjalan maju tepat disamping lelaki itu. Taehyung menoleh, wajahnya datar. Jungkook yang merasa diperhatikan ikut menoleh kearahnya. Gugup,dalam hati Jungkook merutuki degup jantung yang tiba-tiba berdetak tak karuan hanya karena ditatap oleh sak penguasa hati.

Sitampan tersenyum kecil, sedangkan Jungkook membalasnya dengan senyum kaku. Wajahnya menyiratkan rasa gugup yang kentara. Jarinya bertautan gugup.

"Sudah selesai?" Taehyung memandang Jungkook yang hanya mengangguk kecil seraya melemparkan pandangan kearah depan. Memandang sendu hujan yang kini memerangkap keduanya.

"Ayo, ku antar.. " Tatapan Taehyung beralih kearah yang sedang Jungkook tatap. Sebuah pohon besar di ujung jalan fakultas Seni dan Budaya. Jungkook, mendengarnya dengan pasti, tentu saja. Walau gemerisik hujan sangat berisik tapi Ia mendengarnya.

Dia menggeleng sedikit sebagai jawaban, lalu berseru. "Bagaimana dengan kekasihmu nanti, Tae? " Tanyanya, matanya menatap Taehyung dengan sedikit menaikan alis sebelah kanannya.

Tatapan Taehyung berubah menjadi datar.

Yeah, semakin datar.

"Sudah pulang.. "Jawabnya tanpa menoleh kearah Jungkook.

Jungkook menoleh kearahnya, matanya berbinar. Tidak munafik, mendengar itu membuat Jungkook setidaknya merasa bahwa disini hanya ada mereka berdua.

Hanya ada Dia dan Taehyung-nya.

Katakan bahwa ini adalah hal hina, tapi Jungkook memang menyukai-tidak. lebih tepatnya mencintai pria milik orang lain.

"Mau pulang bersama? Aku antar sampai depan pintu flat... "Taehyung mengalihkan atensi kearah Jungkook kembali. Yang ditatap mengangguk sebagai jawaban. Sedangkan Pangerannya hanya tersenyum sambil mengusap kecil Puncak kepala simanis.

Katakan, Jungkook itu lelaki tidak tahu diri yang menyukai Pria yang sudah memiliki kekasih. Tapi, kalian semua bahkan tahu bukan. Bahwa Cinta itu tidak memiliki tujuan dimana Ia ingin berlabuh.

Dua tahun adalah waktu yang sungguh cukup untuk Jungkook menahan hasratnya mengenal lebih dekat lelaki tersebut.

Hingga diwaktu itu sebulan yang lalu, dikeadaan yang sama. Hujan turun diakhir agustus dengan deras. Ia yang tidak memiliki persiapan untuk melawan derasnya hujan kala itu apalagi dengan setumpuk berkas materi didalam tasnya. Jadi dia hanya terduduk diam didepan lobby kampus memandang langit yang menjatuhkan air hujan dengan bertubi-tubi.

Bersyukur jika memang nanti ada yang menawarkan tumpangan hingga halte depan kampus, dia akan sangat berterima Kasih.

Hingga, Orang yang selama ini Ia sukai sekaligus Ia hindari yang menawarkan tumpangan itu. Awalnya ingin menolak, tetapi Jungkook juga ingin cepat pulang dan tertidur didalam selimut hangatnya. Jadi dengan terpaksa Ia membiarkan tangan Taehyung melingkari punggungnya,bahu bertabrakan dan satu payung sampai didepan halte bis tempat biasa Ia menunggu bis.

Awalnya Jungkook pikir, Taehyung akan lupa esoknya tetapi yang terjadi adalah Taehyung yang tersenyum kecil dengannya dilorong kampus saat mereka berpapasan didepan perpustakaan. Jungkook pikir dirinya hanya berhalusinasi.

Tapi tidak untuk keesokan harinya lalu berlanjut sore harinya hingga hari ini.

Jungkook menatap Taehyung yang terdiam, memandang kearah depan jalan bus mereka. Tatapannya tajam. Membuat siapapun yang melihatnya seakan terhipnotis.

"Jika menatap terus, nanti lama kelamaan wajahku berlubang.. "Taehyung berseru, matanya melirik kesana kemari. Seperti tak berani menatap Jungkook.

Apakah, dia gugup?

Jungkook tersenyum kecil. Sembari mengucapkan maaf yang lirih.

Lalu kembali hening.

Saat ini mereka tepat berada didepan pintu flat milik Jungkook, Taehyung serius saat berkata akan mengantarnya sampai didepan pintu flatnya.

"Terima Kasih, Taehyung.. "Serunya, mereka sama-sama saling menatap. Tidak canggung tapi terlihat sekali jarak yang mereka buat. Taehyung mengangguk sekilas. Matanya menatap pintu putih milik flat Jungkook.

Jungkook ikut menatap apa yang Taehyung tatap. Dengan sedikit berfikir Jungkook berkata. "Aku punya beberapa bungkus coklat panas, jika kamu sudi untuk mampir.. Aku bisa membuatkannya untukmu.. Hitung-hitung tanda terima Kasih.. "Katanya lagi, dan tanpa untuk ditawari dua kali Taehyung tersenyum kecil sambil mengangguk.

Entah siapa yang memulai, yang awalnya hanya ingin menikmati coklat panas didalam ruangan hangat malah menjadi kegiatan panas yang tak terkendali dikamar milik Jungkook.

Jungkook yang hendak berjalan kearah dapur flatnya,berbalik menghadap Taehyung saat dengan kilatnya bibir milik Taehyung meraup ranum merah delimanya rakus.

Terdiam, kaget. Tentu saja namun tak lama membalasnya.

"Eunghhh, Taehhh... " Jungkook mengeram seksih,Taehyung masih dengan nakal menusuk penisnya tanpa ampun membuat Jungkook semacam terbang menikmati masanya.

Tangannya kanannya dengan erat mencekram tengkuk Taehyung yang masih bermain didaerah dada miliknya. Sedangkan tangan kirinya meremas sperai merahnnya yang sudah tak beraturan.

Taehyunh terengah,namun sama sekali tidak ingin berhenti mengejar nikmatnya. Terlihat sekali dari sorot matanya bahwa dia menikmatinya bahkan matanya memerah menahan hasrat yang mengebu-gebu.

Lain hal Jungkook yang terengah dengan cara yang sangat manis,wajahnya basah oleh keringat dan beberapa bekas air mata dipipinya. Membuat Taehyung makin kalang kabut menahan hormonnya.

Katakan mereka gila,namun mereka menikmatinya hingga rasanya ingin terus sampai mampus.

"Jung...eughhh... aku mau.."Kata Taehyung disela, tumbukannya. Simanis hanya mengangguk sekali.

Hingga tak lama keduanya berhasil mencapai organsme bersama.

Taehyung ambruk sedangkan Jungkook terengah,matanya tertutup. Ada perasaan sesak didadanya.

Taehyung meraihnya, membawanya kedalam pelukan sambil sesekali mengecup puncaknya.

Dan tanpa disadari tangisnya pecah.

"Apa kamu menyesal?"Tanya Taehyung menatapnya tajam. Jungkook balas menatap dengan air mata yang masih mengalir.

Menggeleng kecil.

"P-pacarmu.. hiksss.." Jungkook bersuara,sendu sekali.

Taehyung terdiam,melepaskan pelukan mereka.

Matanya menatap langit-langit kamar Jungkook.

"Dengarkan, baik-baik Jeon... Aku mungkin hanya mengatakannya sekali.."Ujarnya, jadi Jungkook menatapnya dan meredam isak tangisnya.

"Mungkin akan terdengar brengsek,aku memang memiliki kekasih.. Kami juga berfikir untuk menikah secepatnya setelah aku lulus nanti.. Kami sudah merancang masa depan,walau lebih banyak dia yang berbicara tentang hal itu... Aku setuju.."Kini pandangannya kembali ke pemuda manis yang masih dengan tulus mendengarkan penuturannya sambil terisak terus menerus.

"Tapi... itu dulu sebelum aku bertemu denganmu.. Hanya karena hujan hanya karena kamu yang tidak membawa payung, hanya karena aku dan kamu berdiri menunggu bus di halte yang sama,dan hanya karena percakapan singkat itu yang membawa ku ke rasa penasaran terhadapmu. semua yang dirinya katakan bagaikan sebuah beban yang ingin aku tanggalkan,aku tidak suka mendengarkan dirinya membahas masa depan kita berdua... Yang aku pikirkan,hanya kapan kamu akan membalas senyum yang aku berikan.. Jeon."Ujarnya, Jungkook terkesima. Entah rasanya malah semakin sesak.

"Aku ingin mengakhirnya,sungguh.. Tapi aku tak mampu berkata apapun padanya.." Setelahnya,yang Taehyung dengar adalah suara tangis Jungkook yang semakin menyayat hati.

Katakan Ia brengsek. Dan Taehyung memang mengakui dirinya brengsek. Taehyung menarik Jungkook kedalam pelukkannya sembari mengucapkan kata memohon yang sangat lirih.

Tunggu aku,kumohon.

-Rain-

Ini sudah memasuki Bulan keempat setelah hari itu, saat tertidur terkadang Jungkook masih merasakan tangan hangat yang memeluknya.

Memang terdengar gila, namun jujur dia tidak dapat melupakan hari itu begitu saja. Apalagi saat Ia bangun membuka mata Sang penguasa hati menatapnya dengan senyum hangat yang membuat siapapun pasti akan Jatuh Cinta.

Setelahnya pun Jungkook, di perlakukan bagai Putri kerajaan. Saat mandi dia digendong karena merasa sakit dibagian selangkangan. Makanan yang dibuatkan. Pipi yang dielus halus, pucak kepala yang terus menerus diberikan kecupan hangat rasanya seperti mimpi.

Tapi mimpinya hilang saat Taehyung pamit pulang dan tidak kembali lagi.

Mereka sering bertemu beberapa kali, Taehyung memang sedang sibuk Ia adalah mahasiswa tingkat akhir jadi beberapa Bulan ini adalah saat-saat sibuknya.

Dibeberapa kesempatan itu pula, Jungkook dengan jelas masih melihat Taehyung berjalan bergandengan tangan dengan kekasihnya tersebut.

Sakit, tapi dia tetap diam.

Hingga suatu pagi dihari minggu, Jungkook berniat bangun siang tetapi seseorang yang mengetuk pintu flat secara brutal membuatnya terbangun tergesa dengan mata yang masih terpejam setengah.

Cklek.Tubuhnya terdorong dengan keras kebelakang, seseorang memeluknya Jungkook membuka mata lebar. Terkaget.

Tetapi saat menghirup Wangi aroma tubuh yang Ia rindukan hampir empat Bulan membuatnya tersenyum kecil.

Dia naif, memang.

Tapi tak butuh waktu tangannya berbalik memeluk tubuh itu erat.

Hingga suara sang lelaki membuat Ia ingin meneteskan air mata.

"Aku kembali, sekarang hanya ada aku dan kamu.. "Ujar Taehyung.

Jungkook pikir pengorbanannya tidak sia-sia, mungkin dia berlebihan dengan menangis seperti orang bodoh.

Sungguh dia menangis bahagia, setidaknya dirinya tak sesial itu. Hingga tidak dapat bersatu dengan Cintanya.

-FIN-

Gatau saya buat apa, yang penting saya senang.

REVIEW JUSEYO.

JUSEYO..

JUSEYOOO...

WGWGGWGWGW.

Bye,

Candnim.